Haha

118 4 0
                                    

Sisi positif overthinking : kalau kejadian udah gak kaget, but tetep sakit sih, haha

Hatinya berdegup kencang dan badannya semakin lemas ketika menunggu Karel berbicara. Tidak mungkin jika hanya pembicaraan sepele sampai secanggung ini. Navya tidak berani menatap Karel dan terus melihat ke bawah. Mereka sedang makan dan posisinya berhadapan, sangat terlihat bahwa Navya canggung.
"Vya..."
Terdengar asing ditelinganya. Biasa ia mendengar "sayang" kali ini berbeda. Karel memang sejak awal mendekati Navya sudah memanggilnya seperti ini.
"Iya?"
Tidak ada kata lain yang mampu diucapkan Navya. Ia membatu, pikirannya mendadak beku. Ia seperti tahu apa yang akan dikatakan Karel namun ia juga berharap semoga Karel tidak mengatakannya.
"Kemarin aku belum bisa nerima keputusan kamu, aku masih pengen kita sama-sama tapi..aku liat kamu baik-baik aja tanpa aku."
Ck. Alasan, batin Navya. Menurutnya bukan ini alasan sebenarnya Karel mengatakan hal itu.
"Ya itu yang kamu tau Rel. Kayanya aku udah paham arah pembicaraan kamu."

Sempat hening beberapa saat karena situasi tiba-tiba panas. Karel meraih tangan Navya, menciumnya lumayan lama, 10 detik? Navya sangat ingin menangis, sambil teriak kalau bisa tapi entah kenapa ia tidak bisa. Bukan karena menahannya atau malu tapi dadanya sangat sesak, sangat sakit sampai tidak bisa dilampiaskan dengan airmata.
"Kamu bahkan gak tanya Rel gimana keadaan aku, atau setidaknya ngejar aku untuk nyakinin aku. Apa selama ini aku sulit dikejar? GAK! gak Rel. Aku selalu gampang, selalu gampang kalau sama kamu." tambah Navya.
Karel masih memegang tangan Navya, Navya mencoba melepas tangannya dari genggaman Karel.
"Bentar Vy, terus sekarang mau kamu apa?"
Apakah laki-laki tidak memilih stok pertanyaan lain? kenapa selalu hal itu yang ditanyakan.
"Harusnya aku Rel yang nanya, mau kamu apa? apasih yang kamu lakuin sekarang? kamu lagi deket sama orang lain kan?"
Mungkin terbawa suasana, nada bicara Navya memang tinggi. Karel yang setelah itu melepas tangan Navya mengusap wajahnya dengan kedua tangan dengan raut wajah kesal.
"Kenapa malah kemana-mana sih?"
Karel yang coba menenangkan mulai bicara dengan suara yang sedikit pelan dan nada yang rendah.
"Jawab Rel, jujur." dengan lirih Navya meminta kejujuran Karel.
"Iya, aku deket sama seseorang. Dan, ya itu. Kamu tahu, tapi belum sejauh itu kok."

Mendapat pengakuan Karel, Navya langsung meninggalkan Karel. Tidak peduli ia tadi berangkat dengan siapa, dan yang ia pikirkan hanya pergi dari hadapan Karel. Percakapan tadi bisa dianggap selasai. Hubungannya sudah selesai harusnya gapapa dong kalau Karel dekat dengan orang lain. Tapi apakah benar Karel dekat saat sudah putus?
Sikap kamu yang buat aku mundur, sekarang kamu buat seolah aku yang buang kamu, gumam Navya dengan dirinya.

Second Choice?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang