Cerita

74 1 0
                                    

"Jadi gini, kita satu kantor kan cuma beda divisi pernah gak sengaja papasan di lift, singkat cerita kacanya kak Rico kebawa sama aku yaudah aku balikin pas makan siang, aku makan siang sama kak Rico. Dan kak Rico tu orangnya asik banget, nyambung lah sama gue pokoknya, semenjak itu kita jadi sering makan siang bareng. Sebelumnya sih udah beberapa kali ketemu di kantor, tapi cuma saling sapa doang." Navya menjelaskan kepada kedua temannya.
"Intinya? kalian deket gak?" tanya Dera dengan gamblang.
"Ya cuma kaya gitu, gak deket kan kalo gitu." bantah Navya
"Sering chattingan? call?" giliran Anggi yang bertanya.
"Chattingan sih cuma gak intens, cuma kaya gini. Kalo call-an engga sih tau sendiri gue orangnya males call-an." jawab Navya sambil menunjukkan chatnya dengan Rico.
"Lo gak ada rasa gitu sama kak Rico?" tanya Anggi untuk memastikan.
"Kan dia gamon Nggi, tau sendiri." Dera malah mengejek Navya dan membuat keduanya tertawa.
"Mau marah tapi bener." Navya menjawab dengan muka pasrah.

"Tapi coba deh Nep lo buka hati, siapa tau cocok. Lagian gue liat baik kok kak Rico, gue sih yes kalo lo Der?"
"Yes gue yes." Dera menjawab sambil mengunyah makanan.
"Gue tau gak gampang, dan maaf kalo kita berdua cuma bisa ngomong doang, tapi lo harus bangkit juga Nav, lo harus bisa melawan keadaan hati lo itu. Mau gak lo nyoba pelan-pelan?" Anggi meminta dengan sangat kepada Navya.
"Tapi gue gamau jadiin kak Rico pelampiasan, jahat gak sih gue? belum tentu juga gue bisa buka hati, gue gak bisa jamin dimasa depan kalo gue bakal bisa sayang kak Rico. Kalian doain aja semoga tumbuh perasaan dihati gue buat kak Rico. Kalo buat ngedeketin kak Rico gak dulu deh, tapi gue gak menutup hati kok." jawaban Navya.
"Selalu Nav, gue sama Anggi selalu doain untuk kebahagiaan lo. Karna kita tahu gimana perjuangan lo untuk bisa bahagia dan ketemu orang yang tepat." jawaban Dera membawa ketenangan bagi Navya.

"Sesusah itu ya lupain dia?" karena pertanyaan Anggi membuat suasana menjadi agak canggung.
"Maaf Nav, gue gak bermaksud. Lupain aja pertanyaan gue." Anggi minta maaf setelah menanyakan hal itu, takut diambil hati oleh Navya.
"Gue putus disaat semua belum selesai, semua emosi dan gimana perasaan gue ke dia belum gue utarain. Waktu itu gue selalu sabar, dan ngalah akhirnya semua emosi gue gak bisa tersalurkan. Masih ada disini Der, Nggi. Kalo aja semua gue luapin dan gue ungkapin mungkin gaakan ngendap dihati gue."

Second Choice?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang