Masih janggal

196 5 0
                                    

Karel berencana menjemput Navya pagi ini. Navya masih terlihat marah pada Karel karena chat dari Karel hanya dibalas cuek oleh Navya. Karel sangat tahu betul Navya, dimana Navya sangat manja saat marah dan hanya ingin dibujuk terus saat marah. Walaupun Navya terkadang mengucap kata putus pada Karel, namun Karel tahu itu bukan dari hati Navya melainkan hanya gertakan. (red flag ngga sih?) Karel bergegas mengambil motornya dari garasi dan berpamitan dengan mamanya.
"Doain ya ma, aku mau jemput Navya ini."
"Tumben minta didoain segala, ohhh...marahan ini pasti." Karel hanya tersenyum sambil menandakan bahwa ucapan mamanya itu benar.
"Nanti ajak kesini aja Vya nya, mama masakin yang enak."
"Iya juga ya ma, yaudah Karel berangkat dulu. Assalamu'alaikum."
"Hati-hati nak, wa'alaikumsalam."

Karel sengaja berangkat lebih pagi karena takut Navya sudah berangkat sekolah duluan. Sesampainya disana Karel langsung masuk gerbang dan mengetok pintu rumah Navya. Papanya Navya yang mendengar suara ketukan pintu pun langsung membukakan pintu. Karena Karel berangkat terlalu pagi, sampai-sampai masih bisa bertemu papanya Navya, karena biasanya Karel menjemput papanya sudah berangkat.
"Tumben kamu jemput pagi banget. Udah sarapan Rel?"
"Hehe..belum sih om."
"Yaudah kebetulan lagi pada sarapan, ayo masuk ikut."
"Engga aja om, nanti bisa di sekolah aja kok."
"Disini aja bisa, kenapa harus disekolah sih."
"Iya sini Rel." mama Navya ikut membujuk Karel. "Tante panggil Navya dulu ya."

Mengetahui Karel sudah menjemput dan menunggunya, Navya menjadi kesal. Jujur ia belum siap bertemu dengan Karel, karena jika bertemu hati Navya pasti akan luluh, dan lagi-lagi memafkan Karel. Tapi mau bagaimana lagi, papa dan mamanya sudah menunggu dibawah, dan Navya juga tidak enak melibatkan orangtuanya dalam hubungannya dengan Karel. Setelah selesai siap-siap Navya turun kebawah untuk sarapan
"Lama banget sih sayang, kasian tu Karel udah laper."
"Ahh..engga om, om bisa aja."
"Ngapain kesini?" tanya Navya sarkas kepada Karel
"Kamu ini gaboleh gitu ya, ngga sopan."
"Iya Pa, maaf deh."
"Gapapa kok om, aku salah juga kesini ngga ngabarin Navya dulu."
"Udah ayo sarapan, keburu telat kalian nanti." mama Navya sebagai penengah cek-cok pagi hari ini.
Setelah selasai sarapan baik Navya dan Karel maupun papanya Navya berpamitan kepada mama Navya untuk berangkat.

Sunyi, tidak ada suara baik dari Karel maupun Navya. Mereka berangkat bersama, semotor berdua namun tidak ada suara sedikit pun yang keluar. Navya meletakkan kedua tangannya disaku jaketnya, padahal biasa memeluk erat Karel sambil berbincang-bincang untuk membicarakan apapun, seisi dunia mungkin. Akhirnya Navya membuka suara
"Nanti turunin di depan aja." (maksud Navya tidak ikut ke parkiran.
"Kenapa? jauh nanti kalo dari gerbang."
Pertanyaan tersebut tidak dijawab oleh Navya. Sesampainya disekolah Karel tidak menurunkan Navya di gerbang sesuai keinginan Navya, dan tetap masuk sampai parkiran. Tentunya hal tersebut membuat Navya kesal, dan tambah marah. Setelah turun pun Navya tidak berbicara apapun dan langsung meninggalkan Karel dengan membawa helmnya. Navya berniat pulang sendiri, entah naik ojek atau kendaraan umum nanti.
"Nav tunggu, kamu kenapa? maafin aku ya, aku cuma gamau kamu kejauhan jalannya. Kelas kamu kan lebih deket dari sini."
Navya sama sekali tidak menggubris perkataan Karel, dan tetap berjalan menuju kelasnya. Sebelum masuk ruang kelas tangan Navya ditahan oleh Karel
"Nav, sayang tunggu dulu ya."
"Paan sih." ucap Navya sambil berusaha melepas tangannya dari genggaman Karel.
"Engga, tunggu dulu. Dengerin dulu, oke? maafin aku ya sayang atas semua kesalahan aku, aku janji aku janji bakal lebih baik lagi, kamu percaya sama aku kan? mau maafin aku lagi kan?"
Navya tidak menjawab pertanyaan Karel, ia hanya diam mulutnya kaku dan pikirannya telah penuh, sampai bingung kalimat apa yang harus ia keluarkan.
"Kamu semangat belajar ya cantik, nanti istirahat aku kesini." Karel melepas tangan Navya dan mengelus pipi Navya. Setelahnya Navya langsung masuk tanpa berbicara apapun. Melihat itu Karel justru membuat Karel tersenyum.

Second Choice?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang