Aku ketemu orang yang lebih baik daripada kamu, tapi itu bukan kamu
Navya merasa kecewa kepada Karel, sudah keberapa kali Karel mengecewakan Navya, mensepelekan Navya. Namun, Navya tetap pada hatinya yang berat mengiklaskan Karel. Rasanya seperti menunggu, menunggu bertemu dengan yang lebih baik atau menunggu perasaan Navya habis untuk Karel. Tanpa pikir panjang Navya mengiyakan tawaran Rico untuk pulang bareng. Jujur Navya sudah tidak punya tenaga untuk berpikir bahkan bergerak. Navya menahan airmatanya agar tidak keluar, namun Rico sadar akan hal itu.
"Nav, kenapa?" pertanyaan tersebut justru membuat Navya menetaskan airmata. Navya merasa tidak lagi sanggup menahannya. Rico langsung menyekanya dengan sapu tangan yang selalu dia bawa. Katanya lelaki yang baik adalah lelaki yang selalu membawa sapu tangan. Navya yang terus menangis tidak menjawab pertanyaan Rico tadi.
"Mau pulang aja? aku bilangin HRD Nav." karena masih sesegukan Navya hanya menganggukan kepalanya.Saat perjalanan pulang keduanya hanya diam karena suasana hati Navya sedang kurang baik. Akhirnya Navya membuka percakapan
"Maaf ya kak aku ngrepotin, harus nganterin pulang. Kak Rico jadi harus setengah hari doang."
"Kata siapa ngrepotin? kalo ngrepotin gak aku anterin Nav. Pegangan napa Nav."
Masih canggung bagi Navya jika harus memeluk Rico, jadi Navya hanya memegang bajunya Rico saja. Sebelum pulang Rico bertanya apakah Navya ingin mampir atau tidak. Navya menjawab "tidak" dengan nada ragu, sehingga membuat Rico bingung.
"Ice cream mau?"
"Hah? gimana kak?"
"Ice cream mau? kayanya seger nih siang-siang."
"Tau darimana kak kalo aku suka ice cream?"
"Hah? emang iya?"
"Lah kirain emang tau kak."
"Masa iya kebetulan sih." goda Rico pada NavyaMereka rehat sejenak sambil makan ice cream. Rico membuka percakapan
"Sakit banget ya Nav?"
"Hah? apanya kak?"
"Kamu"
"Kan kita gapapa kak, sakit apanya coba."
"Hati kamu Nav"
"Ahh..? keliatan banget ya kak."
"Haha iyaa, tapi gapapa kok. Mantan kamu ya?"
"Kak?"
"Keliatan Nav, kalo pacar mah pasti kamu gak mau pulang sama aku. Gapapa Nav, nikmatin dulu aja sedihnya. Nangis semau kamu, kangenin dia sesuka kamu. Perasaan itu valid Nav, susah berubah. It's about time."
Mendengar kata tersebut Navya hanya tersenyum, kagum dengan Rico yang begitu dewasa dan bingung harus jawab apa.
"Yuk pulang yuk, biar bisa istirahat di rumah kamunya."
"Makasih ya Kak."
"Makasih mulu, kapan-kapan traktir sabi nih."
"Hahaa...iya deh kak. Ingetin ya."Navya sengaja minta turun di depan gerbang saja agar tidak diinterview mamanya kenapa jam segini pulang, apalagi sama cowok lain bukan Karel. Paginya sama Karel kok pulangnya beda lagi. Sesampainya di rumah Navya mengucap salam tidak ada yang menjawab, ternyata mamanya Navya sedang tidur dan adeknya masih sekolah. Merasa lega Navya langsung menuju kamarnya dan ingin istirahat saja, atau nangis? Navya tidak mandi atau makan dulu melainkan langsung meletakkan badannya di kasur dan membuka handphone. Navya terkejut melihat layar handphonenya
Dimana Karel? bukan merasa bersalah justru Navya heran. Dimana Karel kok Navya tidak tahu, ada urusan apa sampai tidak sengaja bertemu Navya?
"Dia sama yang lain aja gapapa, masa aku gak boleh." batin Navya
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Choice?
Teen FictionNyatanya mau setulus apapun, kalo yang dipengen bukan kita, mau apa lagi? maaf ya ceritanya berantakan banget karena ini baru pertama kali aku nulis:( gak lupa makasih bgt buat semuanya yang udah support😚