Yuk bisa yuk, kita ikhlas
Navya diantar pulang oleh Karel, sepanjang perjalanan mereka hanya diam. Raut wajah keduanya pun lusuh dan lesu. Sampainya di rumah Navya, ternyata mama Navya ada di depan rumah, sehingga Karel harus menyapa. Tentunya penampilan Karel mencuri perhatian mama Navya
"Lho Karel, kok berantakan gini. Kamu gapapa kan?" mama Navya bertanya dengan nada lembut tapi penuh khawatir.
"Gapapa kok tante, ini tadi habis main basket sama temen-temen, jadi kotor gini deh."
"Mandi disini dulu aja, nanti pinjem baju om."
"Gausah tante, mau langsung pulang aja."
"Gapapa sayang, baju om gak jadul kok. Bersih-bersih dulu aja, habis itu makan siang bareng. Ya kan Vy?"
"Terserah mama. Navya masuk dulu ya." jawab Navya dengan nada yang sangat lesu.
"Yaudah ayo masuk dulu."Sebenarnya Navya ingin cerita kepada mamanya tentang hubungannya dengan Karel, tapi ternyata ini bukan waktu yang tepat. Karel sudah selesai mandi, dan mereka bertiga makan siang bersama. Tidak ada percakapan antara Karel dan Navya. Dua-duanya masih tampak lesu dan raut wajah yang muram.
"Disini dulu aja ya, barbequan sama kita nanti
malam." ajak mama Navya kepada Karel. Belum sempat Karel menjawab, disambung lagi oleh mama Navya
"Gapapa, ayolah. Vy dibujuk dong pacarnya kok diem aja."
"Iya tante, nanti Karel ikut. Makasih ya tante udah baik sama Karel baik sekarang maupun selama ini."
"Kaya mau pergi jauh aja deh omongannya. Yaudah dilanjut makan dulu."
Selesai makan siang, mama Navya menyuruh Navya dan Karel ke supermarket untuk membeli keperluan barbeque. Melihat hubungan mereka sedang tidak baik, sebenernya mereka tidak mau namun tidak bisa menolaknya. Benar-benar suasana hening antara keduanya, berbicara hanya tentang belanjaan. Selesai membayar, Karel mengambil beberapa ice cream dan membayarnya. Karel ingin mengajak Navya untuk ngobrol sebentar di taman depan supermarket tersebut.
"Aku mau ngobrol bentar, ayo." ajak Karel sambil memegang tangan Navya. Navya tidak menjawab, hanya mengikuti Karel saja.Jantung Navya berdegup kencang, Navya takut tidak bisa menjelaskan apa-apa kepada Karel. Navya takut pada akhirnya ia akan jatuh kepada Karel lagi
"Aku gabisa Nav"
"...." Navya diam
"Aku gamau kehilangan kamu, kamu bisa tanpa aku? Kamu rela kehilangan aku?" tanya Karel sambil mengenggam kedua tangan Navya
"Aku udah kehilangan kamu Rel, sejak ada Lycia" Navya menjawab dengan menahan tangis
"Aku harus bilang berapa kali bilang kalau aku gaada hubungan apa-apa sama dia."
"Semua udah jelas Rel, mau apa lagi? Rel, aku harus sakit hati berapa kali lagi biar kamu sadar? aku udah cukup sabar Rel. Kenapa kamu harus bohong terus? kamu bilang kalau bosen harus diomongin, kalo ada apa-apa ngomong, tapi apa Rel?" dengan sesegukan Navya menjawab.
"Kalo itu yang kamu mau, aku bisa apa Nav. Kalo emang kamu udah gamau sama aku yaudah gapapa."
Navya tersenyum heran dengan jawaban Karel. Mengapa ia begitu manipulatif, dia yang menyakiti tapi seolah jadi kita yang membuangnya.Karel lalu mengantar Navya pulang. Sepanjang perjalanan banyak hal yang memutar diotak Navya. Bahkan kamu gak berusaha yakinin aku Rel, gak berusaha mengelak dan ngasih bukti yang bisa bikin aku percaya. Dan sekarang, kamu buat seakan aku yang buang kamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Choice?
Teen FictionNyatanya mau setulus apapun, kalo yang dipengen bukan kita, mau apa lagi? maaf ya ceritanya berantakan banget karena ini baru pertama kali aku nulis:( gak lupa makasih bgt buat semuanya yang udah support😚