Diam

230 5 0
                                    

Kalau habis jatuh pas naik motor itu diobatin, bukan dilanjutin naik motornya. Tapi ini bukan tentang naik motor

Setelah mengetahui kabar semalam dari Anggi, Navya tidak bisa menahan air matanya yang terus keluar. Hatinya terasa sesak, dan kepalanya sampai pusing karena semalaman Navya terus menangis. Pagi ini Navya mencegah kontak mata dengan mamanya karena takut mamanya tahu soal Navya yang menangis dan tidak tidur semalam. Navya sengaja pura-pura telat agar tidak perlu sarapan. Dari kamar Navya langsung berlari menuju meja makan untuk pamit kepada mama dan papanya yang sedang sarapan. Navya hanya cium tangan tanpa menatap kedua orangtuanya.
"Ma, Pa Navya berangkat ya. Maaf gak bisa sarapan udah telat soalnya."
"Hati-hati nak." ucap orangtua Navya dengan kompak
"Nih papa tambahin uang saku buat sarapan."
"Aaa...makasih papa. Yaudah Navya pamit ya, assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Sebenarnya Navya malu jika datang ke sekolah masih terlihat matanya yang bengkak, akhirnya Navya membuka kaca helmnya agar angin masuk ke mata Navya agar mata Navya cepat kering dan tidak bengkak kemerahan lagi. Navya mengendarai motor lebih pelan dari biasanya, dan hanya diam. Lagi-lagi Navya bingung harus bagaimana, jujur jika ingin memutuskan hubungan dengan Karel, tentu Navya belum siap. Namun jika harus diteruskan untuk apa? apalagi sudah seperti ini. Kenapa dalam sebuah hubungan selalu wanita yang jatuh terlalu dalam? Kenapa wanita tidak bisa memakai akal sehatnya, dan mengabaikan perasaanya. Tapi begitulah wanita, begitulah kita.

Sampai sekolah Navya tidak fokus kanan kiri, dan hanya berjalan kearah kelasnya. Pagi ini Navya tidak bertemu Karel. Antara senang karena Navya masih sangat sakit hati dan belum siap melihat wajah Karel, namun juga sedih karena belum tahu dimana Karel, dan membuat Navya menjadi overthinking. Sebelum sampai kelas, tangan Navya ditarik oleh seseorang dan ternyata itu Anggi. Dera dan Anggi telah menunggu Navya daritadi, hendak mengajak Navya ke taman belakang sekolah membicarakan hal ini.
"Lo gapapa kan Nep?"
"Gila lo Der, mata sampe bengkak gini masih ditanya gapapa."
"Bengkak gini gara-gara siapa emang? lo kan?"
"Udah kalian berdua kenapa sih, sedih banget gue."
Tanpa disadari airmata Navya kembali menetes, dan Anggi Dera memeluk Navya untuk berusaha membuatnya lebih tenang dan lega.
"Sekarang mau gimana Nep?"
Navya hanya menggelengkan kepala, dan masih menangis terisak-isak. Dera pun menyarankan Navya untuk izin kelas dengan alasan sakit di UKS.
"Lo disini dulu aja Nep, istirahat dulu. Nangis sepuas lo habis itu tidur ya, nanti gue sama Anggi kesini lagi. Gapapa kan sendiri? lo juga butuh waktu sendiri kayaknya."
"Iya gapapa Der, makasih ya guys selalu bantuin aku." ucap Navya sambil menahan tangisannya.
Dera dan Anggi pun kemudian meninggalkan Navya di UKS.

Satu sisi Karel merasa tidak enak marah terlalu lama pada Navya, apalagi sifat Navya yang kalau Karel marah justru Navya ikut marah. Sifat cewek banget kan? Karel berusaha menemui dan ingin bicara dengan Navya. Bel istirahat berbunyi, dan Karel menuju kelas Navya. Anggi yang daritadi memerhatikan Karel namun tidak berani bilang tentang Navya pada Karel, karena Anggi merasa ini bukan urusannya. Sebelum Karel sampai di kelas Navya, tidak sengaja Karel melihat Dera bersama Talia teman sekelas Navya juga. Tumben si Dera gak bareng Vya. Ucap Karel dalam hati. Karel melangkah kakinya lagi menuju kelas Navya namun tidak sengaja mendengar percakapan Talia dan Dera.
"Navya di UKS kan ya Der? sakit apa?"
Belum sempat mendengar jawaban Dera, Karel langsung lari menuju UKS dengan raut wajah yang cemas. Dia dan Navya tidak berkomunikasi sejak dia marah, dan tidak memperhatikan Navya. Mengetahui Navya di UKS, Karel merasa khawatir dan bersalah. Sesampainya di UKS Karel melihat Navya tertidur pulas, dan membuatnya bernapas lega. Syukur kamu baik-baik aja. Karel duduk menunggu Navya bangun dan tidak tega membangunkannya. Karel pun berniat bolos untuk menemani Navya di UKS. Setelah menunggu sekitar 40an menit, akhirnya Navya bangun.
"Kamu ngapain disini?" tanya Navya sambil bangkit dari tempat tidurnya
"Mau nemuin pacar sendiri gak boleh apa? kamu kenapa sayang? sakit apa? kok gak bilang aku."
Navya yang masih sangat sakit hati karena kejadian kemarin merasa kesal melihat Karel yang sok perhatian tersebut. Rasanya ia ingin teriak di depan Karel, dan mencakar-cakar tubuh Karel.
"Ngapain bilang, kamu kan dah sibuk sama cewek lain. Liat sunset di pantai, fav person ceunah."
"Kamu ngomong apasih sayang? kok tiba-tiba nglantur gitu."
Karel tetap kekeuh tidak mau mengakui, dan jujur. Navya yang tadinya berusaha tidur untuk melupakan hal itu sejenak, justru bangun-bangun malah harus menghadapi biang masalahnya.
"Masih mau bohong Rel?" tanya Navya sambil melihatkan igs dari Lycia.
"Kamu tu kebiasaan ya gak mau dengerin penjelasan aku dulu, main buat kesimpulan sendiri. Kamu kan bisa tanya aku sayang. Kenapa suka langsung marah gini sih."
"Tanya apa sih Rel? liat captionnya Rel, liat! Ini udah menjelaskan semuanya."
"Oke gini. Masalah caption dan igs itu aku gatau. Bahkan aku baru liat story itu dari kamu. Kemarin aku emang ke pantai, tapi gak berdua sama Lycia doang, aku sama anak-anak yang lain. Dan aku gak sengaja ke foto bareng Lycia kaya gitu."
Navya hanya diam mendengar penjelasan Karel. Baginya semua sudah jelas, foto itu sudah menjelaskan. Namun entah kenapa hati Navya masih sangat berat jika harus menyudahi hubungan dengan Karel. Apakah Navya akan memaafkan Karel LAGI?
Menyedihkan banget lo Nav. Batin Navya

Second Choice?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang