12.a

419 63 23
                                    

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Jaehan duduk di belakang, tak mengatakan apa-apa selain duduk diam menikmati jalanan.

Sesekali Sebin mengajaknya bicara, tapi ia memilih untuk menanggapi seadanya.

Ia hanya kecewa, entah pada siapa ...

Ada pula saat di mana ia tak sengaja melihat kaca spion tengah. Mungkin sedikit berharap Yechan akan melihatnya dan menyadari suasana hatinya.

Jaehan menghela, berat rasanya. "Memangnya aku ini siapa?"

Memutuskan untuk menenangkan diri, Jaehan memejamkan mata hingga tanpa sadar ia sungguhan terlelap di sana.

**

"Jaehan benar-benar tertidur." ucap Sebin yang melihat dengan seksama keadaan temannya.

"Dia tak pernah ketiduran sebelumnya. Apa yang dia lakukan semalaman?" lanjut Sebin lebih seperti berbicara dengan dirinya sendiri.

Yechan melirik dari kaca spion tengahnya, senyum tipis tersungging di bibirnya. "Biarkan saja, hyung. Kau bisa naik dulu, biar aku yang menunggu Jaehan hyung hingga bangun."

Dari sana saja Sebin sudah tahu jika itu adalah pengusiran secara halus.

Tak ingin membuat suasana tak nyaman, Sebin menganggukkan kepala dan pergi dari sana.

Dalam perjalanannya, Sebin mulai memikirkan, mengapa Yechan tiba-tiba berbelok ke arah perumahan di mana Jaehan tinggal. Seharusnya ia tahu jika hari ini ia adalah pengganggu.

Kepalanya terus tertunduk, merasa tak enak hati. Lebih dari itu, ia merasa cemburu. Akan tetapi, saat ingat wajah Jaehan tadi pagi, itu sekarang terasa lucu. Jaehan yang cemburu padanya, itu langka. Begitupun sebaliknya.

Tetap saja, ia merasa tak berdaya.

"Hanya karena aku kurang lucu, dia tidak memilihku." Memang dibanding Jaehan, ia ini sangat jauh dari kata imut atau apapun itu. Tapi, siapa yang menyangka kan pria cantik seperti Yechan justru menyukai tipe yang seperti itu.

"Siapa?"

Sebin yang sibuk dengan pikirannya sendiri mendongak dan mendapati Hyuk sudah ada sebelahnya. Sepertinya tengah menunggu lift terbuka juga.

Sebin menegakkan punggungnya, di depan anak magang ia tak boleh terlihat payah.

"T-tidak. Bukan siapa-siapa."

Triangle✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang