26

395 54 4
                                    

Jaehan tertidur.

Yechan yang mengetahui itu pun beringsut mundur. Duduk di sisi ranjangnya, ia menyandarkan punggungnya di sana.

Diusaknya rambut,  juga tak henti-henti ia menyeka wajahnya yang sudah basah.

Sesekali terdengar isakan, namun sangat pelan. Yechan berusaha meredam dengan telapak tangan, berharap tangisannya tak membangunkan Jaehan.

Rasa kehilangan yang hampir memudar itu kini kembali. Sakit sekali. Ingatannya kembali saat Kevin pergi, meninggalkannya sendiri.

Rasanya masih sama, meski sudah sebelas tahun lamanya.

Ia mencoba mengobati lukanya, tapi malam ini, itu kembali terbuka.

Akan mudah baginya jika Jaehan bersalah, akan mudah baginya untuk membenci, dan meninggalkannya jika Jaehan jahat pada kakaknya.

Akan tetapi, kenapa semua tak seperti yang ia kira?

Mengapa juga begitu mudahnya ia jatuh cinta?

Untuk beberapa lama, Yechan menundukkan kepala masih sambil menutup mulutnya. Namun, semakin ditahan, semakin sesak rasanya. Pada akhirnya, ia tak bisa menahan tangis juga, pilu suaranya memenuhi ruangan yang hanya ada mereka berdua.

Tanpa ia tahu di belakangnya, Jaehan sudah menatap dengan pandangan yang tak kalah sakitnya.

Dalam benaknya, Jaehan bertanya-tanya, "Sesakit itukah mencintai ku, Yechan-ah ..."


***

Hmm ... berarti kisah cinta segitiga itu berpusat padaku kali ini.

ㅋㅋㅋㅋㅋㅋ

Hyuk menatap ponselnya. Berkali-kali ia baca, berharap salah menerka.

Bukan Sebin atau apapun yang ada dibenak pria yang lebih tua, melainkan kepada apa yang dirinya sendiri rasa.

"Aku tahu kau menyukainya."

Suara Yechan kembali terngiang di telinga.

Bagaimana sahabatnya itu bisa mengatakan hal yang bahkan ia sendiri masih ragu akan kebenarannya?

Menyukai Sebin?

Mana mungkin?

Namun, ada secuil perasaan dalam diri Hyuk yang mengatakan bahwa ia harus masuk.

Pria itu, Jang Sebin ... bercerita padanya bahwa akan ada perjodohan antara dirinya dengan seseorang yang tak dikenal.

Membuat Hyuk heran sebenarnya. Di jaman ini, masih ada perjodohan begini. Aneh dan tak umum. Jika itu dia, tak mungkin akan serta merta menerima.

Mengapa hidup seorang anak harus ditentukan oleh orang tua?

Seolah nyawa berada di tangan mereka.

Ia tidak tahu dengan Sebin atau bahkan Jaehan, tapi sepertinya itu berbanding terbalik dengan kehidupannya juga Yechan.

Dengan keadaan seperti ini, apa mungkin mereka bisa sejalan?

Tidak tahu jika belum mencoba, 'kan?

**


"Atas alasan apa kau dijodohkan?" Hyuk bertanya setelah mengerem mobilnya tak jauh dari rumah Sebin.

Mulutnya bertanya, namun matanya menatap rumah yang cukup besar dan bagus di depan sana.

"Karena aku memilih tinggal sendiri?"

Jawaban yang bahkan tak meyakinkan Sebin lontarkan.

"Alasan yang lain? Tidak mungkin hanya itu, 'kan?"

Lama Sebin tak menjawab. Hyuk berpikir mungkin Sebin masih ragu untuk menceritakan segala hal padanya.

Ia orang baru, Hyuk memahami itu. "Jika tak mau mengatakannya juga tidak apa-apa. Aku tak akan memaksa."

"Mm ... mereka sudah tahu kalau aku menyukai laki-laki."

"Huh?"

"Karena khawatir  dan  mereka takut aku berganti-ganti pacar, mereka pun memilih untuk mencarikanku sosok yang menurut mereka baik dan bisa dipercaya. Untuk menjagaku agar tidak macam-macam di luar sana."

Hyuk mengangguk, cukup mengerti atas penjelasan Sebin.

"Kenapa bukan dengan Jaehan hyung?"

Sebin sejenak diam, Hyuk menunggu dengan tenang.

"Jaehan bukan seseorang yang bisa aku perlakukan seperti pacar. Meski dekat, tetap ada sekat. Hubungan kami benar-benar murni, kalian bisa menyebut kami adalah sahabat sejati. Kedua orang tua kami tahu benar soal ini."

Tidak tahu mengapa, Hyuk tertawa. Mungkin teringat dengan Yechan.

Mereka lama saling mengenal, tapi tak ada rasa yang terlalu spesial di sana.

"Aku mengerti." kata Hyuk pada akhirnya.

"Karena itu, Hyuk ... aku membutuhkanmu. Jika mereka tahu aku sudah memiliki pacar, mungkin rencana ini akan mereka batalkan."



**


Aku belum terlambat, 'kan?

Ini baru perkenalan.

Hyuk mungkin akan menyesal, sudah tahu juga jika ia hanya dimanfaatkan. Tapi, lebih baik menyesal karena melakukan sesuatu daripada harus menyesal karena tak berbuat apa-apa tentang itu.

Hyuk merasakan dingin di tangannya. Mengapa Sebin tak kunjung menjawabnya?

Tentu.

Aku menunggumu.

Kali ini Hyuk keluar mobilnya tanpa ragu. Ia berjalan masuk setelah meminta ijin pada security yang menjaga rumah Sebin.

Mungkin ia gegabah, tapi seperti yang Yechan katakan, kita tidak tahu sebelum mencobanya lebih dulu.

Entah ia dan Sebin akan berakhir cocok atau tidak, itu adalah masa depan yang tak perlu mereka tebak.

Triangle✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang