61

276 42 12
                                    

harusnya up semalem, tapi gara2 yechan gw jadi kemaleman, mau up udah ngantuk berat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


harusnya up semalem, tapi gara2 yechan gw jadi kemaleman, mau up udah ngantuk berat. wkwkwkwk.

jadinya sekarang aja lah ya.

Janji gw buat HyukBin, ntar ya. Belum jadi hari ini :(

aing sibuk sekali ༎ຶ⁠‿⁠༎ຶ

*

*

*



Yechan itu sebenarnya pendendam. Dia benar-benar bisa merusak siapapun yang berani mengganggu ketenangannya, apa lagi mengusik miliknya.

Hyuk yang paling memahami. Tapi, mungkin Jaehan belum tahu ini.

Tentang Kevin, sungguh sebuah keberuntungan karena Yechan jatuh cinta padanya. Karena jika tidak, entah apa yang akan terjadi. Bahkan Sebin, pacarnya itu juga harus berterima kasih Jaehan. Jika bukan karena mereka bersahabat, entah apa yang akan Yechan lakukan selanjutnya.

Di kantor, Yechan tampak seperti bayi. Ia disenangi karena sikap ramahnya. Mereka hanya tidak tahu, dan biarlah seperti itu.

Melihat Yechan yang mencari informasi tentang Hangyeom saja, bagi Hyuk sudah cukup menjelaskan.

Sahabatnya itu tak akan membiarkan Hangyeom lolos begitu saja.

"Hyung, jangan membuat dia marah. Tenanglah, dia tahu apa yang harus dilakukan."

Bagaimana tidak? Yechan lah dalangnya. Tapi, Hyuk tak peduli. Ia tak cukup memiliki empati untuk mengurusi bahkan jika ada yang mati di sini.

"Hyung tak perlu takut, Yechan tak akan menyakiti siapapun di sana."

Karena hal yang paling tak disukai Yechan adalah berurusan dengan ayah dan ibunya.

"Dia akan menjaga sikap, mengingat orang tuanya adalah salah satu sponsor dari acara ini."

"Apa inti dari acara ini, Hyuk-ah?" tanya Sebin penasaran.

Hyuk tertawa, "Tidak ada. Semua datang dengan membawa urusan masing-masing. Kau lihat di sana?"

Sebin dan Jaehan mengikuti ke mana arah yang Hyuk tunjuk tadi. Ada sekumpulan pria yang tampak serius berbicara.

"Mereka datang untuk mengawasi kita."

"Mengawasi? Kenapa?"

Hyuk tertawa, "Kau dan Jaehan hyung akan segera tahu besok. Tapi, tidak perlu khawatir. Aku dan Yechan pasti akan menjaga kalian."

Jaehan terdiam, memikirkan apa maksud Hyuk barusan. Lain hal dengan Sebin yang terus bertanya dan berkata tak akan berhenti sebelum Hyuk menjawabnya. Namun, Jaehan tahu benar Hyuk akan tetap diam. Pria itu sengaja membuatnya bertanya-tanya.

Mungkin ia harus bicara sendiri dengan Yechan setelah ini.

Cukup lama Jaehan menunggu, ia bersabar seperti apa yang Hyuk instruksikan. Namun, bukannya kembali padanya, ia justru melihat Yechan berjalan keluar dengan Hangyeom yang mengekor di belakangnya.

"Mereka mau ke mana?"

"Yechan mungkin menyuruhnya untuk pergi," ucap Hyuk menimpali.

Di detik ini, Jaehan bahkan tak tahu harus berkata apa lagi.

*

*

*

"Hyung tidak apa-apa? Wajah hyung tadi merah sekali, tapi sekarang begitu pucat. Hyung tidak enak badan? Mau aku antar ke rumah sakit?"

Sudah di depan loby hotel. Di sana Yechan berdiri, tangannya dimasukkan ke dalam saku. Terus memandangi dan bertanya ini dan itu pada Hangyeom yang diam saja sedari tadi.

"Hyung bersama siapa? Jika hyung tidak mau aku antar,  aku bisa memanggil teman hyung ke sini."

Hangyeom mendongak, tak menjawab, tapi malah melontarkan pertanyaan. "Kau ... siapa?"

Yechan tersenyum. Hangyeom sepertinya tak melihat Jaehan tadi. Tentu saja , pria ini pasti sibuk dengan masalahnya sendiri.

Dari luar,  laki-laki ini terlihat tak tersentuh sama sekali. Tapi, Yechan dapati Hangyeom cukup rapuh dan mudah sekali dipermainkan seperti tadi.

Wajah tegasnya sungguh sia-sia.

Meski begitu, Yechan menjawab juga, "Yechan. Dari keluarga Shin. Kau mungkin tak mengenalku, tapi-"

"Aku tahu. Aku mengenal ayahmu."

"Begitu?"

Hangyeom mengangguk, berkata jika ia sering diajak ayahnya belajar bisnis dan bertemu dengan beberapa orang penting. Ayah Yechan adalah salah satunya.

"Uhm. Yechan-ssi, terima kasih."

Yechan mengangguk, senyum benar-benar tak lepas dari wajahnya. Hangyeom yang menangkap itu tampak sedikit malu.

"Aku akan memanggilkan taksi. Hyung tak apa pulang sendiri?"

Hangyeom tak keberatan. Sebenarnya ia ingin sekali menghajar siapa saja yang berani meremehkannya tadi, namun ia selalu ingat kata ayahnya, dia datang untuk mencari teman, agar bisnis ayahnya semakin berkembang. Jadi, ia harus bertahan, walau harus dipermalukan.

Siapa sangka, Yechan datang dan mengeluarkannya dari sesuatu yang tak mengenakkan tadi. Bisakah ia menyebut Yechan adalah teman saat ini?

Apakah itu terlalu dini?

Dalam hati, Hangyeom berharap mereka bisa bertemu lagi.

"Hati-hati, hyung ..."

Hangyeom membungkuk berterima kasih pada Yechan sekali lagi. Pria itu membalas, bahkan melempar senyum sebelum dia pergi.

Satu hal yang Hangyeom sesali, mengapa ia tidak meminta nomor Yechan tadi?


Triangle✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang