60

283 36 2
                                    

*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*

*

*

Namun, rupanya ada hal-hal yang mulai keluar dari jalurnya.

Jaehan benar-benar ingin menghampiri Hangyeom sekarang ini. Bukan karena ia yang memiliki rasa atau apa, tapi ini hanya bentuk simpati saat melihat sesuatu yang tak harusnya terjadi.

Melihat Hangyeom dilecehkan seperti itu, sisi kemanusiaan dalam dirinya tak bisa hanya diam dan menerima begitu saja.

Ia pikir semua akan berjalan adil dan baik di sini, mengingat semua adalah manusia-manusia yang kaya dan terpelajar. Rupanya, masih ada hal seperti itu juga.

"Yechanie, apa itu normal di sini?"

Yechan masih diam mengamati. Tak menjawab sama sekali. Jaehan sungguh penasaran apa yang sedang kekasihnya itu pikirkan.

Beberapa menit kemudian, dua sahabatnya itu akhirnya datang dan ikut bergabung dengan mereka.

"Kenapa dengan wajahmu, Jaehanie?" tanya Sebin.

Jaehan mengarahkan tatapannya yang langsung diikuti oleh Sebin.

"Siapa dia?"

Rupanya Jaehan lupa, ia bercerita, tapi tak menunjukkan bagaimana rupa Hangyeom pada Sebin sebelumnya. Jadi, Jaehan kembali menjelaskan dengan singkat.



Di sana Hangyeom tersenyum, namun siapapun tahu jika itu adalah senyum tertekan dan tampak dipaksakan.

Wajahnya sangat putih, namun kini berubah sedikit merah. Bukan karena tersipu, tapi mungkin karena marah, atau malu ...

"Yechanie-"

"Di sini, semua bebas memilih, hyung. Tak ada perasaan, ini murni hanya untuk keuntungan. Jika menjadi partner, bisnis akan disatukan. Entah pada akhirnya berlanjut ke pernikahan atau selamanya akan berjalan sebagai bayangan."

Menjadi pengusaha di tengah banyaknya persaingan, para calon penerus, atau yang memang sudah diberi wewenang untuk mengurus, mereka semua memiliki ambisi yang sama. Menjadi yang pertama. Berada di tempat tertinggi dalam piramida yang mereka bangun sendiri.

"Hyung, apa kau tahu alasan kakakmu dijodohkan dengan ayah orang itu?" Yechan bertanya, tapi lebih seperti ingin memberi tahu Jaehan tentang itu.

"Appa bilang kalau mereka adalah teman. Appa cukup mempercayai bahwa nuna bisa bahagia dengan orang yang dikenal baik oleh keluarga." Meski Jaehan tak pernah merasa mengenal atau bahkan dekat seperti yang ayahnya katakan.

"Ayah Hangyeom dulu hanya karyawan biasa, sampai entah bagaimana caranya bisa membangun perusahaannya sendiri."

Jaehan mendengarkan.

"Bukannya aku meremehkan, tapi meski kau kaya dan sangat gigih dengan jatuh bangunnya bisnis yang kau kelola, tidak mungkin itu akan berjalan secepat dan sepesat hanya dalam waktu yang terbilang singkat."

Jaehan tak terlalu mengerti, tapi ia menyetujui.

"Hyung tahu kenapa?"

Gelengan Jaehan layangkan. Sementara Hyuk dan Sebin terlihat diam, mendengarkan.

"Hmm, kurasa cukup ceritanya. Saranku, lebih baik hyung segera membatalkan perjodohan itu."

*

*

*



"Hyung, tunggu sebentar di sini." Yechan berdiri setelah menepuk paha Jaehan, tak lupa dengan usapan pelan.

"Kau mau ke mana, Yechanie?"

Tapi, Yechan tak menjawab lagi. Hanya pergi ke arah Hangyeom. Bersikap seolah mereka saling mengenal. Membuat Jaehan bertanya-tanya, bukankah tadi Yechan bilang untuk pura-pura tak mengenalnya?

"Hyuk-ah, kenapa Yechan ke sana?" tanya Jaehan kebingungan.

"Tak perlu dipikirkan, mungkin pacar hyung hanya ingin menjadi pahlawan kesiangan." Kekehan Hyuk terdengar, jawaban bernada candaan bukan lah yang Jaehan harapkan.

"Hyuk-ah, bisa kau bertindak sedikit serius? Jaehan sedang bertanya, jawab yang benar!"

Itu bukan Jaehan, melainkan Sebin yang mengatakan. Ekspresinya tak sabaran, namun tampaknya bagi Hyuk itu cukup menyenangkan.

Kesialan Jaehan, ia malah melihat kedua temannya itu berciuman setelah beberapa perdebatan.

Tapi, Jaehan bahkan tak sanggup mengatakan apapun, karena Hyuk sendiri sudah bilang jika ia membawa Sebin agar banyak yang melihatnya.

Mungkin ini juga bagian dari rencana.

Mencoba tak peduli, Jaehan kembali menatap kekasihnya yang semakin tak ia mengerti.

Jaehan berdiri. Sebin yang sudah selesai dengan urusannya bertanya, "Mau ke mana?"

"Yechanie-"

Tapi, Hyuk lebih dulu bersuara. Lebih cepat dari langkah kakinya.

"Kurasa lebih baik hyung di sini saja. Yechan sudah menyuruh hyung untuk menunggu, 'kan?"

Jaehan menoleh, "Tapi ..."

"Hyung, jangan membuat dia marah. Tenanglah, dia tahu apa yang harus dilakukan."





tbc

gara2 sebin & yechan ngfromm deketan, jadi kepending update ini. mian. 💕



Triangle✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang