45

337 43 6
                                    

Jaehan bahkan merasa baru saja memejamkan matanya, tapi Yechan sudah membangunkannya.

"Mm, Yechanie ... lima menit lagi."

Tawa kecil Yechan terdengar, begitu dekat di telinga Jaehan yang langsung menutupinya dengan tangan. Ia sungguh mengantuk, walau sebelumnya berkata ia bisa bertahan tidak tidur semalaman.

Tak lama, Yechan dapati Jaehan yang sudah kembali terlelap.

Melihat itu, Yechan  hanya bisa membiarkan. Masih ada waktu, mungkin lebih baik ia turun untuk mencari sarapan dulu.

Hal yang ia tahu, Jaehan tak pernah melewatkan sarapan. Karena itu juga ia yang biasa makan hanya saat siang atau malam jadi mengikuti kebiasaan Jaehan.

Mungkin itu hal baik, walau sedikit merepotkan.

Sudah rapi, Yechan pun turun. Ia membeli kopi dan juga roti isi. Untuk Jaehan, ia menambahkan menu lain yang mungkin akan disukai.

Dalam perjalanan kembali, tak disangka ia bertemu dengan Hyuk juga Sebin yang sedang berjalan bersama. Bukan pemandangan mengejutkan mengingat Hyuk yang memang sudah mengabarinya.

Yechan tak tahu sudah sedalam apa hubungan kedua orang itu, tapi jika Hyuk sudah sampai ditahap mengenal orang tua Sebin, seharusnya hanya tinggal menunggu waktu sampai mereka secara resmi mengumumkannya.

"Yechan-ah, Jaehan hyung di tempatmu?" tanya Hyuk.

Yechan mengangguk.

"Ya, sudah kalau begitu. Kami berangkat dulu."

Hanya itu. Yechan juga enggan bertanya banyak hal. Lagi pula mereka juga akan bertemu lagi di kantor nanti.

"Mm. Sampai bertemu nanti."

Masih ada kecanggungan yang terasa di antara Sebin dan dirinya. Yechan merasakannya, namun tak berniat juga untuk memulai percakapan dengannya.

Masuk ke dalam unitnya, ia masih mendapati Jaehan yang meringkuk di atas tempat tidur. Semakin nyenyak tampaknya.

Melihat arloji, Yechan benar-benar harus membangunkan pria ini atau mereka akan terlambat nanti.

"Jaehanie hyung, kau tak mau bangun?"

Jaehan hanya menjawab dengan gumaman yang tak Yechan mengerti.

"Hyung ..."

Yechan mengulurkan tangan, lalu dengan senyum yang mengembang mulai menggelitiki Jaehan yang langsung membuka mata, berteriak, dan tertawa karena rasa geli yang ia rasa.

"Stop! Stop, Yechanie! Berhenti!"

"Hyung mau bangun atau tidak?"

Jaehan menganggukkan kepalanya cepat. Ia bahkan sampai mengeluarkan airmata karena banyak tertawa.

Cukup manjur, karena kantuknya langsung menghilang saat itu.

"Aku mandi dulu."

Jaehan berdiri, namun Yechan menariknya, memaksa untuk duduk di atas pangkuannya.

"Aku berat, Yechanie."

Yechan menggeleng, pria itu tak banyak berkata, hanya menunjuk bibirnya seperti biasa.

"Tapi, aku belum gosok gigi."

"Tak masalah."

Jaehan menggembungkan pipinya, agak keberatan karena itu akan memalukan. Namun, Yechan juga cukup kuat menahan agar Jaehan tak bisa beranjak dari tempatnya.

"Sebentar saja, ya?"

"Mm."

Jaehan pun mendekat dan mengecup bibir Yechan. Akan tetapi, mana mungkin juga jika itu hanya sebentar.

Yechan mengigit bibir bawahnya, dan saat itu terbuka, pria itu tanpa ragu langsung memasukkan lidahnya.

Awalnya itu mengejutkan Jaehan, namun hanya beberapa detik sebelum matanya akhirnya terpejam juga.

Ia bahkan tak peduli jika bibirnya terlihat bengkak nanti karena Yechan benar-benar terlihat seperti memakannya daripada menciumnya.

"Aku harus mandi," pelan Jaehan mengatakan saat ia sudah dilepaskan.

"Aku akan menunggu hyung di meja makan. "

Kali ini, Yechan berjanji akan makan dengan benar.

Yechan pun melepaskan pria yang lebih tua, meski begitu tatapannya tak pernah lepas meski hanya sedetik saja. Sampai Jaehan benar-benar menghilang dari pandangan, barulah Yechan beranjak dari duduknya.

Ia merasa senang karena ada Jaehan di sana. Namun, tak bisa ia pungkiri jika hatinya berat sekali. Padahal masih terlalu pagi untuk memikirkan semua hal yang ia khawatirkan saat ini.

Meski begitu, ia tetap harus mengutarakan niatnya pada Jaehan. Yechan ingin terbuka, sebuah hal yang sebenarnya selalu sulit dilakukannya.

*

*

*

"Hyung ..."

Jaehan yang baru saja menyesap kopinya mendongak, matanya berbinar lucu tersirat rasa ingin tahu.

"Jika aku ingin mengenalkanmu pada ayah dan ibuku, apa kau keberatan dengan itu?"

Mereka sudah saling mengenal, tapi hanya sebatas atasan dan bawahan, antara bos dan karyawan. Namun, Jaehan tahu maksud Yechan bukan itu.

"Aku ..."

Yechan meraih tangannya, mengusap pelan dengan ibu jarinya. Menenangkannya, seperti yang selalu Yechan lakukan untuknya.

"Jika hyung belum siap aku tak akan memaksa."

Ini bukan soal siap atau tidak.

"Kenapa tiba-tiba, Yechanie? Ada apa?"

Mungkin untuk pertama kalinya, Jaehan merasa begitu peka. Karena ini terlalu tiba-tiba, karena ini terlalu mendadak untuknya, ia yakin ada sesuatu yang mengganjal di hati kekasihnya. Hal yang membuat Yechan khawatir dan juga gelisah di saat yang sama.

"Yechanie?"

Jaehan melihat Yechan masih menatapnya, hingga akhirnya pria itu membuka mulutnya, menceritakan apa yang orang tuanya katakan dan inginkan darinya.

Jaehan mengangguk, tak menyela selama Yechan berbicara.

Satu hal yang ia pahami, ternyata Yechan pun sama seperti dirinya.

"Aku ingin mereka tahu bahwa hanya hyung yang aku mau."

Jaehan mendesah pelan, sejujurnya ia ketakutan. Bagaimana jika kejujuran hanya akan menghancurkan hubungan mereka nantinya?

"Yechanie, boleh aku memikirkan hal ini lebih dulu?"

Yechan tak mengatakan apa-apa selain hanya menganggukkan kepala. Mungkin juga sebenarnya pria itu sudah tahu jika jawabannya akan begitu.

Jaehan tak bisa menghindari. Ia yang selalu berjalan di zona nyaman, merasa bahwa keputusan Yechan cukup riskan.

Usia hubungan mereka masih terlalu awal untuk menerima beratnya tempaan. Jika bisa, Jaehan ingin mengulur waktu, menikmati momen bersama Yechan selama mungkin. Jika mereka baik-baik saja berjalan di belakang, Jaehan rasa itu akan lebih baik daripada menantang sesuatu yang seharusnya belum datang. Mereka tak perlu mengundang. Masalah itu pasti akan datang, tapi Jaehan berharap itu bukan sekarang.



 Masalah itu pasti akan datang, tapi Jaehan berharap itu bukan sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Triangle✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang