47

308 40 14
                                    


*Karena ini malem minggu, gw kasih update-an dah.

tapi, HyukBin nya nyempil ya seperti biasa.

btw, buat yang bertanya-tanya kenapa porsi HyukBin lumayan banyak, bukan karena gw lagi suka atau gimana ya, tapi emg sejak awal ini cerita Jaehan Sebin. cuma emg mainpair nya Si YechanJaehan sementara HyukBin Side pair.

tetep kok fokus cerita ini banyak ke Yechanjaehan nya.

Kenapa gw ngejelasin ini? Karena takut dikira bias aja ni gw. padahal ya kaga.

 padahal ya kaga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*

*

*

Sebin bekerja dengan tak fokus hari ini. Ia terus menerus memikirkan Hyuk. Dalam kepalanya, hanya ada bayangan saat pria itu  berkata menginginkannya.

Menginginkan bagaimana maksudnya?

Bahkan meski hubungan mereka tak jelas statusnya, Sebin masih selalu menerima dengan tangan terbuka jika Hyuk mendadak mendekat sekedar untuk memeluk atau menciumnya.

Yah, tak sampai ditahap yang lebih intim memang, tapi bukankah itu cukup untuk menunjukkan perasaannya?

Ia pun belum menjawab dengan gamblang soal kencan atau apapun itu, tapi dengan dirinya yang menerima dan membiarkan Hyuk masuk ke dalam tempat paling privasi yang ia miliki, bukankah seharusnya Hyuk sudah mengerti?

Sebin menghela, lalu melamun lagi setelahnya. Rupanya itu ditangkap oleh Jaehan yang sejak tadi memang mengamati tingkah aneh dari sahabatnya ini.

"Sebin-ah, ada yang ingin kau ceritakan? Apa kau begini masih karena Yechan?" Karena Jaehan tahu Yechan masih enggan berinteraksi dengan Sebin. Bukannya ia tak peduli, tapi ia merasa tak memiliki hak untuk bicara. Bagaimana pun, ia dilepaskan karena Yechan yang memiliki perasaan padanya. Bukan karena ia yang tak memiliki kesalahan. Bisa dibilang itu keberuntungan.

"Tidak. Bukan itu."

"Kau sudah ke rumah abu?"

Sebin mengangguk, berkata juga jika Hyuk yang mengantarnya saat itu.

"Kalau begitu, apa ini karena Hyuk?"

Tak ada jawaban. Sudah pasti sebuah kebenaran.

"Apa Hyuk melakukan sesuatu padamu? Kau ingin aku menghajarnya untukmu?"

Sebin yang tadinya diam saja langsung tertawa. Jaehan ini sedang melucu atau apa. "Kau ingin menghajarnya?"

Melihat otot lengan Hyuk saja sudah membuat ciut nyalinya.

Jaehan menunjukkan cengiran. Sebin menggeleng pelan.

"Aku sendiri bisa menghajarnya jika dia berani macam-macam. Masalahnya ada padaku, Jaehanie. Aku yang membuat segalanya menjadi rumit dalam hubungan kami."

"Hm? Kenapa?"

Sebin mengatakannya, bersama Jaehan tak ada lagi rahasia.

"Dia mengajakku berkencan, hubungan kami harus diresmikan, juga dia berkata menginginkanku, hanya aku."

Jaehan yang mendengarkan itu matanya tampak cerah berbinar-binar. Hyuk manis juga rupanya. Jika jadi Sebin, mendengar hal semacam itu pasti sudah membuatnya tersipu malu.

"Lalu, apa masalahmu?"

Desah napas Sebin terasa semakin berat. "Aku ragu. Bukan pada Hyuk, tapi pada diriku sendiri. Aku tak ingin menyakiti."

Berharap Jaehan mengerti.

"Tapi, Sebin-ah ... bukankah jika kita saling mencintai, pasti juga akan ada saat dimana kita akan saling menyakiti?"

"Dia terlalu baik."

Jaehan memutar mata, "Itu alasan klasik. Seperti bukan dirimu saja. Kau tak pernah peduli dengan alasan yang tak masuk akal begitu, 'kan?"

Sebin tahu, hanya saja hatinya tetap merasa tak menentu. Apakah hubungan ini akan berakhir baik? Apakah keputusannya untuk menerima Hyuk adalah yang terbaik?

"Aku tahu." Suara Sebin begitu pelan.

Jaehan yang sedari tadi mendengarkan menjadi tidak tega. Sahabatnya yang begitu kuat dan blak-blakan menjadi kebingungan. Sisi Sebin yang jarang diperlihatkan. Siapa sangka bahwa Hyuk lah yang menjadi alasan.

"Ngomong-ngomong, Sebin-ah ... aku belum bertanya, bagaimana reaksi orang tuamu saat tahu kau bersama seseorang yang sama seperti dirimu?"

"Mereka tak terlihat terkejut. Tapi, tak ada satupun dari mereka yang menghubungiku setelah itu."

Jaehan termangu, teringat sesuatu, "Tapi, saat di kantin beberapa waktu lalu, bukankah kau mengangkat telepon dari ayahmu?"

Sebin menggeleng, menjelaskan bahwa itu orang lain. Karena ada Hyuk di sana, Sebin memanfaatkannya. Agar pria itu tak curiga dan tak khawatir padanya.

"Sebin-ah ..."

Senyum yang biasa Jaehan lihat begitu cerah, kini justru terlihat sendu. Dalam hati kecilnya merasa iba, tapi tak tahu juga harus bagaimana.

"Jangan terlalu memikirkanku, Jaehanie. Lagi pula sekarang aku sudah tinggal sendiri. Mungkin ini terjadi juga agar aku benar-benar bisa hidup mandiri."

Lirih terdengar Sebin berkata, "Setidaknya ada Hyuk di sisiku ..."

Jaehan tanpa diduga mendengarnya, sahabatnya itu lalu menanggapi dengan lembut sekali. "Jika begitu, bukankah itu cukup menjadi alasan untukmu menerima cintanya?"

"Uhm?"

"Seseorang yang berada di sisi terburuk dalam hidupmu ... jika jadi kau, aku akan menjaga dan tak akan pernah melepaskannya."

Triangle✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang