77

250 40 0
                                    

"Kau tidak marah? Yechan bertemu orang lain yang bagaimana pun pernah menjadi alasan kalian bertengkar."

Jaehan menggeleng, tak berkomentar apa-apa kecuali melihat saat Sebin memotong daging steak untuknya.

Dalam benaknya, Jaehan berkata itu akan sempurna jika Yechan yang melakukannya, seperti biasa.

Sebin pun sepertinya tak ingin memperkeruh suasana, jadi ketika Jaehan menggeleng, pria itu pun memilih untuk tak lagi bertanya.

"Terima kasih, Sebin-ah ..."

"Makanlah."

"Mm."

Keduanya pun untuk sesaat melupakan apapun masalah. Memilih untuk menikmati makanan enak, anggur yang juga enak, ditambah alunan musik romantis meski mereka bukanlah pasangan, tapi jujur saja itu cukup menyenangkan.

"Jika bukan karena Yechan yang membayar ini, aku pasti akan berpikir seribu kali untuk datang ke sini."

Jaehan terkekeh, namun mengiyakan juga pada akhirnya. Bahkan baju mereka saat ini pun lagi-lagi difasilitasi oleh nuna-nya Hyuk.

"Punya pacar kaya ternyata enak juga, ya?"

Jaehan hampir tersedak karena terbahak, namun saat Sebin menatapnya galak, ia langsung menutup mulut dan berdehem pelan.

Jaehan bahkan tampaknya lupa jika salah satu misinya ikut adalah karena ingin mengawasi pacarnya.

"Menurutmu kenapa Hangyeom mengajak Yechan bertemu?" Tentu Sebin tak bisa menahan diri untuk tak membawa topik itu kembali.

Tidak tahu, itu adalah satu-satunya jawaban yang bisa Jaehan berikan.

" Sebenarnya Yechan pernah membentakku sekali karena dia."

"Hm? Kau pernah cerita jika Yechan hanya marah."

Jaehan memutar bola mata, "Memangnya definisi marah menurutmu itu yang seperti apa?"

Sebin menerawang, mengingat bagaimana saat Hyuk marah padanya. Tapi, tak ada teriakan atau bentakan, Hyuk hanya diam dan tak mau bicara sebelum ia yang mengalah dan harus membujuk sembari memeluk.

Jaehan bahkan tak mau repot-repot menunggu Sebin untuk menjelaskan. Sudah pasti, kedua pria itu akan berbeda sikap. Jaehan tak ingin membandingkan juga.

"Yechan tak mau aku terlalu dekat dengan Hangyeom. Tapi, bagaimana bisa menghindar jika Hangyeom adalah anak dari pria yang akan menjadi kakak iparku nantinya?"

Secara sederhana, Hangyeom akan menjadi keponakan sambungnya.

"Kim Jaehan, serius ... aku tidak terlalu tertarik dengan Hangyeom, tapi aku tertarik dengan fakta bahwa Yechan pernah membentakmu karena cemburu. Katakan padaku, saat marah apa dia selalu begitu? Apa saat marah, dia sangat menyeramkan?"

Jaehan maju sejengkal, berbisik pelan, "Mm. Sangat menyeramkan. Aku bahkan tak berani menatap matanya."

Sebin cukup heran. "Dengan wajah bayinya itu?"

Jaehan mengangguk, memberi tahu Sebin agar jangan sampai tertipu. Saat marah atau kesal sikap Yechan sungguh berkebalikan dengan wajahnya yang lucu.

"Kau tidak takut padanya?"

"Tentu saja aku takut. Tapi, saat itu aku menyadari bahwa kesalahan ada padaku yang tak menceritakan semua padanya sejak awal."

Jaehan melirik lagi ke arah Hangyeom dan Yechan. Interaksi keduanya terlihat biasa saja. Santai dan tak ada kesan kaku. Meski Yechan lebih sering diam dan mendengarkan, tapi tampaknya tak ada yang perlu dikhawatirkan.

*

*

*

"Kau mau langsung pulang atau bagaimana, Sebin-ah?"

"Hyuk sudah menungguku di dekat sini. Jadi, aku akan menghampirinya lebih dulu."

Jaehan mengangguk. Ia bertanya begitu karena melihat Hangyeom yang sudah pergi dari tempatnya. Sementara Yechan masih asyik mengunyah daging dan menyantap hidangan yang lain. Aneh, tak biasanya Yechan seperti itu.

"Uhm ... Sebin-ah, aku dan Yechan sepertinya akan pergi liburan." Sebelum pulang, Jaehan memutuskan untuk memberi tahu Sebin terlebih dahulu. Soal sikap aneh kekasihnya, Jaehan memutuskan untuk bertanya di rumah saja.

"Ke mana? Jauh tidak? Jangan terlalu jauh, Jaehanie. Nanti aku sendirian di sini."

Jaehan mengangkat bahu, berkata belum tahu. Biar Yechan yang nanti mencari rekomendasi. Mungkin ke negara beriklim tropis, tapi Yechan tak suka cuaca panas. Jadi, ia rasa Eropa adalah yang terbaik untuk mereka.

Tapi, sebelum itu ia harus menenangkan Sebin lebih dulu. "Kan ada Hyuk."

Saat itulah Sebin baru teringat, "Ah! Jaehanie, sebenarnya Hyuk juga mengajakku pergi."

"Pergi?"

Jaehan merasa aneh, karena jika dirinya tadi menyebut kata liburan dengan jelas, tapi Sebin justru berkata diajak Hyuk pergi.

"Ke mana?"

"Katanya dia ingin bersamaku berkeliling dunia. Lalu, akan kembali ke sini setelah kita sudah menikah."

Mendengar kata terakhirnya, Jaehan langsung cemberut, "Ah! Irinya ... Aku juga mau menikah dengan Yechan."

Walau sebenarnya dalam hati kecilnya, Jaehan  sungguh tak meminta apa-apa asalkan bisa bersama Yechan untuk waktu yang lama. Selamanya jika bisa.

Tapi, Jaehan ingin meyakinkan sahabatnya, bahwa tak buruk dengan semua rencana Hyuk. Pria itu juga tampak serius.

"Kau menerimanya, 'kan? Bukankah itu artinya dia sedang melamarmu secara tak langsung?"

Sebin lama menjawab, seolah bingung dia bertanya, "Tapi, Jaehanie ... apa menurutmu dia benar-benar serius dengan itu? Sejujurnya, selama ini aku selalu takut. Aku takut dia berakhir bosan dan meninggalkanku sendirian."

Hal seperti itu, tak hanya Sebin, bahkan Jaehan pun sering memikirkan. Namun, melihat yang sudah terjadi, bukankah sudah cukup untuk mereka saling mempercayai?

"Yechan mencintaiku, tapi untukmu ... bukankah Hyuk juga begitu?"

*

*

*

Begitu Sebin pamit pergi, Jaehan mengelap sudut bibirnya dengan sapu tangan sebelum berdiri dan melangkah menghampiri Yechan yang tampaknya sudah selesai menyantap hidangan.

Kini, keduanya sudah berada di dalam lift, berdiri bersisihan, tanpa ada yang memulai percakapan.

Yechan diam, Jaehan pun merasa belum waktunya untuk bertanya. Hanya genggaman yang masih sama eratnya, sama hangatnya. Bagi Jaehan sendiri, itu sudah cukup menjelaskan.

Jika Yechan tak mengatakan apa-apa, kini ia hanya cukup menerimanya.

Sampai mereka tiba di rumah, setelah bersih-bersih dan semua sudah beres, barulah Yechan membuka suara. Pria itu mengayunkan tangan, meminta Jaehan untuk datang padanya.

"Kemarilah, hyung ..."

Jaehan tentu menurut, "Ya, Yechanie?" tanyanya lembut.

Triangle✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang