65

313 41 5
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Hyuk tertidur seperti orang mati.

Sebin sendiri sudah bangun sejak satu jam yang lalu. Ia tak beranjak dari tempat tidur dan hanya bermain ponsel.

Ia juga menunggu baju yang dijanjikan Hyuk malam tadi. Karena kakak Hyuk adalah pemilik butik, Sebin dikirimi banyak foto baju-baju bagus dan bebas memilih manapun yang ia sukai.

Tentu saja sungkan, tapi Hyuk memaksa seperti biasa.

Katanya itu akan datang siang nanti. Sebin diam-diam merasa tak sabar.

Sebin menghela, di sela senyumnya, ia merasa sakit luar biasa.

Tubuhnya seperti remuk. Ingatkan Sebin jika semalam dia lah yang paling bersemangat pada akhirnya.

Menutupi sebagian muka yang mulai bersemu, Sebin merasa malu padahal tak ada juga yang melihat betapa merah pipinya saat itu.

Sialan Yang Hyuk dengan segala pesonanya. Dulu Sebin tak percaya, tapi kini dia tahu jika cinta itu buta.

Ia rela mengalah, memberikan segalanya yang pria ini minta.

Merasakan nyeri yang datang dan pergi, tepat saat ia hampir meletakkan ponsel, Jaehan menghubungi.

"Jaehanie, gwenchana? Kau kemana saja? Kenapa tidak membalas pesanku semalam?"

Sebin bertanya banyak, namun hanya mendengar gumaman tak jelas diikuti permintaan maaf dari sahabatnya.

"Kau di mana sekarang?"

Tentu saja tempat Yechan akan menjadi jawaban.

"Mm. Mari kita bertemu nanti malam. Kau ingin ke apartemenku? Atau aku yang ke rumahmu?"

Sebin sejenak terdiam, ingat bahwa keluarga mereka sekarang cukup merenggang. Tak mungkin ia akan disambut jika datang.

"Mm, lebih baik kau yang datang ke tempatku. Kau tak keberatan, 'kan?"

Jaehan dengan segala kerendahan hatinya, tak mungkin akan menolaknya.

Panggilan pun ditutup. Sebin melihat ke langit-langit kamar. Cukup lama sampai merasa ada sebuah lengan melingkari perutnya.

Siapa lagi jika bukan bocah tengik yang selalu membuat Sebin merasa hampir gila atas apapun yang dilakukannya.

"Kau tidur seperti bayi. Bangunlah! Sejak tadi ponselmu berbunyi."

"Kenapa tidak kau angkat saja?" Suara serak menyapa, Sebin sedikit bergetar mendengarnya. Teringat pergumulan mereka tadi malam.

Hyuk yang sialan tampan!

"Aku malas, Hyuk-ah ..."

"Kalau begitu biarkan saja."

"Bagaimana jika itu penting?"

Triangle✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang