34

414 54 8
                                    

"Kau tak pulang?"

Yechan melempar satu kaleng soda ke arah Hyuk yang langsung menangkapnya dengan sempurna.

"Tidak. Aku berniat tinggal di sini."

"Apa?" Yechan hampir tersedak minumannya sendiri.

"Bukan di sini, tapi di sebelah."

"Sebin?" Jika tadi ia terkejut, sekarang Yechan bahkan lebih tak mempercayai apa yang baru saja didengarnya.

Seingatnya, Hyuk itu paling anti tinggal bersama orang lain. Bahkan sejak memisahkan diri, orang tuanya pun hanya bisa menemuinya tiga atau empat bulan sekali. Itu juga jika mereka cukup beruntung.

Tempat tinggal Hyuk tak jauh dari kantor mereka, itulah mengapa Yechan jarang berangkat atau pulang bersama. Yechan sendiri baru diperbolehkan masuk ke dalamnya sekitar dua kali sejak ia kembali.

Jika ia suka menyepi hanya saat ada yang masalah yang amat membebani, maka Hyuk lebih suka sendiri. Benar-benar sendiri. Tanpa alasan, tanpa batasan.

Lalu sekarang  ... apa katanya tadi?

"Kau sungguhan ingin tinggal bersama Sebin?"

Bahkan ia dan Jaehan pun belum terpikirkan untuk tinggal bersama.

"Entahlah, aku hanya ingin terus melihatnya."

Lama Yechan menatap Hyuk, namun mau berkata apa juga akhirnya diurungkannya. Selama Hyuk bahagia, Yechan hanya bisa mendukungnya.

"Jika kau suka melihatnya, kenapa kau kemari? Kenapa tidak duduk di depannya dan memandangi Sebin sepuasnya?"

Hyuk menenggak satu kaleng sodanya sebelum menatapnya, "Ada Jaehan hyung-mu di sana."

"Apa?"






**









Sebin yang menceritakan tentang Hyuk cukup membuat Jaehan terdiam beberapa saat. Sebenarnya agak tidak menyangka.

Ya, lihat saja mereka berdua.

Tapi, ya namanya juga rasa suka, tidak pernah salah mau itu datang pada siapa. Jaehan memakluminya.

Ia bersandar pada sofa, memindai ruangan yang hampir sama dengan milik Yechan. Yang membedakan hanyalah warnanya.

Unit yang Sebin tempati terlihat lebih ceria walau tak melunturkan kesan dewasa. Sementara  unit yang Yechan tempati terasa lebih gelap karena didominasi warna abu.

Memang kepribadian mereka berbeda, Jaehan sendiri merasa nyaman berada di sisi keduanya.

Saat melihat isi kulkas Sebin tadi, itu cukup penuh terisi. Lain hal dengan milik Yechan yang hanya ada air. Entah itu air mineral, beberapa kaleng soda, dan banyak bir di sana.  Sebagian adalah sisa saat malam mereka bersama.

"Berhenti melihat ruangan ini, sekarang ceritakan padaku."

Jaehan menghela, bagaimana bisa Sebin tahu jika dibalik pikirannya yang ke mana-mana terselip fakta bahwa ia bingung dengan pertanyaan Sebin yang ingin dirinya bercerita.

"Aku tidak tahu harus memulai dari mana, Sebin-ah ... Hanya dalam dua hari dan rasanya terlalu banyak yang terjadi."

Sebin sudah menduganya. Hari kemarin memang terasa amat panjang, bahkan bagi dirinya. Yang ia tahu Jaehan seharian di rumah Yechan, lalu ia dapati temannya ini baru pulang tadi pagi. Bukankah itu berarti Jaehan menghabiskan dua malam di unit sebelah.

Tidak mungkin tak ada yang terjadi, 'kan?

Jadi, kali ini Sebin memutuskan untuk memaksa. Lagipula, anggap saja setara, impas hutang cerita di antara mereka berdua.

Triangle✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang