59

267 41 9
                                    

Kompak, mereka berempat menggunakan warna putih dan cream yang tampak lembut. Jika tak mengenal, mungkin mereka akan disalah pahami sebagai pria yang baik dan lucu sekali.

Untuk Jaehan dan Sebin, kata baik dan lucu masih berupa fakta, walau tak tahu juga apa isi terdalam dari pikiran mereka. Akan tetapi, untuk Yechan dan Hyuk, para tamu undangan yang sudah mengenal akan tahu. Bahkan meski berada di kelas dua, tak ada yang mau mendekati mereka.

Jaehan pikir itu akan menjadi acara formal karena Yechan tak mengatakan apapun tentang detailnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaehan pikir itu akan menjadi acara formal karena Yechan tak mengatakan apapun tentang detailnya.

Rupanya, itu hanya sekumpulan anak-anak orang kaya yang berkumpul dan unjuk gigi atas apa yang mereka miliki. Lebih tepatnya apa yang orang tua mereka miliki.

Tak berada di tempat yang biasa dipakai untuk pesta resmi, acara berlangsung di lantai tertinggi hotel yang merupakan sebuah night club yang bisa dibilang ternama. Cukup mewah untuk Jaehan yang baru sekali datang ke tempat seperti ini. Ia hanya tahu nama karena terkenal saja, tapi belum pernah masuk karena tak tahu juga mau apa.

Sempat melongo, tapi Jaehan segera disadarkan oleh Sebin yang memberitahunya untuk tetap bersikap layaknya sudah terbiasa.

Jaehan mengingat-ingat, namun tak bisa mengabaikan, dan tetap tersenyum sopan pada siapapun yang mereka lewati, Sebin pun sama saja rupanya.

Keramah-tamahan sudah mendarah daging, mengalir melewati nadi, tak bisa dihindari.

Sementara itu, lain hal dengan Yechan yang masih memasang wajah malasnya dan Hyuk yang lebih seperti pengawal karena menolak menggunakan lengan panjang sebagai atasan.

Membuat Sebin bersungut-sungut karena kesal sejak berangkat, "Kau seperti tukang pukul, Hyuk-ah. Kenapa kau sulit sekali menurutiku dan menggunakan baju yang kupilihkan untukmu?!"

"Kau ingin kita membahas ini lagi?"

"Ya! Aku akan membahas ini sampai aku bosan. Bukankah kau bilang akan menurutiku? Aku benci orang yang suka ingkar janji!"

"Tapi, ini hanya baju! Kenapa kau sampai kesal begitu?!"

Jaehan mendesah pelan, berjalan selangkah mendekat ke arah Yechan. Sejak tadi dua temannya itu terus menerus bertengkar hanya karena pakaian.

Pertama masalah warna, lalu model pakaiannya.  Tak ada habisnya perdebatan mereka.

"Yechanie, tidak bisakah kau melerai mereka?"

Yechan acuh tak acuh, "Biarkan saja."

Jelas Yechan akan mengabaikan, sementara Jaehan yang penuh ketenangan selalu merasa tak nyaman dengan pertikaian. Walaupun ia tahu Sebin dan Hyuk tak benar-benar bertengkar. Hanya saja melihat dua pria dengan badan sebesar itu adu mulut rasanya cukup mengerikan. Menjadi tontonan tak terelakan, walau banyak yang memilih untuk tak mempedulikan.

Mungkin karena melihat Jaehan yang tak nyaman, Yechan pun membawanya ke tempat yang lebih menenangkan.

Mereka menuju tempat duduk dekat jendela besar.  Langit malam tak cukup gelap karena pantulan lampu-lampu kota.

Triangle✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang