Jaehan dan Sebin adalah sahabat sejati yang harus berkompetisi untuk mendapatkan cinta sejati dari sang pujaan hati.
Sayangnya, salah satu dari mereka harus menyerah sebelum melangkah.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
**
Yechan tak lagi bertanya, tak lagi membahas soal keluarga atau hal yang terlalu berat untuk dipikirkan kekasihnya.
Biarkan itu menjadi urusannya. Saat ini ia hanya ingin memanjakan pria ini. Pria yang lebih tua enam tahun dari dirinya, tapi masih menggemaskan juga lucu sekali. Rasanya ia begitu kejam jika membuat Jaehan melunturkan senyumannya.
"Yechanie, ayo berkencan hari ini. Aku bosan di rumah. Nuna sedang pergi bersama eomma dan appa."
"Hyung di rumah sendiri?"
Jaehan mengiyakan, dan tanpa diminta dua kali, Yechan pun mengajaknya bertemu di sore harinya karena ada urusan dari pagi hingga menjelang siang.
Tak jauh, Jaehan berkata hanya ingin menikmati semilir angin sore di sungai Han bersamanya.
Tak keberatan, Yechan tahu itu adalah tempat favorit semua orang.
Jaehan seperti terlambat menikmati masa muda. Jelas tak pernah memiliki kekasih sebelum bersamanya. Jaehan sendiri yang berkata jika tidak bersama keluarga, maka ia hanya akan pergi dengan Sebin.
"Yechanie, kau pernah piknik?" tanya Jaehan.
"Seperti ini?"
Jaehan mengangguk. Ia duduk di atas rumput liar, sementara Yechan berbaring, meletakkan kepala di atas pangkuannya.
Sore itu langit cerah. Ramai juga orang lalu lalang. Keduanya tak terganggu, seolah hanya ada mereka berdua di situ.
Ini kencan yang sangat umum, seperti yang biasa orang-orang lakukan bersama pasangan. Hal yang sangat ingin Jaehan lakukan. Beruntung Yechan mengabulkan.
"Pernah."
"Kapan?"
Yechan lama tak menjawabnya, lalu pria itu berkata, "Sudah terlalu lama, aku tak mengingat kapan tepatnya."
Mungkin saat Kevin masih ada. Jaehan merasa bersalah saat memikirkannya. Ia selalu membuka luka yang berusaha Yechan tutupi darinya.
Itu hanya pikirannya, padahal Yechan tak mengatakan apa-apa.
