80

240 30 4
                                    

*Tenang aja ini akan end di chap 100. tapi kalo misal bisa gw kurangin ntar gw rapet2in biar ga nyampe 100 udh kelar.

*yechan's

Jaehan terbangun, itu sekitar tengah malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaehan terbangun, itu sekitar tengah malam. Mungkin hampir dini hari. Enggan melihat jam, Jaehan hanya membenahi posisi. Ia yang tadinya berbaring, kini menghadap sepenuhnya ke arah kekasihnya yang sudah tidur. Masih menggenggam tangannya, Jaehan merematnya pelan. Berharap tak membangunkan.

Yechan pasti kelelahan.

Ia juga tidak tahu mengapa selemah itu. Semua yang ia lakukan hanya menyusahkan, walaupun yakin jika Yechan tak keberatan.

Haruskah ia pulang?

Ia bisa berlutut seharian di kaki ayahnya jika itu untuk kebaikan. Ia juga bisa bersujud di depan ibunya, jika dengan itu ia bisa tetap bersama Yechan.

Sadar bahwa melarikan diri seperti ini tak akan bisa menyelesaikan. Namun, ada sisi dalam dirinya yang ketakutan. Bagaimana jika ia tak diijinkan keluar lagi? Bagaimana jika ia berakhir dipukul lagi?

Tentu saja, ia laki-laki. Dipukul bisa saja ia balas memukul. Akan tetapi, orang tuanya yang dibicarakan di sini. Terlebih lagi, seumur hidupnya baru kali ini ia mengalami.

Rasanya tak terlupa, mungkin untuk waktu yang lama. Bahkan sepertinya Yechan pun tak bisa menyembuhkannya.

Jaehan menghela, ia dapati Yechan yang seringkali tersentak meski matanya masih tertutup rapat.

"Apa kau bermimpi buruk, Yechanie?" bisiknya.

Tak ingin mengganggu, Jaehan meraih ponsel yang kebetulan masih bisa ia jangkau dengan jari-jari. Membuka kotak pesan, ia dapati Sebin yang mengiriminya banyak sekali pertanyaan. Tak hanya pesan, tapi juga ada banyak panggilan. Jaehan tersenyum, Sebin selalu sangat gigih.

Tak ingin membuat sahabatnya itu khawatir, Jaehan akhirnya mengetik beberapa kalimat.

Mian, Sebin-ah.

Aku baru bangun tidur.

Jangan khawatir.

Aku baik-baik saja.

Temui aku besok sepulang kerja.

Jaehan tak menunggu balasan karena ia tahu sahabatnya itu pasti sudah tidur. Jadi, ia memilih melihat pesan-pesan yang lainnya.

Satu yang menarik perhatiannya, itu dari nomor yang tak ia kenal.

Karena penasaran, Jaehan pun membukanya.

Kim Jaehan-ssi, benar?

Aku sekretaris pribadi Tuan Yechan.

Jaehan mengerutkan kening. Yechan memiliki sekretaris pribadi? Kenapa ia tak pernah mengetahui hal ini?

Mengabaikan banyaknya pertanyaan, Jaehan memilih untuk melanjutkan.

Akhir-akhir ini Tuan Yechan sulit dihubungi.

Nyonya memintaku untuk menghubungimu.

Semakin dibaca, Jaehan merasa jantungnya semakin kehilangan fungsinya.

Bisakah kau datang ke kediaman Shin?

Bersama Tuan Yechan atau sendirian,
anda yang memutuskan.

Nyonya berkata ada yang ingin beliau diskusikan.

Jaehan tak berniat untuk membalas. Ia terdiam, dan hanya melamun untuk beberapa saat lamanya.

Sesekali ia memandang ke arah Yechan.

"Bersama Yechan atau sendirian ..."

Kenapa ada pertanyaan seperti itu?

Seolah itu bukan pertanyaan, melainkan perintah untuk ia datang ke sana tanpa Yechan.

Jaehan menggigit bibir. "Sebenarnya ... ada apa? Bukankah semua baik-baik saja?"

Seperti yang Yechan katakan sebelumnya.

*

*

*



Kediaman Song pagi itu tenang dan damai seperti  biasa. Hangyeom tengah menikmati  sarapan bersama dengan ayahnya.

Sikapnya masih manis, santai, dan banyak tersenyum. Seakan-akan ia tak pernah ditolak oleh Yechan.

Entah karena memang begitulah pembawaannya atau sebenarnya banyak skenario yang berjalan di kepalanya.

"Bagaimana makan malammu kemarin, Hangyeom-ah?"

Hangyeom tersenyum, benar-benar tak ada raut kecewa di wajahnya. "Aku senang. Terimakasih, appa. Ah, kira-kira kapan kita akan ke rumah ibu baruku? Bukankah ayah harus membicarakan acara pertunangan dan yang lainnya?"

Ayahnya tertawa. Berkata terlalu sibuk sampai tak punya waktu untuk memikirkan itu.

"Bagaimana jika minggu depan? Kau ada waktu menemani appa?"

Mungkin karena itu memang yang Hangyeom tunggu, jadi langsung menjawab dengan riangnya, "Tentu. Aku akan meluangkan waktu."










Triangle✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang