30

435 49 7
                                    










Hyuk.

Nama aslinya adalah Yang Hyuk. Sama seperti Yechan, dia adalah anak seorang pengusaha. Memiliki satu kakak perempuan.

Sepertinya diantara mereka berempat, hanya Sebin yang merupakan anak sulung di keluarga.

Hyuk memang terlihat perhatian, namun untuk mendapatkan simpatinya, cukup sulit sebenarnya.

Ia kurang memiliki rasa kasih sayang karena ketidak hadiran orang tua dalam kehidupan sehari-harinya.

Pertemanannya biasa saja. Tak ada yang spesial, kecuali Yechan karena memang teman sepermainan sejak muda.

Kini, Hyuk dihadapkan pada sesuatu yang baru pertama ia rasakan dalam hidupnya.

Bertemu Sebin, memiliki rasa tak biasa pun baru baginya. Ditambah, sekarang ia harus bicara seolah ia serius akan hubungan mereka yang bisa dikatakan sebenarnya tak ada.

Apa arti dirinya bagi Sebin?  Dan ... apa arti Sebin untuk dirinya? Hyuk belum menemukan jawaban pastinya.

Setelah memperkenalkan diri, ia dipersilakan masuk di ruangan yang ia duga adalah sebuah ruang kerja, ia dan Sebin duduk bersebelahan. Mereka ditatap begitu tajamnya oleh kedua orang tua yang dipanggil Sebin, eomma dan appa.

Kali ini tak hanya ibu, tapi ayah Sebin juga ada di situ.

Ia masuk ke dalam masalah yang ia buat sendiri. Lalu, apa setelah ini?

"Kalian pacaran?"

Sangat langsung dan tanpa basa-basi. Hyuk biasanya akan menyukai seseorang dengan karakter seperti ini.

Namun, ayah Sebin sedikit membuat ciut nyali.

"Ya, appa ... kami memiliki hubungan. Maaf karena belum sempat memberi tahu kalian soal ini."

Namun, jawaban Sebin diacuhkan. Tampaknya memang suara Hyuk lah yang menentukan.

"Ya, Paman. Kami berkencan. Belum lama memang, tapi aku sangat menyukainya." Sejujurnya, yang terakhir bukanlah kebohongan.

Lama ayah Sebin memandang Hyuk, mengamati dengan seksama, seolah memiliki pemindai otomatis di matanya.

Sebin sendiri berusaha melihat ke arah ibunya, meminta bantuan sepertinya.

Sama saja, Sebin kembali tak dipedulikan.

"Hyuk-ssi, dimana kalian bertemu?"

"Kami bekerja di perusahaan yang sama." Hyuk menjawab tanpa senyuman, bukan karena tak mau, tapi ia tak bisa.

Ia pandai bicara, tak perlu meragukannya. Namun, di dalam sini tiba-tiba itu menguap. Ia tak bisa selancar biasanya.

Beruntung perhatiannya segera teralihkan saat ayah dan ibu Sebin sama-sama memberi helaan panjang atas situasi mereka saat ini.

"Kau seharusnya datang lebih cepat. Dan Sebin ..." Pria paruh baya itu beralih menatap anaknya, "Meski kalian sudah berpacaran, kau harus tetap berkenalan dulu dengan anak teman ayah itu. Bagaimana pun dia sudah datang."

Sebin menatap Hyuk, dan tidak tahu mengapa Hyuk memberinya anggukan seolah tengah mengijinkan dan memperbolehkan.

"Baik, appa ..." Sebin tak bisa membantah juga. Akhir-akhir ini ia sadar sudah terlalu banyak meminta.

"Hyuk-ssi, kau tak keberatan kan dengan itu?"

Kali ini, tidak tahu apakah beban itu sudah terangkat dari dirinya atau belum, yang jelas ia sudah bisa tersenyum. "Tentu saja."

**

"Kau akan menemuinya, haruskah aku menunggumu?"

Hyuk dan Sebin berada di luar pagar, sebenarnya Hyuk sudah berpamitan, tapi ia kan di sini datang juga untuk mengantar.

"Sebaiknya kembali saja dulu. Aku takut akan lama."

"Kenapa lama? Tak bisa dipercepat saja?"

Sebin baru pertama melihat Hyuk tak sabaran begini. Ia tersenyum, "Tidak, aku hanya takut kau bosan. Sudah begitu sangat dingin di luar sini."

"Ya, aku tidak keberatan kok dengan itu."

"Hm ... baiklah kalau begitu. Aku janji tak akan lama."

Hyuk tampak mengangguk dan karena sudah ditunggu, Sebin pun berbalik. Ia berniat kembali ke dalam sana, di mana semua orang masih menunggunya. Namun, tangannya ditahan, membuat Sebin bertanya-tanya, apa gerangan yang ingin Hyuk sampaikan.

"Wae?"

"Kau mau pacaran sungguhan denganku?"

Sebin mengerjap, dan untuk beberapa saat ia terpaku, tak bisa menjawab.




Triangle✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang