87

280 35 8
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Hari yang paling Hangyeom tunggu akhirnya datang juga.

Sejak pagi, ia terus menunjukkan raut bahagia, dan malam yang ia tunggu akhirnya tiba juga.

Perjalanan dari rumah hingga tiba di tempat tujuan mereka, tak ada masa di mana Hangyeom murung di wajahnya

Entah apa yang ada di dalam kepalanya.

Wajah tampan dengan senyum menawan, bahkan jika ada yang memiliki hari buruk, pasti akan langsung disembuhkan.

"Gyeom-ah, apa yang membuatmu begitu bahagia?"

Hangyeom menoleh, tersenyum pada sang ayah yang tampak penasaran, "Aku akan memiliki keluarga baru. Bagaimana mungkin aku tidak senang dengan itu? Ada Jaehanie hyung juga di sana dan kami seumuran, jadi pasti akan semakin menyenangkan."

Seolah paham, ayahnya mengangguk senang. Tak menyangka jika Hangyeom akan begitu menerima dengan tangan yang terbuka keputusannya untuk menikah lagi.

Awalnya ia menjelaskan bahwa ini hanya pernikahan bisnis, dan Hangyeom hanya diam tanpa memberi tanggapan sama sekali. Namun, sekarang sepertinya tak ada masalah sama sekali.

Mungkin karena usia Hangyeom yang sudah dewasa, jadi tak ada drama atau sekedar merajuk manja.

Saat mendengar anaknya tertarik pada salah satu pemuda yang ia tahu siapa orang tuanya, bahkan itu lebih membahagiakan dah melegakan.

Tak peduli anaknya menyukai pria atau wanita, jika itu bisa mengangkat derajatnya lebih tinggi lagi, ia pasti akan merestui.

"Ah, Jaehan juga bekerja di perusahaan Tuan Shin, 'kan?"

Hangyeom mengangguk,  "Benar, Appa. Jaehan hyung mengenal Yechan juga. Mereka teman."

"Benarkah? Wah, kebetulan yang luar biasa. Katakan pada appa, bagaimana perkembangan hubunganmu dengan Yechan?"

Hangyeom tertawa, berkata jika baru dua hari sejak mereka bertemu. Apa yang bisa terjadi dalam waktu yang singkat itu?

"Tapi, dia senang denganmu, 'kan? Jika ada kesempatan, akan appa bicarakan dengan Tuan Shin tentang rencana ke depan."

Tak banyak jawaban, Hangyeom hanya mengiyakan.

"Terima kasih, Appa ..."

Sayangnya, dalam pikirannya berbeda, semua rencana tak akan ada artinya jika apa yang ada di kepalanya saat ini belum terlaksana.

Ia perlu membuat Jaehan pulang.

"Menurutmu, apakah pertunangan itu perlu?"

Hangyeom menoleh, "Kebanyakan wanita menginginkan hal itu, tapi jika appa ingin langsung menikah, kurasa akan baik-baik saja selama paman dan bibi menyetujuinya."

Karena Hangyeom tahu benar, dalam keluarga itu suara orang tua adalah segalanya.

Penyebab Jaehan pergi, jelas karena ada pembangkangan yang terjadi. Tapi, Hangyeom memastikan, bahwa ia akan memperbaiki. Dengan begitu, tak ada alasan bagi Yechan untuk menghindari lagi.

Janji yang ia buat sepihak ini, akan Hangyeom pastikan Yechan yang akan menepati.


"Untuk Jaehanie hyung ... hm, kurasa aku bisa membantunya kembali kepada keluarganya. Tentu saja ... itu hanya jika kau mau melepaskannya, Yechanie ..."


Yechan memang tak meminta, tapi ia akan melakukannya.

*

*

*



Tak hanya Hangyeom yang sedang dalam perjalanan, melainkan Jaehan dan Yechan juga.

Di depannya ada supir keluarga Yechan, sementara kekasihnya itu duduk bersilang kaki dengan mata yang terus menatap lurus ke depan.

Jaehan masih ketakutan.

"Ye-Yechanie ..."

Yechan melepaskan Jaehan. Pria itu duduk, mengambil ponsel dan menekan kontak bertuliskan "eomma" di sana.

"Bicaralah."

"A-apa yang harus aku katakan, Yechanie?"

Yechan mengangkat satu sudut bibirnya, "Hyung yang lebih tahu soal itu."

Jaehan kebingungan semalam, tapi jika tak menurut, Yechan mungkin akan lebih marah lagi.

"Yechanie, tidak bisakah kau memaafkanku?"

"Apa aku tampak marah padamu?" tanya Yechan tanpa ekspresi yang berarti.

Terdiam. Jaehan tak tahu bagaimana menjawabnya.

Yechan masih memperlakukannya seperti biasa pagi tadi. Akan tetapi, ia tahu benar jika masih ada kemarahan di sana.


"Eomma ... ini aku, Jaehan."

Tentu saja menjadi pertanyaan, karena ia menelpon menggunakan ponsel milik Yechan.

Pasti ada harapan bahwa itu adalah sang anak yang menelponnya.

"Maafkan aku karena malam-malam menelpon. Akan tetapi, bisakah kita bertemu besok pagi?"

Tak banyak kata atau pertanyaan dari ibu kekasihnya. Ia langsung diiyakan.Terhitung sebagai permintaan pertamanya.


"Yechanie ..."

"Hangyeom mungkin akan mengatakan sesuatu padamu saat bertemu. Jika hyung masih ingin kita bersama, yang hyung harus lakukan adalah jangan mempercayainya."

Yechan jelas mengabaikan kegelisahannya, karena itu, Jaehan semakin yakin, dari pada marah, kekasihnya ini kecewa padanya.

"Baiklah ..."

Yechan menatap Jaehan yang kini memandang keluar jendela.

"Sejujurnya, aku tidak peduli apakah kau akan kembali pada keluargamu atau tidak."

Jaehan menoleh dengan terkejut, "A-apa maksudnya, Yechanie?"

"Aku membawamu ke sana, salah satu alasanku adalah karena ingin mereka mengenalku."




Triangle✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang