66

259 34 1
                                    

a.n : maapin ya gaes kmren ga update. orang biasanya hari minggu free tapi kalau gw seringnya sibuk sekali :")

gw kasih 3 chapter deh ya ❤️




*

*

*




"Hyung sungguh baik-baik saja?"

Jaehan menyenderkan kepala di bahu Yechan yang sudah merentangkan lengan.

Ia tidak tidur semalaman. Tentu saja karena Yechan. Ia lelah dengan pertengkaran, walau Yechan membalasnya dengan diam, tapi itu tetap membuatnya kepikiran.

"Aku mengantuk, Yechanie."

Kepala diusap pelan sebelum Yechan memberinya sebuah kecupan. "Tidurlah dulu, aku akan membangunkan hyung saat sudah sampai."

Karena mungkin mengantuk juga, jadi Yechan hari ini memanggil supir yang sebenarnya memang dipekerjakan untuknya.

Jaehan sempat bertanya mengapa sebelumnya Yechan memilih menyetir sendiri, tapi jawaban pria itu tak memuaskannya. Seperti biasa.

Sedang ingin saja.

Tak mau repot-repot meminta jika ingin kemana-mana.

Dan alasan lainnya.

Jaehan menduga yang sebenarnya terjadi adalah Yechan tak mau diawasi oleh orang tuanya.

Katakan dia sok tahu, tapi memang tak ada lagi alasan masuk akal yang bisa Jaehan pikirkan.

"Yechanie ..."

"Mm."

Suara Yechan serak, matanya pun ikut terpejam. Mungkin Yechan sebenarnya juga kelelahan.

"Kita mau ke mana?"

Kali ini, Yechan menjawabnya dengan benar. Jaehan tersenyum tanpa sadar.

"Ke rumah orang tuaku. Mereka menelpon saat aku mengantar Hangyeom keluar semalam."

"Apa mereka akan menerimaku, Yechanie? Bagaimana jika orang tuamu memintamu untuk meninggalkanku?"

Bahkan walau hubungannya dengan Yechan mengalami pasang surut, ada kalanya juga ia tak mampu memahami kekasihnya sendiri, Yechan tetap yang paling dia ingini. Paling ia cintai.

"Aku akan pastikan hal itu tidak terjadi."

Apakah itu sebuah janji?

Tapi, Jaehan hanya bisa mempercayai, meski tetap saja ada rasa tak tenang dalam hati.

*

*

*

Baru sekali ini Jaehan melihat rumah sebesar dan seluas ini.

Setelah mobil memasuki pagar, ia bisa melihat sebuah jalanan cukup panjang yang menuju sebuah air mancur besar di tengah halaman.

Banyak pepohonan, membuat suasana yang tenang dan teduh karena rindang.

Keluar mobil, ia lebih takjub lagi dengan rumah yang didominasi warna putih.

Ia tahu Yechan kaya, bagaimana pun orang tuanya adalah pebisnis yang memiliki cukup banyak cabang perusahaan. Akan tetapi, Jaehan tidak menyangka jika akan sekaya ini juga.

Sekarang dia tahu mengapa orang-orang memanggil keluarga Yechan adalah keluarga yang berada di kelas dua.

Jaehan tidak pernah merasa kekurangan, sejak kecil ia hidup berkecukupan. Tapi, baru kali ini merasa bahwa di atas langit teduhnya, masih ada langit luas lainnya.

"Yechanie, kenapa kau memilih tinggal di apartemen jika memiliki rumah sebesar ini?"

"Jika aku tinggal di rumah, akan sulit membawa hyung menginap. Iya, 'kan?"

Yechan tersenyum sembari menarik pinggangnya. Tak ayal itu membuatnya Jaehan yang sedari tadi tenang, kembali jantungnya berdegup kencang.

Padahal sudah sering Yechan begini, tapi Jaehan tak juga merasa terbiasa dengan ini.

"Yechanie, jangan begini."

Jaehan berusaha mendorongnya pergi, akan tetapi tuan muda ini tetap tak peduli.

Lucu bagaimana semalam ia yang merasa kecewa, tapi paginya sudah kembali ke pelukan Yechan tanpa banyak perlawanan. Kecuali saling mendiamkan, itu pun Jaehan sendiri yang merasa tak tahan.

"Ayo masuk."

"Uhm, Yechanie ... bisakah kau melepaskanku dulu?"

Mungkin karena tahu Jaehan akan kesulitan berjalan dengan posisi mereka, Yechan pun melepaskan, berganti dengan menggenggam tangan Jaehan.

Tak cukup erat, namun mampu membuat siapapun tahu jika mereka saling terikat.






Triangle✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang