23

387 52 3
                                    

"Jaehanie, kau menjual namaku lagi?"




**

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tak hanya Sebin, tapi beberapa sepupunya juga sangat dekat dengan keluarga Jaehan. Sialnya, saat pulang ke rumah, ia bertemu beberapa dari mereka yang memang sedang bersama. Tak disangka, ada kakak perempuannya Jaehan juga.

"Sebin-ah, kau ke sini? Jaehanie mana, bukankah dia menginap di apartemen barumu? Apa dia sudah pulang?"

Sebin yang langsung diberondong dengan banyak pertanyaan seperti itu hanya bisa menghela napasnya pelan. Rupanya Jaehan menjual namanya.

Ia memang sempat ke apartemen Yechan tadi karena diajak Hyuk. Di sana ia dapati Jaehan demam, lumayan tinggi. Tapi, selain memberikan cengiran, sahabatnya itu tak mengatakan apa-apa. Sepertinya lupa. Sebin rasa, bersama Yechan membuat Jaehan lupa akan kepanikan setiap kali dicari oleh keluarganya.

Ia tak ingin menerka apakah ini akan menjadi hal baik atau justru hal buruk bagi Jaehan ke depannya. Mengingat bagaimana ayah dan ibunya, Sebin berharap Jaehan segera jujur saja mengenai hubungannya dengan Yechan.

Ia juga tak ingin mengatakan bagaimana kondisi sahabatnya itu sekarang pada kakaknya, biar Jaehan sendiri saja yang bercerita.

"Y-ya ... dia masih di apartemenku. Lagipula aku ke sini karena ada perlu dan akan kembali lagi nanti. Kau ingin menitipkan pesan untuknya?"

"Untuk apa? Aku hanya ingin memastikan saja. Kalau soal pesan, aku sendiri bisa menelponnya."

Sebin memutar mata, kakaknya Jaehan masih menyebalkan seperti biasa.  Sayang sekali, ia tak ada mood untuk meladeni kali ini. Jadi, ia memilih pergi setelah menyuruh nuna-nya Jaehan itu pulang.

Dan Sebin sungguh-sungguh saat melakukan itu.

Bagaimanapun, ia tak ingin apapun yang terjadi di rumahnya saat makan malam nanti diketahui.

Mengingat ia pulang juga bukan tanpa alasan. Hanya saja, ia belum siap menceritakan, bahkan pada Jaehan. Jadi, akan lebih baik jika nuna-nya Jaehan juga tidak mengetahuinya.

Kau masih lama?

Bukan balasan dari Jaehan, melainkan dari pria yang sedang menunggu di luar rumahnya.

Aku baru masuk, Hyuk. Lagipula, siapa suruh kau tak mau ikut.

Sebin mengetik dengan cepat, tapi Hyuk juga tak lambat. Balasan datang beberapa detik setelahnya.

Terdengar seperti masalah bagiku jika aku ikut ke dalam situ.

Tanpa sadar, Sebin terkekeh karenanya.

Aku akan mengenalkanmu pada keluargaku.

Namun, setelah itu lama Sebin tak mendapat balasannya. Sampai seluruh keluarganya berkumpul, barulah getaran ponsel kembali menyadarkannya.

Sebagai?

Awalnya Sebin bingung, tapi melihat chat terakhirnya, ia tahu Hyuk menanyakan apa.

Kau yang harus menjawabnya sendiri nanti.

Mungkin bisa dikata ia tengah memanfaatkan, namun ia sungguh butuh bantuan. Hyuk satu-satunya harapan.

Jika boleh dikata, ia sebenarnya ingin Yechan yang akan melakukannya. Tapi, ia tahu pria itu sudah tak bisa ia harapkan.

Bagaimana jika setelah melihat, kau malah menyukainya?

Bukankah itu artinya kau mencampakkanku pada akhirnya?

Tidak tahu kenapa, tapi jantung Sebin seakan berhenti saat membacanya.

Hyuk memang senang menggodanya, bercanda dengan wajah seriusnya, terkadang membuatnya salah mengartikan ke mana arah bicaranya.

Akan tetapi, apa ini juga bagian dari candaannya?

Sebin bertanya-tanya, namun tak mendapat jawabannya. Tak ingin ambil pusing, ia pun membalas dengan jawaban yang tak terlalu serius, seperti biasa.

Hmm ... berarti kisah cinta segitiga itu berpusat padaku kali ini.

ㅋㅋㅋㅋㅋㅋ

Sayang sekali, setelah itu Hyuk tak membalas lagi.




















Triangle✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang