58

337 43 11
                                    

Sabtu pagi, tak biasa karena Jaehan yang lebih dulu terjaga, sementara Yechan masih tertidur seperti bayi sambil memeluknya.

Jaehan memiringkan tubuhnya, ingin memandangi wajah kekasihnya dengan lebih jelas walau kamar masih gelap karena jendela yang belum dibuka. Lampu pun hanya remang seperti biasa.

"Aku tidak suka saat kau membentakku, marah padaku seperti itu."

Saat tidur, Yechan sangat imut. Seolah mampu membuatnya lupa bahwa pria ini sangat berbeda begitu matanya terbuka.

Mungkin benar apa yang orang katakan bahwa nyawa seseorang ada di matanya.

"Aku tidak suka saat kau tak mau bicara padaku, tak mau melihatku, tak mau menyentuhku ..."

Jika bisa Jaehan katakan, tak hanya Yechan, bahkan dirinya pun merasakan kecemburuan.

Saat Yechan berbicara dengan teman kantornya, apalagi sampai Yechan tersenyum pada mereka.

Jaehan tak menyukainya.

"Tapi, aku tak bisa membencimu yang cemburu." Aku menyukai itu ...

Karena ia juga memiliki rasa itu. Bedanya, ia tak pernah mengatakannya, berusaha keras untuk tidak menunjukkannya.

Tangan Jaehan terulur, mengusap pipi Yechan dengan lembut. Mendekat, ia mencium pipi seputih kapas dan selembut bulu itu tanpa ragu.

Jaehan memejamkan mata sampai ia merasakan tangannya digenggam. Hangat. Begitupun saat pipi itu beralih menjadi bibir lembut yang semalaman tak henti mencumbu.

Matanya terbuka, tersenyum pada pria yang tengah memandanginya meski kantuk masih terlihat di sana.

"Yechanie ..."

Tapi, Yechan tak mengatakan apa-apa selain menariknya sekali lagi. Kali ini lebih dekat hingga tak ada lagi sekat.

*

*

*

Tak hanya ada dirinya dan Yechan, melainkan Hyuk dan juga Sebin ada di sana.

Butik itu milik kakaknya Hyuk. Jadi, mereka berempat mendapatkan perlakuan khusus layaknya VVIP.

"Pilih saja apapun yang hyung suka."

Jaehan dengan binar bahagia di matanya bertanya, "Boleh aku memilihkan untukmu juga, Yechanie?"

Yechan tersenyum diikuti anggukan pelan setelahnya.

"Kalian sepertinya sudah berbaikan."

"Mm."

Hyuk ikut melihat ke arah Sebin dan Jaehan yang sibuk memilih jas dan kemeja, bahkan ke arah dasi juga. Katanya malas, tapi semangat sekali saat memilih baju. Tapi, biarlah ... jika mereka protes bisa-bisa dua orang itu marah dan tak mau ikut.

"Yechan-ah, marga Song yang kita bicarakan kemarin, kudengar dia masuk ke daftar undangan."

Dingin ekspresi Yechan kembali. "Bukankah kau bilang dia tak cukup layak?"

"Memang, tapi sepertinya sama seperti Jaehan dan Sebin, ia memiliki kenalan di sana."

Yechan berdecih, "Berarti salah seorang yang kita kenal."

"Benar."

Dari nadanya, Yechan paham jika Hyuk sudah mengetahui siapa.

"Bahkan Jaehan dan Sebin hyung saja tak mendapatkannya."

"Kurasa itu karena mereka masih rahasia. Kita belum benar-benar terbuka jika dekat dengan keduanya, Yechan-ah."

Yechan tahu itu. Ia hanya kesal. Padahal sudah berbaikan dengan Jaehan, ia hanya takut tak bisa mengontrol emosinya lagi nanti.

"Aku akan mengumumkannya."

Menoleh ke arah Hyuk, Yechan bertanya-tanya soal apa. Akan tetapi, seperti yang sudah ia duga, Hyuk ingin memamerkan Sebin sebagai kekasihnya malam nanti.

"Kau yakin?"

Hyuk mengangguk, "Sebin sudah dibuang keluarganya dan aku tak peduli dengan pendapat ayah dan ibuku. Yang kutahu, aku hanya ingin bersamanya."

"Bagaimana jika seluruh fasilitasmu dicabut? Bagaimana pun kau pasti tahu bahwa orang tuamu tak akan menyetujui hubunganmu yang seperti itu."

Walau seharusnya Yechan sudah mengerti, dibandingkan dengan dirinya, Hyuk jauh lebih keras dari kelihatannya.

"Aku tidak peduli."

Yechan mengikuti arah tatapan dalam yang Hyuk tunjukkan. Tentu saja itu mengarah ke pria di sebelah Jaehan.

"Lagi pula, dia sudah mengancam akan membunuhku jika aku menyerah."

"Kau pacaran dengan psikopat atau apa sebenarnya?"

Hyuk tertawa, diikuti Yechan setelahnya.

Triangle✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang