16

409 61 10
                                    

Yechan berdiri di belakang Jaehan yang masih membasuh wajahnya di wastafel kamar mandi. Ia tak mengatakan apa-apa selain hanya memandangi pria yang lebih tua.

Tak tahu benar masalah yang terjadi sampai keduanya bertengkar di jam kerja begini, tapi seperti yang Hyuk pernah katakan, satu yang ia ketahui. Antara Sebin dan Jaehan, ia tahu jika mereka menjadikan dirinya bahan kompetisi.

Awalnya ia merasa heran, setelahnya ia menikmati. Mungkin sebenarnya memang ini yang ia sukai.

Dua-duanya adalah pria tampan juga lucu, siapa yang tidak mau. Akan tetapi, ia memiliki tujuan di sini.

Yechan menghela, lalu kembali mengamati pria di depannya ini. Membiarkan Jaehan menenangkan diri.

Sampai Jaehan selesai, barulah ia mendekat. Mengeluarkan saputangan dari sakunya, Yechan mengusap pelan wajah Jaehan yang sedikit basah.

Terlihat jika mata pria itu memerah.

"Hyung ..."

"Maaf karena membuat keributan."

Yechan menggeleng pelan, tersenyum sembari menyingkirkan sehelai rambut di dahi Jaehan yang masih terlihat sedih. "Jika ingin menangis, tak apa. Aku sudah mengunci tempat ini, jadi tidak akan ada yang melihat hyung seperti ini."

Namun, Jaehan mengatakan tidak, senyumnya tersungging tipis, seolah ingin Yechan tahu bahwa ia baik-baik saja.

Tapi, siapa yang percaya?

Yechan bertanya, tenang seperti biasa. "Ada apa?"

"Sebin ... dia marah padaku. Akhir-akhir ini sepertinya aku terlalu sering bersamamu dan melupakan dia ..."

Yechan diam, tahu jika masih ada yang dipendam. Ia menunggu pria itu menyelesaikan.

"Bukannya aku tak suka bersamamu," nyatanya Jaehan sangat menyukai itu. "Tapi, Yechan-ah ... dia sahabatku, kami lama bersama, dan seringnya berdua. Situasi ini pasti tak nyaman untuknya."

"Untuk hyung juga ..."

Terdengar Jaehan menarik napas panjang dan mengeluarkannya perlahan.

"Hyung?"

"Hm?"

"Kau mau ke apartemenku pulang nanti?"

Jaehan mendongak. Tentu merasa aneh dengan pertanyaan yang Yechan lontarkan.

Saat ia dan Sebin masih bersitegang, Yechan justru mengajaknya ke apartemen dimana itu bersebelahan dengan unit Sebin berada.

"Tenang saja, aku akan mengajak Sebin hyung dan Hyuk juga. Kuharap kalian bisa berbaikan nantinya."

Jaehan terlihat ragu, "Yechan-ah, kau tahu kenapa Sebin sampai marah begitu?"

"Aku."

"Kau tahu?"

Yechan mengangguk. "Kalian berdua benar-benar tidak pandai menyembunyikan sesuatu. Jadi, aku tahu."

"Jika sudah tahu, seharusnya kau paham bahwa idemu itu mungkin akan membuat Sebin semakin marah padaku."

Yechan mengulurkan tangan, mengacak rambut yang sebenarnya sudah susah payah ia rapikan. Tawa kecil keluar dari bibirnya saat melihat betapa lucunya Jaehan sekarang.

"Tenang saja, hyung ... biar aku yang mengurusnya."

Atau mungkin, biar Hyuk yang mengurus sisanya.

"Kau yakin? Apa dengan ini Sebin akan memaafkanku nanti?"

"Aku tidak bisa janji, tapi aku akan berusaha keras untuk ini. Agar kau ceria lagi."

"Terima kasih, Yechan-ah ..."

Yechan mengangkat bahu, "Aku sebenarnya melakukan ini juga untuk kepentinganku pribadi, untuk diriku sendiri."

"Hm?" Jaehan tak mengerti.

"Aku ingin mengajakmu ke rumahku, tempat tinggalku."


*ga ngerti, suka banget sama foto yang satu ini 😣

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*ga ngerti, suka banget sama foto yang satu ini 😣

Triangle✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang