42

342 46 5
                                    

"Kau ingin mengatakan apa?"

Pulang dari bekerja, Sebin mengajak Hyuk makan malam bersama. Menu yang ia minta agar Hyuk sendiri memilih untuk mereka.

Makan malam berjalan lancar. Sebin selalu banyak bicara, seperti biasa. Sementara Hyuk akan mendengarkan dengan seksama. Sesekali menanggapi jika dirasa itu perlu saja.

Sebenarnya Sebin sudah menangkap gelagat tak sabar dari pria di depannya. Telapak tangannya berkeringat, Sebin pun mengusapnya di celana, berharap juga kegugupan bisa hilang bersamaan dengannya. Ia sudah bertekad untuk menceritakan semuanya.  Mengenai kebenaran yang Jaehan ceritakan.

"Hyuk-ah, apa kau mengenal Kevin?"

Hyuk mengangguk. Dari responnya, Sebin bisa menduga jika Hyuk sudah tahu semuanya. Meski begitu, ia tetap harus mengatakan segalanya. Ia tak ingin ada yang ditutupi dalam hubungan ini.

Tak menyangkal, ia sendiri pun belum mengenal Hyuk terlalu dalam. Akan tetapi, itu bisa ia pikirkan nanti. Ia harus lebih dulu meluruskan ini. Agar Hyuk tak memikirkan sesuatu yang buruk, atau bahkan berpikir bahwa ia adalah pria brengsek di masa lalu yang tak termaafkan itu.

"Lalu, apa tujuanmu bekerja di kantor ini juga sama seperti Yechan?"

"Aku hanya menemaninya," sanggah Hyuk, "Tak ada tujuan khusus selain itu."

Sebin menangkap kejujuran di sana.

"Kevin ... kau tahu, dia mungkin melakukan semua itu karena diriku."

Sebin menjeda ceritanya sedikit lebih lama, bersyukur saat Hyuk tak berusaha untuk menyela. Ia pun melanjutkan dengan menceritakan semua dari sudut pandangnya.

Namun, meski ia sudah selesai dengan semuanya, Hyuk tak menanggapi apa-apa. Pria itu hanya menatapnya, lalu mengajaknya pulang.

"Hyuk-ah, kau tak ingin mengatakan sesuatu? Apa kau membenciku?"

Setidaknya, Sebin berharap Hyuk akan mencacinya, atau mengatainya bodoh dan semacamnya. Bukan begini, bukan mendiamkannya seperti ini.

"Mampir ke rumahku dulu, aku harus mengambil beberapa pakaianku."

"Hyuk-ah!"

Mendengar  nada keras dari suaranya, Hyuk menoleh. Pria itu menatapnya, "Bukankah tawaranmu masih berlaku? Aku akan tinggal di tempatmu. Urusan biaya sewa atau yang lainnya, cukup katakan saja berapa."

"Hyuk-ah ... kumohon, katakan sesuatu. Kau membenciku? Kau ingin mengataiku bajingan atau semacam itu? Aku akan menerimanya, aku akan mendengarkannya."

"Jang Sebin, kau ingin mendengar pendapatku?"

Sebin mengangguk dengan tak sabar.

"Dengar, aku tak peduli dengan apapun yang kau lakukan di masa lalu. Kita juga belum bertemu saat itu. Dari ceritamu, kau memiliki alasan mengapa melakukan itu."

Sebin mendengarkan.

Hyuk pun melanjutkan, "Bukannya aku membenarkan apa yang kau lakukan, tapi anak seusia SMA, sedikit banyak aku paham mengapa kau memilih diam alih-alih membantunya."

Sebin tertunduk diam.

"Yang kumohon darimu sekarang  adalah kau berubah dan aku yakin kau sudah berubah. Tapi, ada satu hal lagi yang perlu kau lakukan untuk membayar semua ..."

"Apa?"

"Kau harus tetap minta maaf pada mereka."

Sebin awalnya kebingungan, siapa yang Hyuk maksud dengan mereka di dalam kalimatnya. Namun, ia segera menyadari ... meski yang pergi mungkin sudah bahagia di tempatnya saat ini, Sebin harus tetap memohon maaf secara resmi, tak hanya di dalam hati, tak hanya berharap bahwa Kevin akan mendengar dari tempatnya saat ini.

Triangle✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang