36

381 56 8
                                    

Sementara itu, di unit  sebelah ada Hyuk yang masih terus menatap Sebin yang tertidur pulas. Belum lama dokter yang dipanggil Yechan datang. Karena mereka kenalan, dokter itu bahkan tak meminta bayaran. Hyuk tak terlalu mempedulikan. Ia hanya meminta resep obat yang dibutuhkan.

Namun, sejak tadi tak ada tanda-tanda Sebin tersadar. Mungkin ia masih harus menunggu, lagipula ia juga memiliki banyak waktu.







**








Yechan mungkin sosok yang selalu mengatakan apa yang perlu dikatakan, namun kali ini ada sedikit rasa penyesalan begitu kalimat panjang itu keluar dari mulutnya.

Jaehan pasti sakit hati karena ucapan kejam yang ia lontarkan.

Hanya saja, Yechan juga merasa bahwa dirinya begitu impulsif akhir-akhir ini. Semua juga terjadi karena pria yang ada di dekapannya saat ini.

Jaehan begitu mempengaruhi. Hanya dua hari dan Yechan merasa begitu banyak hal yang ia lalui.

Perasaan terombang-ambing antara senang, sedih, bahagia, puas, lalu sakit hati. Bagaimana bisa satu orang saja bisa membuatnya begini resah?

Kim Jaehan, satu-satunya yang membuat hidupnya tak lagi sama.

Namun, meski ada sakit yang membekas, Yechan tahu hatinya tak ingin melepas.

Setelah kata-kata menyakitkan itu, Yechan tak lagi bicara. Meski tahu jika Jaehan masih terjaga, Yechan hanya diam sambil terus mengusap rambut dan dahinya.

Jaehan pun menyadari kesalahannya. Jika bisa, beribu maaf pun ingin ia sampaikan pada pria yang saat ini memeluknya.

Ia mencoba membuka mata hingga pagi tiba, namun keadaan tak mengijinkannya. Jaehan merasakan kantuk yang luar biasa, mungkin karena kondisi fisik atau mungkin juga karena psikisnya yang memang tak sebaik biasanya.


**


Yechan sendiri tipe yang mudah terbangun di tengah malam, tidur pun sebenarnya tak terlalu teratur setiap harinya. Terkadang  ia juga merasa sulit mengantuk, bahkan setelah seharian bekerja dan kelelahan pun ia masih mampu membuka mata meski tak melakukan apa-apa.

Begitu pun sekarang.

Mungkin sebenarnya sudah beberapa hari ini tidurnya semakin berantakan.

Ia terus pandangi  wajah rupawan sembari mengusap helaian hitam milik kekasihnya itu tanpa keraguan.  Berharap Jaehan tahu meski mulutnya berkata jahat, namun hatinya tetap tertambat.

Sebenarnya, sore tadi ia ingin menelpon atau menghampiri begitu Hyuk memberi tahu bahwa Jaehan kembali ke tempat itu. Ingin bertanya mengapa Jaehan datang tanpa mengabarinya terlebih dahulu. Namun, belum sempat ia melakukan salah satu dari niatnya itu, nama Jaehan lebih dulu terpampang di layar ponselnya yang jarang sekali ia sentuh.

"Yoboseyo, hyung ... kau-"

Belum juga Yechan menyelesaikan, suara panik Jaehan lebih dulu menjadi perhatian.

"Hyung, ada apa? bicara pelan-pelan, aku mendengarkan ..."

Lembut Yechan memberi pengertian, namun tetap ... ia hanya bisa mendengar kata Sebin dan tolong dari seberang.

Tanpa basa-basi, ia menepuk bahu Hyuk dan mengajaknya ke unit Sebin setelah mematikan sambungan teleponnya.

"Ada apa?" tanya Hyuk ikut buru-buru meski belum tahu masalahnya saat itu.

Mereka pun tak memakai sepatu dan masih mengenakan sendal rumahan yang tersedia di situ.

"Aku tidak tahu, tapi sepertinya terjadi sesuatu pada mereka berdua."

Begitu tiba, Yechan mendapat Jaehan tengah memeluk dan mencoba menenangkan Sebin yang tampak gemetar, wajahnya pun tampak pucat seperti orang yang kedinginan.

Dengan pelan, ia meminta Jaehan untuk melepaskan, sementara Hyuk berusaha mengambil fokus Sebin untuk menenangkan.

"Yechanie ... Sebin-"

Yechan memeluk Jaehan yang terlihat panik, "Tenanglah ... tidak apa-apa, hyung ... tidak apa-apa ..."


Saat itu, Yechan penasaran apa yang terjadi, namun alih-alih bertanya, ia memilih untuk memendam dan menunggu waktu yang tepat saja.

Lagipula, daripada Sebin sepertinya kondisi Jaehan jauh lebih mengkhawatirkan.

Sekarang, jika dipikirkan lagi, tak bertanya dan tak tahu apa-apa, akan lebih baik untuk mereka.



"Hyung ..."

Yechan merasa kebingungan dan tak tahu apa lagi yang harus ia katakan.

Ia harus minta maaf pada Jaehan, hanya itu satu-satunya hal yang mampu ia pikirkan.

Triangle✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang