67

243 34 13
                                    

"Appa, bagaimana?"

Hangyeom tak biasanya bersikap kekanakan. Pria itu lembut dengan caranya, terlebih dengan sang ayah -orang tua satu-satunya yang ia miliki.

Tapi, sejak bangun pagi tadi, ia terus menerus bertanya apa ayahnya sudah mengatur pertemuannya dengan Yechan.

"Tidak bisa hari ini, Hangyeom-ah. Mereka ada pertemuan keluarga."

Hangyeom duduk di sofa, tepatnya di ruang kerja ayahnya yang berada di rumah.

Hari ini libur, tapi ayahnya tetap bekerja. Ia tak bisa melarang juga, karena bagaimana pun begitu sulit untuk mereka bisa sampai di titik sekarang ini.

"Lalu, kapan?"

"Bersabarlah, nanti appa akan bertanya lagi kapan kiranya mereka bisa."

Desahan Hangyeom terdengar berat. Mendengar itu ayahnya bertanya, "Hangyeom-ah, apa kau menyukainya? Anak dari tuan Shin itu?"

Hangyeom tersenyum, namun tak menjawab dengan pasti. Hanya berkata jika Yechan tampak baik, dan ia ingin memberi hadiah sebagai rasa terima kasih.

"Yah, melihat usiamu sekarang, seharusnya kau memang sudah memiliki pacar. Selain Yechan, apa kau tertarik dengan seseorang?"

Karena ayahnya sebenarnya paham, siapa mereka mungkin tak akan mudah jika ingin berada bersisihan dengan keluarga Yechan.

"Aku belum tertarik dengan siapapun. Ah, appa ... boleh aku pergi hari ini?"

"Hm? Kau mau ke mana?"

"Hanya membeli beberapa pakaian, juga jalan-jalan. Bolehkah?"

"Sendirian? Tak ingin ditemani appa?"

Hangyeom tertawa, tahu jika sang ayah hanya bercanda. Karena sudah mengantongi restu, Hangyeom pun beranjak dari situ. Ia ingin membeli banyak baju, bagaimana pun harus tampil bagus saat mereka bertemu.

*

*

*

Canggung adalah nama tengah Jaehan. Namun, itu tak terjadi kali ini.

Yechan sendiri yang melihat sedari tadi cukup terpana dibuatnya.

Entah bagaimana Jaehan tampak percaya diri. Tak ada kata rendah diri.

Orang tuanya terkesan meremehkan di awal, seperti yang sudah bisa Yechan duga. Namun, lambat laun mereka sangat cocok dalam setiap obrolan.

Jaehan yang ceria dan selalu tertawa. Semua cerita ayah dan ibunya ditanggapi dengan baik tanpa meninggalkan kesan sopan. Dengan caranya, Jaehan memamerkan wawasan, bukan kekayaan.

Yechan tahu, ayahnya seringkali melihat ke arahnya seolah ingin berkata jika mereka harus bicara.

Yechan memahami, tapi ia ingin sekarang semuanya terbuka. Jaehan ada di sini, jadi tak perlu lagi ada yang ditutupi.

Kecuali soal Kevin, untuk yang satu itu Yechan tak ingin mengungkit lagi.

Walaupun Hyuk pernah mengatakan padanya tentang kemungkinan bahwa ayah dan ibunya sudah tahu, tapi sebaiknya ia pura-pura tak mengerti apapun tentang itu.

"Appa, jika ada yang ingin dikatakan, sekarang saja. Bagaimana pun, Jaehanie hyung adalah pacarku, dia berhak tahu apa keputusanmu."

Walau sebenarnya sia-sia karena apapun keputusan sang ayah, Yechan tetap akan memilih Jaehan sebagai seseorang yang akan ia jadikan pasangan. Resmi atau tidak, mereka akan tetap bersama.

"Yechanie ..."

Bukan ibunya, tapi Jaehan yang menengahi.

Tampak seperti mencari muka, anehnya itu tidak menyebalkan sama sekali.

"Begini saja ..."

Yechan beralih menatap sang eomma yang tiba-tiba menyela. Biasanya ibunya cukup keras, tapi saat melihat Jaehan yang notabene adalah salah satu karyawannya, ekspresinya lunaknya bisa Yechan rasakan.

"Eomma ingin mengajukan beberapa syarat untuk kalian."

"Syarat?" Kening Yechan berkerut, sementara Jaehan menggigit bibir hampir merengut.

"Mm. Jika kalian bersikeras setidaknya harus ada yang berkorban."

"Eomma ..."

"Tak banyak , Yechanie ... Jaehan hanya harus mengundurkan diri dari pekerjaannya sekarang ini. Bukankah itu mudah untuk kalian sanggupi?"

Triangle✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang