Bab 7 Kamu Itu Pacarku

434 18 0
                                    

Satu jam sudah berlalu. Selama itu pula Mahira dan Andra berada di atas kapal. Selama itu pula Mahira harus bersikap waspada, takut-takut Andra melakukan sesuatu yang bisa saja membahayakan dirinya. Seperti tadi contohnya. Laki-laki itu hendak merebut jaket pelampungnya dengan dalih membantunya untuk memakai jaket itu. Ish! Dasar cowok mesum! Dia pikir Mahira cewek macam apa yang mau disentuh oleh sembarang orang?

“Kenapa harus kerja sampe sejauh ini?” tanya Andra tiba-tiba. Lamunan Mahira buyar.

Mahira yang tadinya sengaja memalingkan wajah ke arah laut, spontan menoleh. “Pengen aja.”

“Gara-gara pernikahan Zahra sama Galang?”

Mahira merasa pertanyaan Andra tak perlu untuk ia jawab. Beberapa orang menerka kalau keputusannya bekerja di pulau Ampalove adalah karena pernikahan mereka. Padahal ada alasan yang lebih tepat dari itu. Tapi, Mahira enggan mengungkapkannya. Ogah! Buang-buang waktu! Terserah mereka saja mau menganggap alasan ia bekerja di pulau Ampalove  itu untuk apa. Karena yang pasti, Mahira harus terus bertahan hidup meski dikhianati kekasih dan kakaknya sendiri.

“Mau move on dari si Galang?” tanya Andra lagi. Tak patah semangat untuk mencari tahu. Meski ia sangat yakin alasan dibalik keputusan nekat Mahira karena hal itu. Memang apa lagi coba?

Mahira membenahi kerudungnya. Embusan angin laut serba kecepatan speedboat membuat anak-anak rambutnya merayap keluar.

“Emang bakalan bisa move on dengan cara kerja di tempat jauh? Mau sejauh apa pun kamu pergi, nanti kalian bakalan ketemu lagi kalau ada kumpul keluarga misalnya. Selamanya kamu gak akan bisa menghindar dari dia, Mahira.”

Mahira mendelik tajam pada Andra. “Terserah aku dong! Urus saja urusan kamu sendiri!”

“Kamu anak kesayangan Bu Halimah dan Pak Wisnu, Hira.”

Mahira jengah mendengar sikap sok tahu lelaki itu. “Terus? Urusannya sama kamu apa? Gak usah sok ikut campur urusan orang lain. Ngerti?”

“Mereka pasti sedih karena kamu gak ada. Apalagi Zahra udah bikin mereka kecewa. Kamu tega ninggalin mereka saat lagi dalam situasi kayak gini? Kamu harusnya gak pergi. Kalau mau move on, kamu gak perlu sampai menjauh dari orang yang kamu sayang.”

“Sok tahu!”

Andra membuang napas berat. “Zahra yang sering cerita. Kalau orang tua kalian memang lebih menyayangimu, terutama Bu Halimah.”

Andra terpaksa harus menyebut nama wanita itu lagi. Semua demi membuat Mahira berpikir ulang atas keputusannya yang terbilang nekat.

Belum terlambat.

Kalau Mahira mau, ia bisa membantu berbicara pada Pak Prawira kalau Mahira batal bekerja di Pulau Ampalove.

“Kamu itu perempuan, Mahira. Masih single. Gak takut apa kerja di tempat yang jauh sendirian? Tanpa teman, apalagi kenalan.” Andra sampai menakut-nakuti segala. Ingin sekali membuat Mahira segera berubah pikiran saat ini juga. Ia tak mengira jika Mahira akan bertindak sejauh ini karena pernikahan Galang dan Zahra.

Wajar sih memang. Kalau Andra ada di posisi Mahira, mungkin ia juga akan bertindak tak jauh berbeda. Sekarang saja, meski ke depannya ia tak mungkin bertemu muka dengan Galang dan Zahra seperti Mahira, Andra rasanya tak ingin lagi berpijak di muka bumi ini. Kalau dapat izin dari NASA, Andra sepertinya rela jika dirinya menjadi chef di Bulan.

Putus itu … gak enak. Apalagi kalau putusnya gara-gara diselingkuhi macam dirinya dan Mahira.

“Emang kenapa kalau aku perempuan dan masih single? Gak boleh kerja? Aku ada kenalan kok di pulau itu.” Meski jengkel karena kata-kata Andra barusan, Mahira masih bisa berpikir jernih untuk melawan argument lelaki itu.

I Love You, ChefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang