Sudah cukup lama Mahira termenung di dalam kapal. Menekuk kedua kaki dan memeluknya sambil memandangi Pulau Ampalove yang masih terlihat dari kursi penumpang tempat ia berada sekarang. Andra hati-hati mendekat, memberanikan diri duduk di sampingnya.“Lagi mikirin apa?” tanya Andra.
Mahira membuang napas kasar sebelum mengedarkan pandangan pada Andra sejenak sambil menerbitkan senyuman tipis. “Kejadian yang tadi.”
“Oh ....”
Andra ogah membahas hal tadi lagi sebenarnya. Jadi, ia bereaksi demikian. Jika diingat-ingat lagi, rasanya menyesakkan. Andra takut berharap terlalu banyak pada kegamangan yang dialami Zahra saat itu. Apalagi setelah mengetahui secara pasti bahwa mantannya itu belum melupakannya sepenuhnya.
“Kamu ngapain Kak Zahra sampe dia mau-mau aja diajakin ke bukit? Kamu sengaja godain dia, yah?” Mahira langsung mengintrogasi setelah yakin kalau suasana hati Andra sudah lebih baik ketimbang tadi.
Andra menggeleng dan hanya menjawab sekenanya. “Enggak kok!”
“Yogi sama Randu yang cerita, Dra. Kamu sengaja bawa Kak Zahra ke bukit.” Mahira menopang dagu. Menyemai senyum lebar-lebar berusaha bersikap ramah. Sengaja mengarahkan pandangannya pada Andra agar lelaki itu tahu bahwa ia serius dengan pertanyaannya ini. “Kenapa? Mau coba rebut dia yang udah jadi istri orang? Jadi, siapa di sini yang belum move on?” desaknya ingin tahu.
Senyum yang Mahira terbitkan seperti tengah mengejek bagi Andra. Ia buru-buru memalingkan wajah karena tak mau sampai tersulut emosi lagi.
“Aku bukan mau rebut dia. Tapi untuk membuktikan sesuatu,” kata Andra tak acuh.
“Membuktikan apa emangnya?”
“Kalau kakak kamu masih belum bisa mencintai Galang.”
“Yang artinya dia masih belum move on dari kamu? Gitu?”
Andra tak mengangguk, tapi juga tak menggeleng. Senada dengan hatinya yang tak mengelak. “Begitulah kurang lebih!” balasnya sinis.
Mahira terkekeh. “Buat apa kamu ngelakuin hal itu? Apa gunanya buat kamu, Dra? Biar Zahra mau balikan lagi sama kamu tanpa kamu minta?”
“Enggaklah! Mana mau aku balik sama mantan yang gampang goyah perasaannya kayak gitu?”
“Punya otak juga kamu! Sayangnya, perasaan kamu kayaknya udah mati tuh sampe gak mikirin perasaan orang lain. Yang kamu lakuin itu udah bikin hubungan Galang sama Kak Zahra kacau! Tahu?” sindir Mahira keras.
“Kenapa kamu jadi sewot begini ke aku? Harusnya kamu berterima kasih karena dengan begini, kamu bisa berduaan sama si Galang, Hira. Iya, kan?” balas Andra tak mau hanya dirinya yang disudutkan. Dalam insiden ini, Mahira juga ambil keuntungan, bukan?
“Enak aja! Justru gara-gara ulah kamu itu aku gak pengen ketemu kamu sama si Galang lagi!” bentak Mahira penuh emosi.
Kalau mengingat apa yang sudah terjadi seharian ini dan penyebabnya adalah Andra, ingin rasanya Mahira menenggelamkan lelaki yang ada di hadapannya saat ini juga. Sayangnya, Mahira masih punya akal sehat untuk tak melakukan aksi pembunuhan berencana itu karena ia tak mau sampai terombang-ambing di tengah lautan sendirian.
“Terus ngapain kamu di sini kalau emang gak mau ketemu aku?” serang Andra.
“Lah? Tadi siapa coba yang nyeret-nyeret orang kayak peliharaan ke kapal ini?” Mahira sampai memukul badan kapal dengan keras. “Kamu!” Ia menunjuk muka Andra penuh emosi.
“Salah kamu sendiri mau-mau aja ngikut!”
“Kamu yang narik aku tadi! Mana bisa aku lawan tenaga cowok macam kamu!”
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Chef
RomanceMahira harus merelakan kekasihnya, Galang, menikah dengan kakaknya sendiri, Zahra. Tepat di hari pernikahan itu, Andrameda yang merupakan mantan kekasih Zahra membuat gaduh acara tersebut. Selain mengungkap perselingkuhan kedua mempelai, Andrameda...