“Brengsek!”
Mahira meninju meja dengan sebelah tangannya yang terkepal. Sementara satu tangannya yang lain dengan erat memegang ponsel. Suara tinjunya itu cukup keras, sampai membuat Citra yang baru saja muncul dan hendak duduk di dekatnya terpaku karena terkejut.
“Mbak Hira kenapa?” tanya Citra takut-takut. Ia berjalan mendekat pada Mahira yang menoleh padanya dengan senyum mengembang. “Meja orang loh itu! Gimana kalau yang punya nanti marah?”
Citra celingukan memandang sekitar area Kafe Palapalove tempat mereka berada kini. Cukup banyak pengunjung datang yang didominasi oleh karyawan Ampalove tentu saja. Terkecuali Randu yang memang Citra ketahui tak ikut berlibur minggu ini.
Hal ini pula yang menjadi alasan Citra ikut berlibur ke Pulau Palapalove. Pasalnya, ia tak mau sampai bertatap muka dengan mantannya itu kalau bisa. Sebisa mungkin Citra menghindar. Di mana Randu berada, Citra tak akan sedikit pun menunjukkan batang hidungnya.
“Gak apa-apa kok, Cit.”
Mahira menanggapi enteng. Ponsel yang sedari tadi ditatapnya buru-buru ia taruh di meja dalam posisi layar di bawah. Ditariknya gelas berisi minuman di meja. Perlahan Mahira menyeruputnya sampai minuman yang tadinya penuh tinggal tersisa setengahnya.
Mata Citra menyipit. Dalam satu gerakan cepat, ia mengambil ponsel Mahira yang tergeletak itu.
Mahira kontan saja panik. Mencoba merebut kembali ponselnya yang sudah terlanjur berada di tangan Citra dengan posisi layar terbuka, tapi gagal.
“Apaaa???” Citra berteriak kencang sekali. “Ini kan—”
Buru-buru Mahira membekap mulut Citra. “Dieeemmm!!!” perintahnya panik. Serta merta ia merebut ponselnya itu dari tangan Citra.
Citra tersenyum penuh arti memerhatikan Mahira yang tampak sibuk dengan ponselnya. Jari jemarinya menyentuh layar ponsel itu entah sedang melakukan apa, tapi yang pasti raut wajah Mahira tampak kusut.
“Yang barusan itu Mbak Zahra, kan? Kakaknya Mbak Mahira maksudku.” Citra menerka-nerka dalam ragu. Ia tadi sempat melihat apa yang ada di ponsel Mahira.
“Hmm.”
“Lagi apa mereka? Kok bisa foto barengan gitu?”
“Gak tahu!”
Sikap tak acuh Mahira justru membuat Citra malah semakin bersemangat ingin mencari tahu. Tadinya ia berharap Mahira akan membuka suara, bercerita banyak tentang apa-apa yang dipikirkan dan dirasakannya. Tapi karena Mahira sepertinya memang kembali tutup mulut, tak mau terbuka padanya, terpaksa Citra mencari tahu sendiri.
Tentu saja itu bukan hal yang sulit. Citra hanya tinggal membuka ponselnya, membuka media sosialnya, lalu berselancar ke akun media sosial Andra. Foto yang sama seperti yang dilihat Mahira tadi dengan mudah ia temukan.
“Menu makanan enak di Katering Lapar Aja,” tutur Citra lantang.
Mahira yang mendengar itu langsung mendongak, mengintip apa yang sedang dilihat Citra. Tapi ia tak berani mengusik apalagi protes agar Citra diam. Toh apa yang dilihat Citra saat ini pastinya sudah dilihat oleh ribuan pasang mata di luar sana yang memang mengikuti akun media sosial Andra. Apa yang dilihat Mahira dan Citra sudah menjadi rahasia umum.
“Tonton video selengkapnya hanya di akun Youtube resmi Lapar Aja yang akan tayang malam ini.” Citra membaca isi caption postingan dengan gambar Andra dan Zahra sampai kalimat terakhir. “Wah! Mereka kolab ceritanya, Mbak? Atau gimana sih?”
“Mana aku tahu!” Mahira memilih tak acuh.
“Terus kenapa tadi Mbak teriak-teriak ‘brengsek’ segala? Itu buat siapa? Chef Andra, kan?”
“Bukan kok!” elak Mahira cepat. “Emangnya yang brengsek itu cuma dia doang?”
“Oh … Mbak lagi dideketin cowok brengsek lainnya juga?”
“Apaan sih, Cit? Ngaco deh ngobrol sama kamu!”
“Bentar lagi Mbak bakalan ketemu sama Chef Andra, kan? Coba nanti Mbak tanyain langsung ke dia tuh. Kok Chef Andra bisa ketemu Mbak Zahra gitu.”
“Ogah banget! Apa pentingnya aku nanyain hal itu sama dia?”
“Daripada Mbak bilang Chef Andra brengsek kayak tadi?”
“Emang aku bilang brengsek itu ke dia?”
Terkaan Citra ini sayangnya memang tak meleset. Hanya saja Mahira menolak berkata jujur. Mau ditaruh di mana rasa malunya nanti kalau sampai Citra tahu kalau sasaran objek yang tadi ia teriaki brengsek itu memang Andra? Ah! Mahira malu sekali!
Bukan hanya foto Andra dan Zahra saja sebenarnya yang Mahira temukan, tapi masih banyak foto Andra berseliweran di media sosial yang didominasi foto kebersamaannya dengan para wanita yang lain. Semuanya diposting beberapa hari terakhir ini.
Ada dari mereka yang berpakaian sederhana tapi wajahnya biasa aja di mana mereka mengaku sebagai fans. Ada juga foto kebersamaan Andra dengan mereka yang mengakui dirinya sebagai selebgram. Ada juga foto Andra dengan beberapa fansnya yang notabene memang wanita. Yang paling terakhir itu justru foto kebersamaan Andra dengan Zahra yang mengaku sebagai pemilik katering Lapar Aja.
Citra memerhatikan Mahira yang mendadak diam saja. Tampak seperti memikirkan sesuatu tapi mulutnya terkatup sangat rapat. “Mbak keluarin aja unek-uneknya. Jangan dipendem gitu dong! Takut aku lihat ekspresi Mbak yang kayak kerasukan setan!”
Mahira terkesiap kaget. “Enak aja! Emangnya wajah aku kayak setan?”
“Habisnya Mbak malah bengong kayak gitu sih! Kalau ada apa-apa, cerita aja. Aku siap dengerin kok! Soal Chef Andra, kan?”
Terkaan Citra tak meleset. Tapi, Mahira terlalu malu kalau mengakui memang ini benar. Terakhir kali cerita dengan Citra saja, Mahira malah dituduh kangen sama Andra. Membuat Mahira malu saja!
“Menurut kamu,” hati-hati sekali Mahira bicara, “siapa kira-kira yang ngajakin kolab duluan? Zahra atau Andra?”
Citra cukup lama terdiam. “Itu yang Mbak Mahira pikirin?”
Mahira mengangguk. “Apa mungkin mereka … balikan misalnya?”
“Masa? Mbak Zahra kan istirnya Mas Galang, Mbak!”
“Itu yang aku pikirin juga, Cit. Masa iya Galang biarin gitu aja Zahra sama Andra kolab? Secara pas di sini mereka hampir berantem gara-gara Andra sama Zahra jalan bareng. Lah, ini? Syuting bareng, Cit! Menurut kamu gimana?”
“Mbak coba tanya aja sama Mbak Zahra. Dia kenapa kolab sama Andra? Siapa yang ngajakin duluan? Atau boleh tuh tanyain, emang Mbak Zahra udah cerai dari Mas Galang?”
“Hus! Kok kamu ngomongnya gitu sih, Cit? Masa iya aku nanya kayak gitu ke Mbak Zahra? Ngaco kamu!”
“Daripada Mbak mikirin yang enggak-enggak, mending ditanyain ke orangnya langsung toh?”
“Tapi, gak kayak gitu juga pertanyaannya.”
“Ya, udah! Suruh Mas Andra ke sini aja sekarang dan jelasin semuanya.”
“Kamu kok jadi tambah ngaco! Udah ah! Gak ada solusi curhat sama kamu!”
“Aku ngasih solusi loh, Mbak. Biar Mbak Mahira tanya sama orangnya langsung ketimbang mikir aneh-aneh sendirian yang jatohnya nanti suudzon. Bener, kan? Salah gak solusi dari aku? Enggak, kan?”
Enggak salah memang, tapi solusi dari Citra terlalu muskil untuk Mahira lakukan. Mana berani ia menghubungi Zahra hanya demi menanyakan hal itu. Apalagi pada Andra! Bisa-bisa lelaki itu akan berpikir macam-macam tentangnya.
Tak perlu! Mahira mending tak perlu memikirkan postingan Andra dan cewek-cewek itu saja kalau begitu. Akan Mahira anggap kalau Andra sepertinya tak memiliki perasaan apapun lagi padanya. Andra pasti sudah melupakannya.
Pokoknya, bulan depan ketika mereka bertemu, Mahira akan bersikap biasa saja di depan Andra. Mahira janji!
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Chef
RomansaMahira harus merelakan kekasihnya, Galang, menikah dengan kakaknya sendiri, Zahra. Tepat di hari pernikahan itu, Andrameda yang merupakan mantan kekasih Zahra membuat gaduh acara tersebut. Selain mengungkap perselingkuhan kedua mempelai, Andrameda...