Bab 5 Keputusan Resign

523 22 0
                                    

Apa Mahira keluar dari pekerjaannya karena pernikahan Zahra dan Galang?

Tidak.

Sebenarnya Mahira sudah memiliki niatan untuk keluar dari pekerjaannya yang sekarang jauh-jauh hari. Awalnya Mahira merasa bahwa tak ada salahnya bersikap profesional demi pekerjaan, termasuk melepas hijab di tempatnya bekerja.

Bekerja menjadi pegawai Hotel bukanlah impian Mahira. Sejak awal, Mahira tak memiliki impian begitu spesifik mengenai pekerjaan. Karena yang terpenting, ia bekerja dan mendapatkan penghasilan setelah lulus kuliah. Berulang kali kena tolak ketika melamar kerja di perusahaan yang menjadi incarannya, cukup membuat Mahira terpaksa menurunkan ekspektasinya terhadap sesuatu yang ia inginkan.

Bermimpi boleh, mengabaikan kesempatan jangan.

Diterima bekerja sebagai pegawai Hotel di saat ia sudah putus asa mengincar posisi impiannya sebagai seorang Manajer jelas adalah kesempatan yang tak bisa Mahira abaikan. Sudah tiga bulan ia menganggur. Tak ada salahnya bagi dirinya untuk menerima apa yang Tuhan berikan, bukan?

Mahira menganggap membuka hijab di tempat kerja bukanlah hal aneh. Jadi, Mahira berangkat dari rumah dengan berhijab, tapi di tempat kerja ia membuka kerudungnya. Tapi akhir-akhir ini Mahira merasa ada yang salah dengan keputusannya. Dua tahun bekerja di Hotel dalam keadaan baik-baik saja, tiba-tiba terasa sedikit berbeda.

Mahira tak nyaman saat harus membuka kerudungnya.

Mahira malu ketika berpapasan dengan para tamu, berbicara dengan mereka, tapi dalam posisi berpakaian tak tertutup. Rambut disanggul, rok panjang dengan belahan hingga menampakkan betis, baju ketat yang membuat tubuh tinggi semampainya tercetak sempurna. Lama-lama Mahira merasa tak nyaman dengan bentuk keprofesionalannya ini.

Ada yang salah.

Sampai akhirnya Mahira pun mantap untuk keluar dari Hotel. Dua bulan terakhir ketika hubungannya dengan Galang gonjang-ganjing, Mahira lebih memilih fokus mencari pekerjaan pengganti. Ia mulai bersiap untuk resign sesegera mungkin. Mahira gencar mencari tempat kerja yang tak mengharuskannya membuka hijab.

Sampai ketika hubungan Zahra dan Galang mencuat, Mahira semakin memantapkan diri untuk benar-benar keluar dari tempat kerjanya. Tak tanggung-tanggung, Mahira mencari sasaran pekerjaannya selanjutnya sejauh mungkin. Tak boleh di Kota Bandung atau sekitarnya. Benar-benar harus tempat yang jauh.

Mahira mengemas barang-barangnya siang itu dengan perasaan lega. Kerudung di kepalanya menempel lekat.

“Kamu beneran jadi resign, Ra?” Syala, si gingsul berwajah manis itu memamerkan tampang kusut menyaksikan berkemas. “Udah tahu mau kerja di mana setelah ini?”

Mahira mengangguk. “Udah kok. Posisinya juga lumayan. Gak tanggung-tanggung, Syal. Aku diterima jadi Manager!” Mahira semringah. Bermaksud menyombongkan diri tentu saja pada sahabat sekaligus rekan kerjanya ini. “Dan satu hal lagi, aku gak perlu buka hijab. Alhamdulillaah banget gak tuh! Yuk ikut resign juga. Biar kita bisa barengan istiqomah berhijab.”

Syala manyun. Kena sindiran keras dari Mahira tentu saja membuat hatinya panas. “Emang di mana tempatnya? Jadi Manager apa?”

“Pulau Ampalove. Aku diterima jadi Manager penginapan yang ada di sana.”

Mata Syala membola. “Di mana tuh? Kok aku baru denger ada yang namanya pulau Ampalove? Jangan-jangan kamu kena tipu lagi, Ra.”

“Kalau pas nyari di internet sih emang beneran ada, Syal. Kebetulan itu pulaunya pulau pribadi. Punyanya keluarga kaya raya. Baru dibuka dan dikelola beberapa bulan terakhir ini. Tadinya mau dijadikan Vila keluarga, tapi jadinya diubah untuk bisnis.”

I Love You, ChefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang