Dua ujung bibirnya terangkat sempurna. Tampak jelas sekali terpantul di cermin. Saat mencoba menariknya agar melengkung ke bawah, itu tak bisa bertahan lama. Lagi dan lagi lengkungan bibir Mahira menonjol ke atas.“Berhenti senyum, Hira! Kamu bakal dikira orang gila kalau senyum terus kayak gini. Ayolah! Ayo berhenti senyum!”
Mahira sampai menarik dua ujung bibirnya dengan ujung-ujung jarinya sampai sejajar. Berusaha berekspresi biasa saja. Menampakkan wajah sedatar mungkin. Tapi, beberapa detik kemudian secara otomatis dua ujung bibirnya kembali tertarik ke atas.
Mahira meraup wajahnya. Tersenyum diam-diam. “Gak bisaaa!!! Mana mungkin aku gak senyum kalau aku lagi bahagia coba.”
Mahira menarik napasnya dalam-dalam, mengembuskannya, menatap pantulan dirinya, lalu tersenyum lagi. Lagi dan lagi hanya senyuman yang terbit di wajahnya pagi itu, meski ia sedang berupaya keras untuk menyembunyikannya. Tapi usahanya hanya berbuah kegagalan.
“Cieeehhh … ada yang lagi bahagia.”
Mahira menoleh pada sumber suara yang baru saja terdengar. Ia tak kaget itu suara siapa, malah lega karena itu adalah Citra. Karyawan yang lain sudah sejak pagi-pagi sekali mulai bekerja.
“Kayaknya udah resmi jadian nih sama Mas Andra.”
Mahira hanya angkat bahu, bangkit dari kursi, lalu berjalan menghampiri Citra dengan menggamit lengannya. “Mbak langsung ke Ruang Kerja Ampa. Kamu mau langsung ke pantai?”
“Mbak gak ke restoran? Sarapan dulu, Mbak.”
Mahira menggeleng. Ia berjalan mendahului Citra keluar dari Rumah Ampa dan benar-benar menuju tempat kerjanya itu. Citra yang melihat kepergian atasannya hanya bisa mendesah pendek. Ia sendiri memutuskan pergi ke arah restoran.
Tepat ketika Citra hendak membuka pintu restoran yang ada di area belakang, rupanya ada seseorang yang membukanya dari arah dalam. Spontan Citra beringsut mundur. Termangu sesaat mendapati Andra keluar dari sana.
“Loh? Mas Chef kok di sini? Ngapain?” tanya Citra.
Patut Citra keheranan. Semua orang tahu kalau Andra bukan lagi karyawan dari Pulau Ampalove. Kedatangannya ke sini pun adalah sebagai tamu yang hendak melakukan syuting untuk acara Andra Corner. Tentu saja kemunculannya dari balik pintu dapur restoran patut dipertanyakan. Belum lagi, salah satu tangan Andra tampak kerepotan menenteng nampan berisi dua mangkuk bubur lengkap dengan toping potongan ayam dan kerupuk.
“Hai, Cit! Mau sarapan, yah? Ada Randu tuh di dalam lagi kerepotan karena pesanan pelanggan. Awas jangan digangguin!” jawab Andra sekenanya.
Bibir Citra langsung mengerucut tajam. “Idih! Apaan sih, Mas Andra! Siapa juga yang mau gangguin Mas Randu? Mas Andra sendiri ngapain ada di sini? Ini kan dapur khusus karyawan Ampalove. Mas gak boleh di sini!” tegurnya keras.
Andra malah senyum terkena omelan Citra. “Masa? Semalam Mahira gak larang-larang tuh aku masak di dapur. Kita malah makan bareng juga!” terangnya sambil pamer juga. Pamer kebahagiaan maksudnya.
Mata Citra seketika membola mendengar penuturan Andra barusan. Mulutnya juga sama-sama menganga hingga nyaris tak terkatup rapat lagi. “Jadi … beneran? Udah jadian nih ceritanya? Aaarrrrggghhh!!! Mas Cheeefff!!!”
Citra nyaris saja menghambur ke pelukan Andra kalau lelaki itu tak buru-buru mengibaskan tangannya. “Jangan deket-deket! Aku gak mau kena omelan lagi nanti gara-gara deket sama cewek. Bisa terjadi kesalahpahaman lagi nanti!” Andra cukup trauma dengan sikap cemburu Mahira semalam. Mulai dari sekarang, ia harus berhati-hati kalau dekat dengan perempuan lain. Sekedar ada yang meminta foto pun, Andra harus hati-hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Chef
RomanceMahira harus merelakan kekasihnya, Galang, menikah dengan kakaknya sendiri, Zahra. Tepat di hari pernikahan itu, Andrameda yang merupakan mantan kekasih Zahra membuat gaduh acara tersebut. Selain mengungkap perselingkuhan kedua mempelai, Andrameda...