“Aku kenapa sih? Perasaanku kok jadi gini? Gak boleh! Ini gak bener! Kamu gak boleh goyah lagi, Zahra! Cukup sekali kamu kena jebakannya Andra!”
Seharian ini Zahra sibuk memberikan dirinya sendiri peringatan keras. Pertemuan dengan Andra yang sudah ia rancang rupanya malah seperti senjata yang memakan tuannya sendiri. Padahal niat awal Zahra meminta Andra mempromosikan kateringnya ini murni karena pekerjaan, bukan hal lain.
Tapi, situasi berubah drastis. Percakapan santai keduanya setelah syuting rupanya menjadi bumerang segala hal yang dirasakan Zahra saat ini. Pikirannya kacau balau!
Zahra sudah mencoba menyibukkan diri, bahkan dengan mengurusi pesanan katering untuk esok hari. Ikut berbelanja bahan makanan dengan para karyawan, mengemas makanan yang sudah jadi, sampai ikut mengantar pesanan pada pelanggan yang sebetulnya bisa dilakukan oleh karyawaannya sendiri.
Bahkan sampai malam tiba, Zahra tak bisa memejamkan matanya. Sekali ia merebahkan dirinya di ranjang, justru sosok Andra malah muncul di kepalanya. Bukan tanpa sebab kenapa malam-malam begini Zahra malah sibuk di dapur, mengupas bawang bombay sebanyak satu wadah besar seorang diri. Galang yang baru saja pulang dan melihat hal itu sampai dibuat terkejut.
“Udah malem, Sayang. Kamu belum ngantuk?” sergap Galang yang bahkan belum sempat duduk.
Zahra menggeleng. “Banyak kerjaan, Lang.”
“Syuting bareng Andra maksudnya?” Wajah Galang langsung kusut. “Kok kamu gak bilang kalau mau endorse dia?”
Sejenak Zahra menghentikan kesibukannya. Pertanyaan itu memang bukan pertanyaan yang sulit untuk ia jawab, namun ia tak suka saja mendapatkan pertanyaan itu dari Galang.
“Harus emang aku cerita segala hal tentang bisnisku ke kamu, Lang? Kamu aja gak pernah cerita tuh kesibukan kamu di tempat kerja kayak gimana.” Zahra dengan dingin menanggapi.
“Tapi, ini menyangkut Andra, Zahra. Kenapa kamu harus minta dia endorse katering kamu?” Galang bersikeras meminta penjelasan yang menurutnya tindakan Zahra ini keliru. Bisa-bisanya ia bekerja dengan mantannya sendiri tanpa memberitahunya secara langsung.
Memang sih Galang sudah tahu sejak awal. Tapi Zahra seperti menyembunyikannya. Terang saja ia tersinggung sekarang dan ingin meminta penjelasan dari aksi Zahra itu.
“Wajar dong! Dia itu chef. Jelas ada sangkutpautnya dong kalau aku endorse dia buat kateringnya aku. Emang kenapa sih? Masalah buat kamu?” sinis Zahra menanggapi.
Rahang Galang mengeras. Diam-diam ia mengepalkan dua tangannya yang tersembunyi di bawah meja. “Tapi, dia itu mantan kamu, Zahra. Harus emang endorse dia? Gak ada yang lain gitu?”
“Terus kenapa kalau dia mantan aku? Kita gak boleh kerjasama bareng gitu? Toh aku bayar dia kok! Gak gratisan. Kita syutingnya juga diliatin banyak orang sesuai skenario. Masalahnya apa coba? Kenapa kamu jadi sok ikut campur bisnisku begini sih, Lang?”
Zahra yang jengkel langsung melempar pisau yang tadinya ia gunakan untuk mengupas kulit bawang bombay. Bawang bombay yang tadinya berada di tangan pun kini sudah ia taruh kembali di wadah. Zahra bangkit dari tempat duduknya dengan wajah kusut. Ia angkat wadah berisi bawang bombay yang sebagian sudah ia kupas kulitnya, lalu memindahkannya ke tempat lain.
“Kalau kamu takut terjadi apa-apa sama aku dan Andra, kamu gak usah khawatir. Kita tadi cuma syuting doang kok. Gak berbuat macem-macem. Kamu bisa lihat nanti hasil syutingnya kayak apa. Dan satu hal lagi,” Zahra membalik badannya menghadap Galang sambil berkaca pinggang, “Andra udah suka sama cewek lain. Jadi kamu gak perlu khawatir aku bakalan balikan lagi sama dia!”
Zahra kembali balik badan memunggungi Galang. Ia cuci dua tangannya di wastafel sambil memasang wajah kusut. Memberitahu hal ini pada Galang tentu bukan hal yang menyenangkan. Zahra merasa seperti sudah kalah dalam berperang saja.
Sementara itu di belakangnya, Galang sedang berpikir keras akan kata-kata yang baru saja Zahra lontarkan. “Tahu dari mana kamu kalau dia punya cewek lain? Kalian ngobrol berdua?”
Dua tangan Zahra berhenti saling berpilin sementara air keran terus mengucur. “Pas udah syuting kita ngobrol. Dia sendiri tuh yang buka percakapan duluan!” imbuhnya kemudian.
“Ngobrol apa aja emang selain itu? Sampe kamu bisa yakin kalau dia udah suka sama cewek lain.” Galang memerhatikan Zahra dengan tatapan sinis yang sayangnya tak diketahui oleh istrinya itu.
“Dia sendiri yang bilang kalau dia sekarang lagi suka sama cewek lain kok!”
“Siapa?” Galang bersikeras.
Zahra menarik gagang keran, berbalik badan dengan senyuman sinis menyeringai. “Mahira,” katanya tegas. “Andra suka sama Mahira dan udah nembak dia.”
Raut wajah Galang spontan berubah kusut. Keningnya sampai bertaut keras. “Mahira? Andra suka sama Mahira? Suka bohongan kayak waktu itu maksud kamu?”
Zahra bisa sedikit bernapas lega untuk mengurai cerita kali ini. Ia tak lagi disudutkan oleh Galang yang tadi sempat memojokkannya karena persoalan Andra. Dengan langkah mantap Zahra kembali mendekati meja makan, duduk di kursinya tadi yang tak jauh dari tempat Galang duduk.
“Entahlah. Aku juga gak yakin. Tapi dia cerita aja kalau pas kita udah honeymoon di sana, dia udah nembak Mahira berkali-kali dan kena tolak.” Zahra menceritakan apa yang didengarnya dari Andra secara singkat saja. Terutama yang bagian dia kena tolak berkali-kali. Ada perasaan senang ketika menceritakannya. Ia bisa membayangkan seperti apa kekecewaan Andra karena kena penolakan Mahira. Maklum, lelaki itu jarang sekali mendapatkan penolakan dari para cewek yang suka padanya.
“Mahira nolak dia?”
Ada seulas senyum terbit di wajah Galang yang tentu saja bukan hal yang Zahra sukai. Reaksi suaminya itu terasa begitu ganjil.
“Iya.” Zahra menanggapi singkat. “Mahira nolak dia dan itulah salah satu alasan kenapa Andra milih resign dari pulau.”
Gelak tawa Galang pecah. Raut wajahnya tampak semringah sekarang. Berbeda sekali dengan beberapa saat yang lalu.
“Kok kamu kayak yang seneng gitu Mahira nolak Andra? Kamu seneng Mahira nolak cowok lain yang suka sama dia?” sinis Zahra, berharap hal ini cukup ampuh membalas perlakukan Galang tadi yang sempat memojokkannya.
Dan benar saja. Galang yang tadinya sempat tersenyum, kini malah tampak kikuk dan salah tingkah. Suaminya itu bahkan menolak bertatap muka dengannya.
“Eng—ngak … bukan gitu maksudku.”
“Kok gagap gitu ngomongnya?” Zahra semakin merasa menang sekarang. Ia berhasil menyudutkan Galang sebagai balasan. “Seneng yah mantannya masih single sampe sekarang?”
Galang semakin tak bisa mengendalikan raut wajahnya. Susah sekali baginya untuk tersenyum meski hanya sekedar menarik dua ujung bibirnya secara bersamaan. Padahal tadi ia sempat tertawa keras sekali.
Zahra tersenyum miring. Satu ujung bibirnya terangkat. “Itu yang aku obrolin tadi sama Andra, Sayang …. Kita itu ngobrolin si Andra yang suka sama Mahira tapi kena tolak terus. Dan Andra juga tadi bilang kalau bulan depan dia mau ke pulau lagi tuh!”
“Ngapain dia ke sana lagi? Bukannya udah resign?”
“Kenapa? Penasaran, yah?” cibir Zahra. Senyum sinisnya terbit.
“Kamu tuh—”
“Andra mau syuting buat program acaranya dia. Puas?” buru-buru Zahra memotong. “Masih mau tahu soal aku sama Andra tadi ngapain aja selain ini?” sudut Zahra yang semakin bersemangat membuat Galang mati kutu. “Udah gak ada! Percakapan kami cuma soal dia yang suka sama Mahira.”
Zahra buru-buru bangkit dari kursinya. Ia berjalan melewati suaminya yang masih belum berkutik dari tempatnya lengkap dengan raut wajah kusut. Tentu saja hal itu mengundang seulas senyuman terbit kembali di wajah Zahra sekarang. Senyum penuh kemenangan. Tapi, ketika ia sudah sampai di kamarnya, senyuman Zahra langsung lenyap.
Dengan langkah tertatih ia berjalan menuju ranjang, duduk di tepiannya sambil memegangi dadanya yang terasa sesak. Dua bola matanya terasa perih sekali hingga Zahra harus memejamkan matanya cukup lama demi menghalau air mata yang hendak tumpah.
“Aku ini kenapa sih?” rutuk Zahra pada dirinya sendiri. Ia sampai memukul dadanya berulang kali dengan cukup keras. “Apa ini karma karena aku udah nyakitin Mahira?” Sesalnya tak terperi.
Sesal yang semakin lama semakin menyiksa Zahra.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Chef
RomanceMahira harus merelakan kekasihnya, Galang, menikah dengan kakaknya sendiri, Zahra. Tepat di hari pernikahan itu, Andrameda yang merupakan mantan kekasih Zahra membuat gaduh acara tersebut. Selain mengungkap perselingkuhan kedua mempelai, Andrameda...