Isak Zahra tak kunjung reda. Andra berjongkok di depan perempuan yang tengah tergugu itu. “Sekarang aku lega setelah tahu kalau kamu ternyata begitu berambisi untuk menikah sampai rela menikahi orang yang sebenarnya gak kamu cinta.” Jari jemari Andra perlahan menyentuh pipi Zahra yang basah. “Harusnya kamu gak sejauh ini, Zahra. Harusnya kamu gak nyakitin diri kamu sendiri demi ambisimu itu.”Zahra membiarkan Andra menelusuri setiap jengkal pipinya yang basah. Ia dapat merasakan kenyamanan dari sentuhan itu, menggiring ingatannya akan kebersamaan dengan Andra dulu. Perasaan sesal menelusup bersama bayangan indah yang sayangnya sudah berlalu. Ia sampai berandai-andai kalau saja dirinya tak bertindak terlalu jauh sampai menyakiti dirinya sendiri seperti ini. Seperti kata Andra.
“A … aku ….” Zahra tergagap. Ingin bicara, namun suaranya tercekat.
Tiba-tiba Andra berhambur memeluknya erat. Kalimat yang hendak Zahra lontarkan seketika lesap bersama rasa terkejut sekaligus bahagia. Ia rindu pelukan Andra seperti ini, juga sentuhan tangan lembut yang kini tengah menyentuh puncak kepalanya.
“Aku nyesel, Dra … aku gak tahu kalau jadinya bakal kayak gini.”
Sesungging senyuman terbit di wajah Andra yang sayangnya tak dapat Zahra lihat. “Semuanya udah terjadi, Ra. Kamu dan aku gak bisa ngulang waktu lagi. Kamu sudah menikah dengan Galang dan sudah seharusnya kamu belajar mencintainya. Dan … lupakan aku. Hm?”
Dalam pelukan Andra, Zahra menggeleng. “Aku pikir itu mudah, Dra. Tapi ternyata enggak. Aku ceroboh! Aku teledor!”
“Iya. Kamu emang ceroboh dan teledor, Ra. Ini konsekuensinya kalau kamu ambil tindakan pake hawa nafsumu aja, bukannya pake hati.”
“Aku mau kita kayak dulu lagi, Dra,” rengek Zahra bersama dengan dua tangannya yang perlahan melingkar di tubuh lelaki itu, “aku mau balikan ke kamu lagi.”
Andra mendesah berat. Beberapa saat lamanya matanya terpejam dalam. “Zahra ….”
“Aku mau kita balikan, Dra. Aku gak mau kita putus!”
Pelukan Zahra semakin mengerat bersama dengan teriakan lantang seseorang terdengar.
“Andra!!!”
Andra spontan meregangkan pelukannya. Ia menoleh ke arah sumber suara dan melihat Galang tengah berjalan mantap ke arahnya. Sorot mata tajamnya membuat Andra seketika menarik Zahra ke belakang tubuh. Sampai satu tinju akhirnya mendarat di wajah Andra hingga lelaki itu tersungkur ke tanah.
Galang segera menarik Zahra mendekat padanya meski wanita itu tampak enggan. Amarahnya malah semakin membara melihat wajah sembab istrinya yang kentara sekali seperti orang habis menangis.
“Andra ngapain kamu?” bentak Galang.
Zahra menggeleng dengan wajah kusut. Mati-matian ia menahan agar air matanya tak kembali tumpah. Tak tega rasanya melihat Andra tergopoh-gopoh bangun dengan ujung bibir memerah terang.
“Makin lancang kamu! Apa kamu gak malu bawa istri orang tanpa izin? Huh!” bentak Galang pada Andra yang sudah berdiri tak jauh darinya. “Dan kamu, Zahra.” Giliran Zahra yang disudutkan Galang. “Kenapa kamu mau-mau aja ikut sama dia?” Ia sampai menunjuk Andra dengan mengacungkan jari telunjuknya. “Kamu lupa status kamu sebagai istriku? Kamu senang aku biarin kamu gitu aja berduaan sama Andra? Gitu?”
“Kamu sendiri juga sama!” Zahra balas membentak keras.
Bersamaan dengan itu, Mahira, Yogi, dan Randu muncul. Langkah mereka melambat mendengar adanya pertengkaran tengah terjadi.
“Kamu seneng kan bisa ketemu sama Mahira dan berduaan sama dia? Tujuan kamu ngajakin aku honeymoon buat ini, kan? Kamu cuma nyari alasan buat ketemu sama Mahira dan cari alasan biar jauh dari aku! Kalau kamu emang suamiku, harusnya kamu gak ninggalin aku, Galang!”
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Chef
RomansaMahira harus merelakan kekasihnya, Galang, menikah dengan kakaknya sendiri, Zahra. Tepat di hari pernikahan itu, Andrameda yang merupakan mantan kekasih Zahra membuat gaduh acara tersebut. Selain mengungkap perselingkuhan kedua mempelai, Andrameda...