Mahira berdiri di bibir pantai sambil mengenakan jaket pelampung. Ia celingukan memandang sekitar. Lengang. Hanya terdengar gemerisik dedaunan yang tertiup embusan angin. Cukup kencang. Tapi tampaknya hal itu tak menyurutkan niatnya untuk mengawali hari pertamanya bekerja dengan bersenang-senang terlebih dahulu.
Pak Satya sudah memberikannya izin. Ada tiga buah jetski yang tersedia di pulau, entah itu untuk pengunjung yang datang, maupun untuk pegawai yang bekerja di sini. Teronggok rapi di dekat dermaga tanpa siapa pun yang menjaganya.
Bukan. Masalahnya bukan karena Mahira tak tahu caranya bermain jetski. Tinggal tersisa dua jetski di sana. Ini membuat Mahira penasaran karena jetski satunya lagi sedang terombang-ambing di tengah lautan entah dikemudikan oleh siapa.
Pengunjung, kah? Pegawai penginapan, kah?
Jika dilihat dari cara si pengemudi bermanuver dengan trik carving yang tajam, mulai dari memutar, berbelok, sampai berganti arah, semua dieksekusi dengan sangat lihai. Mahira juga sempat melihat si pengemudi berdiri di atas jetskinya, sampai melakukan jumping the wave yang sukses membuat mulut Mahira menganga lebar. Sangat jelas! Si pengemudi bukanlah penikmat jetski biasa. Caranya menguasai kendaraan bertenaga motor itu begitu profesional.
Apa mungkin si pengemudi jetski ini petugas wahana air yang tadi disinggung Pak Satya akan datang hari ini?
Tapi, secepat inikah?
Mahira baru beberapa menit yang lalu membicarakan orang ini dengan Pak Satya. Waktu tempuh dari pulau terdekat saja butuh beberapa jam lamanya. Apa mungkin si pegawai baru itu datang pagi buta?
Mahira cepat-cepat membuang rasa penasarannya ketika si pengemudi jetski itu tiba-tiba mendekat ke arahnya. Sangat cepat. Tahu-tahu jetski yang tadinya terombang-ambing di tengah lautan itu sudah berada tak jauh di depannya, dikemudikan oleh seseorang yang ternyata Mahira kenal.
Mahira mendengkus kesal. Berpaling dengan cepat dari si pengemudi jetski yang tengah tersenyum sambil melepas kaca mata hitamnya.
“Mau main jetski juga?” Si pengemudi jetski yang dikira Mahira petugas baru itu ternyata adalah Andra.
“Iya.” Mahira menjawab singkat.
“Kamu gak takut air?”
“Kenapa harus takut air?”
“Zahra takut air.”
“Itu kan Zahra, bukan aku.”
“Kalian saudaraan tapi kebiasaan kalian berbeda rupanya.”
“Yang kembar aja belum tentu segalanya sama kali!”
“Tahu dari mana?”
“Ngarang!”
Andra tak bisa untuk tak tertawa setelah berseteru dengan Mahira kali ini. Entah kenapa perempuan yang Andra kenal memang judes sejak ia masih berpacaran dengan Zahra dulu, kini malah membuat Andra tak bosan untuk terus mengganggu. Sejak di kapal kemarin, Mahira tak pernah menunjukkan keakraban, konsisten seperti apa yang selama ini dia lakukan.
Mahira berjalan menuju salah satu jetski yang terombang-ambing di bibir pantai. Menaikinya, lalu menyalakan mesinnya. Andra spontan memutar jetski miliknya hingga jetski keduanya berada di posisi dan arah yang sejajar.
“Wooow!!!”
Andra berseru heboh. Mahira menatapnya sengit.
“Apaan sih? Berisik banget jadi cowok!” omel Mahira. Risi.
“Mari kita lihat seberapa hebatnya kamu bermain jetski!” Andra pantang ngambek apalagi takut kena omelan Mahira. “Mau tanding gak? Siapa yang kalah, harus mau menuruti semua kemauan yang menang!”
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Chef
RomanceMahira harus merelakan kekasihnya, Galang, menikah dengan kakaknya sendiri, Zahra. Tepat di hari pernikahan itu, Andrameda yang merupakan mantan kekasih Zahra membuat gaduh acara tersebut. Selain mengungkap perselingkuhan kedua mempelai, Andrameda...