Bab 119 Jebakan Andra

127 4 0
                                    

Citra menyikut Mahira yang senyum-senyum sendiri sambil memandangi ponselnya. Yogi dan Randu yang ikut duduk bersama mereka memerhatikan gelagat aneh Mahira juga. Sejak tiba di Kafe Palapalove, perempuan itu jadi sibuk dengan ponsel ketimbang kopi yang sudah tersaji di meja.

“Senyam-senyum aja dari tadi. Chef Andra kapan datengnya? Jadi dateng, kan?” tanya Citra sambil ikut mengintip apa yang dilihat Mahira. 

Atasannya itu tak berusaha menyembunyikan, malah dengan sengaja memamerkan apa yang dilihatnya. “Namaku viral lagi, Cit. Tapi bukan karena berita bohongan. Tapi tetep aja ada yang hujat. Lucu aja gitu! Dikasih berita bohong, ada hujatan. Eh, giliran dikasih berita yang jujur, tetep juga ada hujatan. Maunya mereka apa coba?”

“Biasalah, Ra.” Randu ikut angkat bicara setelah menenggak minuman berwarna kuningnya hingga menyisakan setengah gelas. “Namanya juga netizen maha benar. Abaikan aja! Gak perlu diladenin. Si Andra jadi ke sini, kan?”

“Jadi dong!” Yogi bersemangat sekali menyela. Memotong usaha Mahira untuk menjawab pertanyaan Randu. “Kencan resmi pertama gak boleh sampai batal. Kita keroyok si Andra rame-rame kalau sampe dia gak dateng ke sini!”

“Yang ditanya tuh Mbak Mahira, bukannya situ. Kok situ yang nyerobot buat ngejawab sih? Gak sopan!” omel Citra pada Yogi yang malah angkat bahu seolah tak peduli.

“Gimana rasanya LDR, Ra? Enak?” Randu kembali melemparkan tanya. “Baru kali ini nih si Andra ngalamin yang namanya LDR sama cewek. Gue khawatir kalau dia gak setia di luar sana.”

“Gue sependapat.” Yogi lagi-lagi memotong lebih cepat dari Mahira.

“Ya … gitu deh. Aku juga punya ketakutan yang sama. Udah punya pemikiran juga sih ke sana. Mungkin si Andra gak tahan dan selingkuh.” Mahira menanggapi dengan tenang meski sebenarnya ia cukup tertekan juga dengan pertanyaan ini. “Tapi … ya udahlah. Kalau emang beneran selingkuh, gak bisa setia, tinggal putus ini. Toh kita baru tahap pacaran doang, bukannya nikah. Bener, gak? Dibikin simple aja sih.” Mahira tersenyum demi menutupi kebenaran kalau dia sekarang ingin melakukan hal yang sebaliknya.

Menangis.

Randu dan Yogi saling berpandangan. Tersenyum penuh arti setelah  mendengarkan jawaban Mahira barusan. Beda halnya dengan Citra yang langsung menopang dagu dengan wajah cemberut, menatap Mahira dengan wajah kusut.

“Mbaknya terlalu cuek sih. Jadi enak bisa bersikap bodo amat pacaran jarak jauh sama cowok playboy kayak Chef Andra. Kalau aku yang ada di posisi Mbak sih, udah pasti gak bakalan pernah bisa santai. Langsung resign, terus nyusulin dia. Aku mesti jagain cowok kayak gitu dua puluh empat jam nonstop!” Citra begitu menggebu-gebu menjabarkan.

Randu yang mendengarkan hanya bisa tertunduk. Tak berani menyela. Cengiran Yogi yang seperti tengah mengejeknya pun diabaikan Randu seperti bukan hal penting. 

Berada di satu tempat kerja dengan mantan memang bukan hal yang mudah. Tapi seiring berlalunya waktu, Randu dan Citra bisa bersikap seolah tak pernah terjadi apapun di antara mereka. Seperti contohnya sekarang ini. Randu berusaha tetap tenang berada di sekitar Citra.

“Cemburu sih aku juga ada. Tapi kalau harus bersikap posesif apalagi overprotektif, kayaknya enggak deh. Aku sendiri juga butuh privasi, punya kepentingan yang menuntut aku berhubungan dengan banyak orang. Masa iya aku larang-larang pacar aku ketemu orang lain? Kan itu gak adil jadinya. Aku berusaha buat percaya sama dia kalau dia punya banyak kepentingan di luar sana dengan banyak orang, termasuk cewek. Dia juga sekarang jadi publik figure kan. Jadi, aku berusaha buat ngerti posisinya dia aja.” Mahira memberikan jawaban berdasarkan akal sehatnya, bukan hatinya yang sebenarnya nyeri sekali. Ia tak mau rekan kerjanya yang berada di sini tahu seperti apa kondisi hatinya sekarang.

I Love You, ChefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang