Bab 19 (Bukan) Hal Spesial

208 8 0
                                    

"Sialan!"

Mahira tercekat mendengar umpatan Andra yang terdengar begitu lantang. Ia hendak menegur, namun Andra buru-buru menutup mulutnya dengan menunjukkan sesuatu lewat layar ponselnya.

Mata Mahira membeliak sempurna melihat apa yang ada di hadapannya.

"Ini ...."

Andra mengangkat satu jarinya, menekannya ke bibirnya sendiri. "Pelankan suaramu. Bersikaplah normal!" bisik Andra hati-hati. Ia tak mau apa yang baru saja ia tunjukkan pada Mahira menimbulkan kehebohan lain. Andra celingukan memandang sekitar seperti tengah mencari seseorang yang mencurigakan.

"Berikan ponselmu!" pinta Andra tiba-tiba.

"Buat apa sih!"

"Hapus akun media sosialmu sekarang juga kalau kamu mau masalah tentang kita selesai! Aku gak mau kamu melakukan tindakan sia-sia lagi. Gak semua masalah bisa diselesaikan dengan cara membuat klarifikasi, Mahira! Ada kalanya kamu harus diam saja. Tutup mata dan telingamu!"

"Ini semua gara-gara kamu!" Mahira tetap bersikeras. Tak mau ia terus disudutkan oleh Andra. Dia kan dalang masalah ini! Kenapa harus Mahira yang menanggung akibatnya coba?

"Aku tahu! Aku sudah mengaku salah sejak tadi, kan? Masih belum puas? Kamu mau aku berbuat apa? Menyelam ke dalam laut lalu mati? Di makan ikan paus?  Atau bertekuk lutut meminta maaf sama kamu di sini? Kamu mau aku kayak gitu?"

Mahira jadi makin jengkel. Bukannya solusi yang ia dapat dari Andra, tapi malah pendapat aneh-aneh semuanya. 

"Emang setelah menghapus akun media sosialku, kamu yakin masalah kita akan selesai?"

Andra garuk-garuk kepala. Susah sekali membuat Mahira mau mendengarkan perkataannya hanya dengan sekali bicara. Perempuan itu punya tingkat keras kepala yang ada di level teratas.

Kepala Andra tampak tertunduk, beberapa saat lamanya ia sibuk menatap layar ponselnya. Mahira tentu tak tinggal diam. Tadi, Andra baru saja menunjukkan sebuah foto dirinya dan Andra yang sedang duduk di sini berdua. Dibidik dari arah samping mereka. 

Mahira celingukan, mencoba menangkap pelaku yang berani memotret dirinya dan Andra. Karena gara-gara foto itu, klarifikasi yang dibuat Mahira beberapa saat yang lalu gagal total. 

Nihil! Mahira tak bisa menemukan orang yang mencurigakan di tempat itu. Pelanggan yang datang dan pergi dari tempat itu tampak tak acuh pada mereka. Lalu, siapakah yang iseng memotret mereka tadi?

"Lihat! Selesai, kan?" 

Mahira menyipitkan dua matanya menatap layar ponsel Andra. Di sana ada sebuah postingan berisi kalimat "SAYA DAN MAHIRA SUDAH PUTUS!"

"Ini sih bukan klarifikasi namanya, Andraaa!!! Aaarrrggghhh!!!" Ubun-ubun Mahira rasanya hampir meledak. "Ini artinya kamu mengakui kalau kita ini pacaran!"

"Yang penting mereka udah tahu kalau di antara kita udah gak ada apa-apa lagi. Masalah selesai! Tamat! Itu yang mau kamu kasih tahu ke orang-orang, kan? Gak usah diungkit lagi. Kita pergi dari tempat ini sekarang juga. Tempat ini tidak aman! Ayo!"

Mahira menurut usulan Andra, padahal sebelumnya ia sudah dibuat jengkel oleh ulah Andra yang lagi-lagi menimbulkan kesalahpahaman. Klarifikasi yang dibuatnya lagi-lagi ambigu!

"Kita diantar sore kan ke pulau?" tanya Mahira yang mengekori Andra di belakangnya. Sengaja menjaga jarak. Ia tak mau kedapatan lagi tengah berduaan, berdekatan, apalagi sampai terlihat seperti orang tengah berkencan.

"Iya. Kenapa emang?"

Andra menunggu jawaban dari Mahira, tapi suara perempuan itu tak terdengar lagi. Ketika Andra menoleh, ternyata perempuan itu sudah berjalan ke arah yang berbeda dengannya. 

I Love You, ChefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang