Andra berjalan di belakang Mahira. Berulang kali ia memanggil nama perempuan itu, namun Mahira tak menoleh padanya sekali pun. Selantang apapun Andra berteriak, Mahira seolah sengaja menulikan indera pendengarannya.
"Kamu kenapa sih?" Andra jadi jengkel sendiri.
Kalau ini gara-gara ulah Amel, Andra juga kesal pada perempuan itu. Sampai rasanya ingin sekali meninju wajah perempuan cantik sampai bonyok. Gak ada gunanya paras sempurna kalau ternyata hatinya berduri.
"Hira, aku juga gak tahu kalau dia itu sejenis cewek psikopat. Siapa pun pasti gak akan nyangka kalau cewek secantik itu rupanya punya sisi yang buruk! Mahira? Hey! Dengerin dulu!"
Langkah Mahira tiba-tiba melambat yang dimanfaatkan Andra untuk berlari menyusul perempuan itu. Ia berdiri di depannya, mencegah Mahira melangkahkan kakinya lagi. Raut wajah Mahira tampak putus asa. Sorot mata yang ditangkap Andra sama sekali tak mengandung amarah seperti yang ia duga.
Andra jadi serba salah. Mahira patut marah apalagi kesal padanya. Ulah fansnya itu benar-benar nyaris di luar nalar.
"Aku minta maaf, Hira."
"Kenapa kamu minta maaf?"
"Karena ulah Amel ke kamu."
"Itu salah dia, bukan salah kamu. Kenapa kamu yang minta maaf?"
"Terus kenapa kamu gak nyahut pas barusan aku panggil?"
Mahira membuang muka dari Andra. Cukup lama ia diam sampai membuat Andra merasa takut sendiri. Ia lebih baik cekcok dengan Mahira ketimbang menghadapi Mahira yang hanya diam saja seperti ini.
"Mau sampai kapan kamu bersikap seperti pacarku, Dra?" Mata Mahira tampak berkaca-kaca sekarang. "Lihat! Akibat perbuatanmu itu, aku harus menghadapi orang-orang aneh sampai membuatku hampir kehilangan nyawa. Pertama, Arjuna. Dia mempermalukanku di depan semua orang dengan melepas hijabku secara paksa. Kamu tahu artinya hijab ini bagiku, Dra?"
Sorot mata Mahira kali ini menampakkan keseriusan. Andra tak sampai hati membuka mulutnya satu inci pun.
"Ini adalah identitasku sebagai seorang perempuan muslimah. Aku berusaha menjaga diriku sendiri, mentaati aturan agamaku. Tapi, apa yang sudah aku hadapi karena sering dikira kekasihmu? Perlakuan tak menyenangkan dari orang yang mengenalmu sampai membuat harga diriku rasanya tak bernilai lagi."
Mahira menjeda kalimatnya sambil menghidu ingusnya yang perlahan keluar.
"Ya! Aku yang salah juga sih. Harusnya waktu itu aku lebih tegas ngadepin si Arjuna, tapi aku malah ngerasa bahwa lebih baik aku berlindung padamu saja dengan mengiyakan perkataanmu. Tapi lama-lama aku sadar kalau tindakan itu salah besar! Aku gak seharusnya membenarkan hubungan kita yang sama sekali tak terikat. Aku harusnya lebih berani menghadapi Arjuna tanpa harus berlindung di balik nama kamu. Seumur hidupku, aku tak akan lupa apa yang Arjuna lakukan padaku!
"Lalu setelah itu aku harus bertemu dengan Amel. Orang asing yang aku anggap sebagai tamuku. Tapi, apa lagi yang terjadi sekarang? Dia ternyata tak menyukaiku karena mengira kita memiliki sebuah hubungan terikat. Aku hampir mati di tangan perempuan itu, Dra! Dan itu semua disebabkan oleh ulahmu di pernikahan Zahra dan Galang! Kalau kamu membenci kakakku, kenapa kamu harus merugikan aku? Zahra dan Galang di luar sana baik-baik saja. Malah aku yang di sini harus menderita dan menerima perlakuan yang gak adil akibat fitnah yang kamu buat. Aku yang harus kena getahnya! Memang apa salahku ke kamu, Dra? Memangnya aku penyebab Zahra dan Galang menikah? Lantas kamu ingin aku menderita sementara Zahra yang sudah menyakitimu malah kamu biarkan begitu saja?"
Bibir Andra gemetaran. Melihat Mahira menangis, rasa bersalah bercokol di hatinya. Kata-kata yang terlontar dari mulut Mahira barusan seumpama panah yang melesat tepat menghujam jantungnya. Tepat sasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Chef
RomansaMahira harus merelakan kekasihnya, Galang, menikah dengan kakaknya sendiri, Zahra. Tepat di hari pernikahan itu, Andrameda yang merupakan mantan kekasih Zahra membuat gaduh acara tersebut. Selain mengungkap perselingkuhan kedua mempelai, Andrameda...