"Kenapa harus aku, Dra?"
Andra berusaha tetap tenang meski ia sedikit tak nyaman kalau Mahira serius begini. Tatapan matanya yang sayu, keningnya yang mengerut, dan lengkungan bibir yang mengguratkan rona kesedihan.
"Iseng aja," celetuk Andra sekenanya. Sengaja. Kali saja gurauannya ini membuat Mahira marah atau kesal.
"Oh ... begitu rupanya."
Andra mangut-mangut mengerti. "Yah ... begitulah!"
"Berarti ngikutin aku ke pulau juga cuma iseng?"
"Ya. Iseng doang. Lagi gabut aja soalnya, Hira. Pas tahu kamu dateng ke sini, aku kayak dapet ide juga buat ngikut. Kayaknya rame juga yah kalau nyari kerja dengan suasana baru?"
"Oh. Begitu rupanya."
Mahira merasa tak perlu ragu lagi sekarang untuk meyakinkan dirinya bahwa Andra tak memiliki tujuan khusus untuk mendekatinya selain karena ISENG. Sekarang tinggal Mahira yang harus sekuat tenaga menahan perasaannya agar ia tak hanyut dalam suasana kalau sedang bersama Andra. Entah itu ketika diusili, digodai, atau diperhatikan yang itu semua pasti karena keisengannya semata.
Ya! Andra hanya iseng!
Sama seperti sekarang ini. Ketika Andra mau jauh-jauh mengajaknya naik motor sampai menginap segala. Pasti hanya keisengannya saja. Mahira tak perlu memaknai tindakan Andra sebagai suatu hal yang spesial.
"Cari makan yuk!" ajak Mahira tiba-tiba.
Andra berjingkat kaget. "Sekarang?"
"Iya. Aku lapar. Tapi cari makan di luar. Ada gak yah kira-kira?"
Andra mendadak begitu semringah. "Kita bisa nyari kalau mau. Toh ini daerah perkotaan. Pasti ada warung-warung emperan yang buka lapak. Aku ambil kunci motornya dulu. Kamu tunggu di depan hotel."
Andra sudah lari cepat meninggalkan Mahira yang menatap punggung lelaki itu dengan wajah mendung. Berulang kali ia menjejali isi kepalanya agar tak menganggap perlakuan Andra sebagai sebuah perhatian lebih dari sekedar lelaki iseng pada wanita asing.
Yah. Hanya iseng! Catat itu baik-baik! Andra sendiri yang bilang tadi kalau dia hanya iseng!
"Pakai ini!"
Mahira terkejut ketika sesuatu tersampir di pundaknya dari arah belakang. Saat ia menariknya, rupanya itu sebuah jaket yang entah dari mana didapatkan oleh Andra.
"Dapet dari mana?" tanya Mahira penuh curiga.
"Nyolong dari kamar sebelah."
Mahira terkekeh. "Seriusan, Dra? Gak mau ah! Masa kamu nyuruh aku pake baju colongan sih?"
"Ya, enggak dong! Itu dapet pinjem dari resepsionis yang kebetulan punya salah satu staf cowok."
"Oh ...."
"Bilangnya gak usah dibalikin soalnya jaketnya udah mau dia buang."
"Wah? Serius? Jaket masih bagus segini mau dibuang?"
Andra mengangguk saja untuk membenarkan. Padahal jaket itu ia dapatkan dengan membelinya dari si resepsionis. Lebih tepatnya dengan cara memaksa sih. Tidak murni hasil meminjam! Untuk membuat Mahira senang, Andra tak masalah jika harus berbohong asal Mahira senang dengan kebohongannya itu.
Mencari makanan menjelang dini hari rupanya lebih sulit dari yang dibayangkan. Mereka hanya bisa menyantap hidangan bubur ayam yang hampir saja menutup lapaknya dini hari itu.
"Ada kerupuknya loh, Dra." Mahira tampak semringah menunjuk kerupuk di salah sebuah wadah. "Coba aja waktu kamu bikin bubur waktu itu juga ada kerupuknya. Pasti enak!"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Chef
RomansaMahira harus merelakan kekasihnya, Galang, menikah dengan kakaknya sendiri, Zahra. Tepat di hari pernikahan itu, Andrameda yang merupakan mantan kekasih Zahra membuat gaduh acara tersebut. Selain mengungkap perselingkuhan kedua mempelai, Andrameda...