Bab 24 Kalau Soal Pekerjaan, Mahira Kalah

209 6 0
                                    


“Pagi, Mahira!”

“Siang, Hira!”

“Malam, Mah!”

Sapaan Andra akhir-akhir ini terasa ganjil di telinga Mahira. Hatinya juga sebenarnya. Ada debaran aneh yang berpacu kencang di dalam sana. 

Di satu hari, Andra menaruh sepiring nasi goreng di meja makan seperti yang di terima karyawan lainnya pagi itu.

“Mau makan sesuatu yang lain selain ini?”

Tapi, dia malah menawarkan yang lain pada Mahira. 

Catat! Hanya pada Mahira saja. Semua mata sampai memandang Mahira penuh makna atas pertanyaan Andra itu.

Tindak-tanduk Andra yang lain adalah dia jadi sering mengunjungi Mahira di ruang kerjanya yang berada di Ruang Kerja Ampa. Mahira punya setumpuk kerjaan yang harus ia selesaikan di ruangan itu, selain sesekali ia akan berkeliaran di sekitar pulau untuk memeriksa apakah keadaan baik-baik saja, apakah para pengunjung mendapatkan pelayanan terbaik, sampai kondisi fasilitas-fasilitas di sekitar pulau lainnya juga tak boleh sampai luput dari pantauannya. Kemunculan Andra yang begitu rajin mengunjungi ruang kerjanya akhir-akhir ini cukup mengusik. 

Mengusik hatinya yang selalu berdebar-debar.

“Ada kopi untukmu!”

“Ini teh hijau khusus untuk menemanimu bekerja, Mahira.”

“Butuh camilan?”

“Mau makanan yang manis, gurih, segar, atau asam mungkin?”

Alasannya cukup beragam. Pak Satya yang berada di ruang kerjanya yang memang berdampingan dengan ruang kerja Mahira, sering sekali menanyai Mahira dengan pertanyaan yang sama:

“Kalian pacaran lagi, yah?”

Tidak! Bukan Pak Satya saja sebenarnya yang sering menanyakan hal itu. Hampir seluruh karyawan Pulau Ampalove menanyakan hal serupa. Mahira sampai jengkel dibuatnya. Dan tentu saja ia langsung mengelak: “Enggak kok! Kita gak pernah pacaran!”

Tegas, galak, dan penuh emosi di dalamnya.

Apa ini buntut dari pernyataan Andra waktu itu?

“Karena sepertinya aku mulai menyukaimu.”

Haruskah Mahira menganggap ini serius?

Bagaimana dengan fakta bahwa dia adalah mantan Zahra?

Bagaimana dengan fakta bahwa lelaki itu tak lebih dari lelaki brengsek sama seperti ayah dan kakeknya? Seperti pengakuan yang dibuat Andra sendiri waktu itu. Bukankah ini seperti isyarat dari Andra sendiri agar Mahira tak mudah terpengaruh oleh tindak-tanduknya? 

Mahira butuh menjernihkan pikirannya hari ini. Sebagian pekerjaan sudah ia selesaikan. Beberapa hari ini ia lebih banyak di ruang kerjanya ketimbang keluyuran di luar pulau. Banyak hal yang harus ia lakukan mengenai promosi Pulau Ampalove, tingkat pelayanan penginapan, sampai rencana untuk membuat cottage baru yang rencananya akan dibangun di atas laut.

Bermain jetski menjadi satu-satunya hal yang bisa Mahira lakukan untuk beristirahat dari pekerjaannya sejenak. Sengaja ia memilih waktu di pagi hari saat matahari masih malu-malu mengintip dari sisi timur, usai jogging rutin sebelumnya. Menakjubkan sekali dapat menyaksikan terbitnya matahari saat ia terombang-ambing di tengah lautan sendirian. Rasanya seperti dunia ini hanya miliknya sendiri.

Tapi, kesenangan itu rupanya tak berlangsung lama karena tiba-tiba Andra muncul dengan menaiki jetski juga. Mahira memang sempat menduga kalau laki-laki ini pasti akan mengekori kegiatannya. Tapi Mahira tak mengira kalau dugaannya ini begitu akurat!

I Love You, ChefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang