Bab 60 Gimana Kabar Kamu, Mantan?

184 9 1
                                    

Semenjak menjadi seorang ibu rumah tangga, tepatnya mengurus bisnis katering, jadwal tidur Zahra berubah total. Ia yang tadinya memiliki jadwal bangun tidur tak teratur, jadi terbiasa bangun pukul empat pagi. Keberadaannya di pulau untuk berlibur rupanya tak mengubah kebiasaan itu.

Zahra sudah mencoba untuk terlelap, namun tak bisa. Bermain media sosial, apalagi. Jadinya ia malah bengong sendiri pagi buta itu sambil mengintip keluar cottage lewat pintu jendela sesekali. Sekedar menikmati suasana malam di tempat asing yang nyatanya begitu sepi.

Sampai kemudian, ada sosok tak asing melewati cottagenya. Dua mata mereka sempat bersirobok sebentar. Ada senyum yang bahkan terbit dari orang tak asing itu yang berhasil Zahra tangkap. Spontan saja ia menutup gorden, menjauh sambil memegangi dadanya yang tiba-tiba berdegup tak karuan.

“Itu Andra, kan? Ngapain dia di luar?” gumam Zahra yang masih kaget.

Zahra takut-takut memeriksa lagi lewat jendela cottage. Sosok Andra tak ada di sana. Ia sampai memberanikan diri membuka pintu cottage karena masih penasaran ke mana perginya laki-laki itu. Dari teras cottage ia dapat memerhatikan Andra yang berlari menjauh ke arah pantai. 

Cukup lama ia memerhatikan lelaki itu. Sampai kemudian Zahra turun dari cottage. Berlari menyusul lelaki itu dengan perasaan semringah. 

“Andra! Andra!” panggil Zahra lantang. Tak peduli seberapa dingin udara yang berembus, ia terus berlari menghampiri Andra yang akhinya menoleh.

“Zahra?”

Wajah semringah Zahra tadi mendadak kusut. “Keterlaluan yah kamu!” Perempuan itu berkaca pinggang. “Udah bikin kacau kacau pernikahanku, kamu beneran pacarin adikku? Terus putus dari dia? Terus sekarang kerja bareng dia di sini dan masih berani deketin dia lagi? Brengsek kamu! Jangan mainin adikku kayak gitu dong!” serbu Zahra dengan beragam tanya. Ia sengaja memasang wajah kusut begitu untuk menutupi hatinya yang tengah berjingkrak riang. Jangan sampai Andra berpikir macam-macam tentangnya.

Andra berpikir sejenak sambil mengatur napasnya yang tersengal-sengal. “Itu semua bohong.”

“Hah? Bohong? Bohong gimana maksud kamu?” Kali ini Zahra benar-benar tak sedang memasang raut wajah bohongan karena terkejut oleh pernyataan Andra barusan.

“Ya … semua bohong. Settingan. Tahu kan kalau para artis yang bikin settingan pacar-pacaran itu kayak gimana? Nah! Itu yang terjadi antara aku sama Mahira.”

“Kurang ajar yah kamu! Kamu cuma mainin adikku?”

“Dia tahu kok aku cuma mainin dia.”

“Apa? Terus dia diem aja gitu dipermainkan sama kamu? Dia kena hujat fans kamu, Dra!”

“Enggak dong! Dia ngamuk dan kami berantem, udah itu yah … aku jelasin aja semuanya kenapa aku ngaku-ngaku dia jadi pacarku pas nikahan kamu. Dan dia ngerti tuh! Maklumlah … kita kan sama-sama orang yang pernah disakitin. Jadi kayaknya dia paham kok kenapa aku ngelakuin hal kayak gitu. Tapi sekarang semuanya udah beres kok. Kan kita sama-sama udah bikin klarifikasi tuh!”

“Klarifikasi yang kalian buat ambigu tahu!”

“Yah … yang penting kita berdua udah gak ada hubungan apa-apa lagi gitu.”

“Terus ngapain masih kerja bareng di sini?”

“Emang kenapa? Kami rekan kerja di sini. Gak boleh?”

“Bukan gitu. Maksudku,” Zahra tergagap, “apa gak masalah kalian kerja bareng di sini? Orang-orang gak pada tahu apa skandal hubungan kalian itu gimana?”

Andra angkat bahu. “Biasa aja tuh. Kami sama-sama orang yang profesional. Jadi yah … kerja yah kerja. Hubungan pribadi yah pribadi. Gak ngaruh tuh sama kinerja kita di sini. Malah berkat Mahira, pulau ini jadi tempat kunjungan yang paling diminati akhir-akhir ini. Itu artinya, kerjaan kami sama masalah pribadi yah gak ngaruh apa-apa. Coba aja tanya yang lain hubungan kita di tempat kerja gimana kalau gak percaya. Atau tanya aja tuh sama si Mahira langsung. Dia lagi ngaji di Rumah Ampa. Barusan suaranya kedengeran tuh!”

I Love You, ChefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang