Mahira menopang dagu. Lurus menatap Andra yang tampak sibuk di area dapur sendirian. Apron hitam bergaris yang dikenakannya mengingatkan Mahira akan kebersamaannya dulu dengan Andra di Pulau Ampalove.Kalau diingat-ingat lagi, sebenarnya kebersamaan mereka cukup banyak terjadi sebelum hubungan mereka resmi. Yah … meskipun kebanyakan cekcok sih. Pasalnya waktu itu Mahira menganggap Andra yang mendekatinya pasti hanya main-main saja.
“Dulu kamu beneran cuma iseng doang kan yah waktu deketin aku di pulau, Dra?” Mahira ingin memastikan saja kalau terkaannya memang benar.
“Yang kapan? Sebelum Zahra ke pulau atau setelah Zahra ke pulau?” Andra malah balik bertanya, tanpa memedulikan reaksi Mahira yang langsung cemberut mendengar Andra malah menyebut nama kakaknya itu.
“Kok malah bahas kak Zahra lagi, sih?” sinis Mahira menanggapi.
“Kalau sebelum Zahra ke pulau, memang … aku akui waktu itu niatnya emang cuma iseng,” aku Andra kemudian. “Tapi setelah Zahra ke pulau, terus waktu kamu deket sama si Galang, di sana aku sadar perasaanku ke kamu itu ternyata bukan cuma iseng doang. Soal kapan pastinya keisengan itu berubah serius, aku juga gak tahu,” Andra menaruh beberapa mangkuk di meja. Menatanya sambil terus melanjutkan ceritanya, “karena yang pasti, sekarang aku sukanya kamu.”
Satu kecupan mendarat di kening Mahira tanpa wanita itu duga. Berlalu cepat sekali sampai Mahira tak punya kesempatan untuk merasakan lebih lama sentuhan bibir suaminya di keningnya itu. Hanya ada sensasi lembap setelahnya yang membuat Mahira malu-malu untuk tersenyum.
“Kamu sendiri gimana? Kapan nyadar kalau kamu akhirnya jatuh cinta sama cowok brengsek kayak aku?” Terkekeh Andra. Ia merasa tak perlu malu mengakui diri seperti itu di depan Mahira. Toh Mahira sendiri juga sudah tahu tentang beberapa cewek yang pernah mendekatinya.
Ini yang Mahira enggan bahas. Bisa-bisanya ia malah jatuh cinta pada cowok sejuta pesona yang banyak digandrungi kaum hawa. Tapi, hal ini juga yang patut ia banggakan karena dialah yang berhasil memenangkan hati Andra sampai akhirnya menikah dengannya.
“Sama sih kayaknya. Setelah Kak Zahra ke pulau.” Mahira menjawab sekenanya sambil menyendok sedikit demi sedikit makanan yang sudah tersaji. Masakan buatan Andra ini sudah lama tak ia cicipi. Belum lagi perutnya juga tengah lapar sekarang.
Eh, tunggu! Karena ia dan Andra sudah menikah, itu artinya ia akan merasakan masakan buatan Andra setiap hari, kan?
Ya, Tuhan! Mahira senang sekali menyadari fakta satu ini! Dia tidak akan kelaparan lagi seperti waktu di pulau.
“Eh, Dra. Karena kamu doang yang bisa masak, berarti tugasku cuma makan doang, yah?” Mahira sampai meminta kepastian. Ia takut harapannya ini keliru. “Maksudku, tugas didapur itu kamu. Aku bagian tugas yang lain seperti ngepel atau nyapu. Gimana?” tawarnya.
Andra menghampiri dengan dua piring di tangan. Menaruhnya di depan Mahira dan juga di depannya. “Iya, Hira …. Suka-suka kamu aja deh!”
“Ih! Seriusan! Pekerjaan rumah harus dibagi rata. Gak ada yang namanya pengelompokkan pekerjaan rumah berdasarkan gender. Laki-laki dan perempuan bisa mengerjakan tugas yang sama. Kecuali masak. Karena aku gak bisa masak.” Tanpa rasa malu Mahira mengakui kekurangannya yang satu ini. Tak masalah, kan? Toh Andra sudah tahu kalau mengupas bawang saja dia kesulitan.
Andra tertawa saja mendengarkan Mahira terus bicara. Sesekali menyela meski hanya sekedar kata “iya” saja yang keluar. Bukan tanpa alasan sebenarnya. Andra hanya tak mau merusak suasana hati Mahira yang tampaknya sedang begitu baik. Dia bercerita banyak sambil tersenyum semringah. Berbanding terbalik dengan beberapa hari ke belakang di mana keduanya lebih banyak saling diam padahal sudah berstatus sebagai suami istri.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Chef
RomanceMahira harus merelakan kekasihnya, Galang, menikah dengan kakaknya sendiri, Zahra. Tepat di hari pernikahan itu, Andrameda yang merupakan mantan kekasih Zahra membuat gaduh acara tersebut. Selain mengungkap perselingkuhan kedua mempelai, Andrameda...