Bab 131 Apa Itu Pernikahan Impian?

164 5 0
                                    

“Kita nikah besok sore di sini, Hira.”

“Apa? Nikah? Besok sore?!”

Ingatkan Mahira kalau ia salah mendengar tadi. Andra mungkin sedang bergurau sampai berbicara aneh begitu. Mana ia bicara di depan orang tuanya lagi. Gimana kalau mereka salah paham coba?

“Kok Ibu sama Bapak bisa ke sini? Diajakin Andra atau ... gimana? Kenapa gak ngasih tahu dulu kalau mau dateng. Gimana kalau gak ada cottage kosong buat kalian nginep di sini?” cecar Mahira yang terkejut tapi juga senang. Tentu kedatangan mereka ini sedikit banyaknya membawa perasaan bahagia pada Mahira yang seharian ini dirundung kesedihan karena masalah batalnya WO yang tertimpa musibah. 

Tapi ia juga bingung sendiri kenapa Bu Halimah dan Pak Wisnu bisa berada di sini dengan Andra. Apa tujuan mereka ke sini? Kenapa tidak memberitahunya terlebih dahulu?

“Andra udah cerita semuanya tadi,” kata Bu Halimah.

Mahira melirik Andra penuh curiga. “Cerita apa emang? Jangan-jangan cerita yang aneh-aneh lagi.”

Andra tetap menyemai senyum meski sudah dituduh demikian oleh Mahira. Seperti tak masalah saja kalau Mahira menuduhnya yang tidak-tidak juga.

“Katanya pernikahan kalian dimajukan,” ungkap Bu Halimah kemudian. Sebentar melirik Andra yang tersenyum.

“Hah? Kata siapa?” Mahira tentu kaget bukan main. Perkataan Andra soal pernikahannya mereka yang jadinya besok saja ia anggap sebagai angin lalu. Sekarang Ibunya sendiri malah ikut-ikutan bicara yang tidak-tidak.

Bu Halimah dan Pak Wisnu kompak melirik Andra yang tengah menyeret dua buah koper di tangannya. Seketika terhenti ketika tak lagi mendengarkan Mahira dan orang tuanya bercakap. Menoleh pada mereka yang disambut tatapan sengit Mahira.

“Kamu serius? Nikah besok sore? Jangan becanda, Andra!" Setengah berteriak Mahira menyergap lelaki itu. Ia bergegas menghampiri, melotot tajam, meminta penjelasan lebih rinci dan pastinya masuk akal. “WO yang kita sewa baru kena musibah karena beberapa kru mereka meninggal. Terus siapa yang bakal ngurusin pernikahan kita kalau tanpa WO, Andra? Ah! Yah! Baju pengantin juga belum fix, kan? Gimana caranya kita nikah besok sore? Belum soal konsumsi, penginapan untuk para tamu, semua harus disiapin, Dra. Gak bisa ngedadak begini! Kita itu harus—“

Andra membekap mulut Mahira cepat. “Udah! Diem! Bawa Ibu sama Bapak ke cottage yang kosong dulu. Kasihan. Mereka pasti capek. Ngomelin akunya entar aja. Oke?” bisiknya hati-hati.

“Tapi, Dra ....” Mahira sudah siap mengomel lagi tapi Andra kembali membekap mulutnya.

“Udah. Udah. Aku sekarang mesti bawa koper Ibu sama Bapak ke mana? Mereka harus istirahat. Perjalanannya yang udah mereka tempuh itu panjang dan lebar, Hira. Kamu gak kasihan biarin mereka nganggur gitu dengerin kamu ngomelin aku?”

Mahira jadi malu sendiri disindir demikian oleh Andra. Meski masih jengkel, ia mengikuti saran Andra barusan. Membawa orang tuanya ke salah satu cottage yang kosong. Lalu setelah itu menarik paksa Andra ke depan ruang kerjanya. Tempat paling aman untuk lanjut mengomeli Andra.

“Kamu gila, Andra! Gila! Gak mungkin kita nikah besok sore! Ini ngedadak banget! Randu bisa ngomel karena disuruh masak banyak besok.”

Mahira sudah berkaca pinggang. Memasang wajah sengit yang malah ditanggapi Andra dengan merentangkan dua tangannya.

“Gak mau peluk dulu, Ra?” celoteh Andra enteng yang langsung mendapat sambutan berupa pukulan ringan di bahu. “Aw! Sakit, Hira!”

“Kamu tuh, yah! Orang lagi serius ngomong juga! Malah minta peluk.”

I Love You, ChefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang