Bab 35 Kenapa Kamu Menyukainya?

199 9 0
                                    

Dari kejauhan Andra memerhatikan Amel yang tampak berhambur memeluk Mahira di depan Rumah Ampa siang itu. Beberapa kali Amel merenggut tangan Mahira, menggenggamnya, lalu memeluk perempuan yang hanya menganggukkan kepalanya. Tak beberapa lama kemudian, Amel turun dari teras Rumah Ampa. Berlari dengan raut wajah cemberut menghampiri Andra.

Beberapa saat lamanya Andra dan Mahira sempat saling bersitatap meski dari kejauhan. Tak saling bicara. Andra pun tak berani berteriak memanggil nama Mahira satu kali pun. Sampai Mahira turun dari teras lalu pergi ke arah lain, barulah Andra mau balik badan dan berjalan ke arah sebaliknya.

"Sudah minta maaf?" tanya Andra dingin.

"Sudah, Chef ... lihat sendiri kan barusan? Aku sampe meluk dia loh!"

"Kalau bukan karena Mahira, mungkin saat ini kamu sudah digelandang oleh Polisi."

"Laporkan saja! Pasti dia gak berani."

Andra berkaca pinggang. Ia berhenti melangkah sambil menatap Amel yang juga ikut berhenti melangkah dengan sengit. "Apa kamu seperti ini juga ke Zahra?"

Amel menggeleng. "Aku lebih suka cewek itu ketimbang adiknya."

Alis Andra bertaut. "Kenapa?"

"Karena dia gak bodoh dan mudah terpedaya pada orang asing seperti Mahira." Satu seringai tipis terbit di wajah perempuan itu. Ia tampak senang mengungkapkan hal ini di depan Andra. "Tentu saja itu sebelum wanita pengkhianat itu merebut pacar adiknya maksudku. Zahra sosok wanita yang menarik dulunya. Tapi aneh aja sih dia bisa berubah gitu. Pasti ada alesannya! Bisa aja kan suaminya yang sekarang godain dia duluan, terus berpaling deh dari Chef Andra. Gak bener-bener Zahra yang berkhianat maksudku!"

"Sok tahu!"

Andra kembali berjalan diikuti Amel yang terus menyejajarkan langkah dengan lelaki itu. Tersenyum semringah. Sesekali melirik Andra yang tak sedikit pun menoleh padanya.

"Chef Andra beneran suka sama cewek yang namanya Mahira itu?"

"Bukan urusan kamu!"

"Aku denger loh percakapan Chef yang di dapur bareng Chef Randu. Beneran mau ngelamar Mahira?"

Andra melirik perempuan cantik itu dengan tatapan jengkel. Tak ada lagi pesona yang membuat Andra merasa kagum atau tertarik. Perempuan dengan senyum berlesung pipi itu tak ubahnya bagai penyihir jahat berparas cantik..

"Kamu suka nguping juga rupanya selain bikin orang lain celaka. Kayaknya kamu butuh perawatan di rumah sakit jiwa, Mel." Andra bukan sekedar bicara omong kosong. Ia merasa jengah saja berhadapan dengan Amel lama-lama. Wajah manis dan cantiknya begitu kontras dengan kata-kata yang akhir-akhir ini terlontar dari mulutnya. Manis tapi pahit.

Amel angkat bahu dan malah tertawa cekikikan. "Pasti karena nyari pelampiasan. Ngaku aja deh, Chef! Mahira cuma pelampiasan doang, kan? Buat ngisi rasa sakit hati sama kekosongan Chef Andra aja. Maksudku, gak mungkin kan Chef tiba-tiba aja suka sama cewek baru dalam waktu cepat setelah ditinggal menikah sama mantan sendiri. Parahnya nih yah. Mahira itu kan adiknya mantan Chef. Masa sih bisa suka sama adik mantan sendiri? Itu jatohnya bukan kayak mencintai adik seperti mencintai kakaknya, kan?"

Ini kali kedua Andra merasa tertohok oleh perkataan perempuan. Pertama, Mahira. Dan sekarang Amel. Entah kenapa kata-kata dua perempuan itu begitu menusuk hatinya. Mau mengelak pun, Andra rasanya tak bisa. Seolah kata-kata mereka serupa kenyataan yang Andra elak mati-matian.

"Coba aja Chef pikir itu baik-baik. Wajar gak sih orang yang baru ditinggal nikah, terus tiba-tiba udah move on aja sama yang baru?" Amel terus menyudutkan Andra. Baru kali ini ia melihat wajah Andra yang menegang. Rahangnya mengeras dan sorot matanya tampak asing. "Enggak, kan? Kata Kat Haselkorn si pakar perjodohan aja, beberapa orang biasanya butuh waktu setengah dari durasi saat dia menjalin hubungan untuk bangkit dari sakitnya putus cinta."

Kepala Andra menggeleng. "Gak usah sok tahu pake bawa pakar-pakar perjodohan segala! Yang tahu perasaanku sekarang itu kayak apa yah cuma aku sendiri. Kata-kata si pakar perjodohan itu kan bisa aja berupa opini dia yang gak sepenuhnya bener. Buktinya? Aku bisa move on tuh dari si Zahra dan bahagia-bahagia aja sekarang."

"Yakin bahagia beneran? Atau cuma kedok doang biar terlihat bahagia dan baik-baik aja? Chef yakin udah bener-bener berdamai sama masa lalu yang udah-udah? Chef yakin sosok Mahira itu yang Chef sukai sekarang? Bukan karena pengen keliatan baik-baik aja jadi sok-sokan suka ke cewek, kan? Pernah gak Chef ngerasa bingung sendiri gitu kayak bertanya-tanya dalam hati. Kok gue bisa sih suka sama Mahira? Ini beneran suka bukan yah? Sejak kapan? Alasannya apa, yah? Orang kan kalau suka butuh alasan, Chef. Sekali pun alasan itu cuma sekedar 'karena dia pernah ada di saat kita butuh seseorang tempat bersandar'. Kan itu tuh bisa jadi alasan kenapa kita butuh atau suka seseorang. Kayak aku nih! Aku suka sama Chef karena Chef adalah orang yang pernah peduli sama aku pas aku lagi sedih."

Amel tak akan pernah lupa awal pertama kali ia tertarik pada Andra. Perlu dicatat baik-baik kalau ini bukan karena wajah tampan Chef itu. Semua terjadi ketika Amel sedang di posisi putus asa dan merasa sendirian. Berada di tengah keramaian, Amel pikir akan sedikit mengurangi perasaan kesepiannya. Tapi ternyata itu hanya cara untuknya seolah merasa tak sendirian. Saat itulah Chef Andra datang, melayaninya tanpa ia minta dengan menyediakan makanan secara gratis untuknya. Sampai Amel merasa bahwa di dunia ini akhirnya ia menemukan orang yang mau memedulikannya tanpa melihat seperti apa dirinya saat itu.

"Kok Chef Andra malah diem aja? Gak bisa jawab, kan?" sindir Amel senang karena terkaannya sepertinya tak meleset. Tak percuma baginya selama ini belajar memahami sifat dan karakter seseorang. Rupanya keahlian itu dibutuhkan di situasi seperti ini.

"Aku menyukai Mahira sejak di pernikahan Zahra." Andra menjawab sekenanya.

"Lalu alasannya?" Amel mendesak Andra untuk menjawab pertanyaannya yang lain.

"Alasannya karena ... yah ... kan kami tuh sama-sama pernah diselingkuhi. Dikhianati. Jadi kita tuh ...." Gelagapan Andra menjawab.

"Yakin gara-gara itu? Emang kalian pernah saling mengakui kalau kalian tuh merasa sedih dan sakit hati gitu? Atau itu cuma terkaan Chef doang yang ngiranya Mahira juga kayaknya sedih tuh habis dikhianati pacar sama kakaknya."

"Yah ... bisa jadi, kan?"

Amel geleng-geleng kepala. "Chef kayaknya belum bener-bener move on deh dari si Zahra."

"Siapa bilang? Gak usah sok tahu yah! Dasar cewek psikopat!"

Andra berjalan mendahului Amel dengan rasa kesal. Sementara Amel memilih tak lagi mengekori lelaki itu. Ia sendirian sambil memasang wajah tertekuk tiba-tiba.

"Jadi dia masih belum yakin sama perasaannya sendiri." Amel bergumam sendirian. "Bagus! Berarti aku masih punya kesempatan buat ngedeketin."

I Love You, ChefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang