Zahra dan Galang bermaksud untuk menemui Mahira. Tapi keduanya dikejutkan oleh kabar hilangnya Andra dan Mahira yang semalaman tak ada di pulau dari seorang kakek yang mengaku penanggungjaawb pulau ini.
“Ke mana lagi mereka sekarang? Awas saja kalau kembali ke sini! Akan saya pecat mereka! Ini bukan kali pertama mereka pergi tanpa kabar begini!”
“Mereka pergi tanpa kabar begini sebelumnya?” tanya Zahra kaget.
“Iya. Kalau gak salah bulan lalu. Alasannya sih ketinggalan kapal Pak Supri. Hah! Dasar anak muda. Memangnya mereka pikir saya tidak tahu kalau mereka sebenarnya pergi buat kencan? Mentang-mentang Manager sama Kepala Chef, mereka pikir bisa seenaknya saja keluar-masuk pulau ini?”
Zahra dan Galang tentu saja tak langsung mempercayai perkataan si kakek yang memperkenalkan dirinya sebagai Pak Satya. Yogi dan Randu adalah narasumber terpercaya yang bisa mereka tanyai. Tapi yang mengejutkan keduanya, jawaban mereka sama persis seperti Pak Satya.
“Mereka semalam masih berdua, tapi gak balik ke Rumah Ampa. Udah di cari di sana-sini pun tetep gak ada. Gak tahu tuh hilangnya mereka ke mana sekarang,” kata Randu menjelaskan yang diangguki oleh Yogi.
“Mereka pergi naik speedboat semalam.” Citra tiba-tiba muncul dari ke area belakang restoran tempat keempatnya bicara. “Pak Supri yang bilang barusan.” Wanita itu menatap Zahra dan Galang secara bergantian dengan tatapan dingin. “Tadi sih speedboatnya masih keliatan sama Pak Supri. Tapi sekarang udah gak keliatan lagi. Gak tahu tahu mereka pergi ke mana. Mungkin Palapalove kali!”
“Oh, iya. Kalian pulang hari ini, kan?” Yogi teringat hal itu. “Coba aja cari mereka nanti di kafe Palapalove. Itu tempat tongkrongan anak-anak sini kalau maen ke sana. Kali aja mereka berdua ada di sana juga.”
Sayangnya, Zahra dan Galang tak mendapati keduanya di kafe tersebut. Dari Pak Supri pun mereka harus menelan berita tak menyenangkan karena speedboat yang semalam digunakan tak ada di dermaga Palapalove. Keberadaan mereka entah berada di mana kini.
“Mereka pergi ke mana?” Zahra dirundung khwatir dan juga rasa kesal karena harus berpisah dengan cara seperti ini. “Mahira pasti bener-bener kecewa sama aku.”
Galang membisu cukup lama sebelum kemudian merangkul bahu Zahra perlahan. “Kita pulang aja sekarang, Ra.” Bayangan speedboat yang semalam menuju lautan tiba-tiba muncul. “Mungkinkah itu Mahira dan Andra?” tanyanya dalam hati.
***
“Ayo!”
Mahira ragu-ragu turun dari kapal. Tempat berlabuhnya kapal ini begitu asin. Jembatan kayu yang menjadi penghubung daratan dan lautan begitu mengerikan. Warna jembatan kayu itu tampak usang. Pagar pengaman di sekelilingnya roboh di beberapa bagian. Bahkan ada kayu-kayu yang menggantung begitu mengenaskan hingga menyentuh permukaan laut. Mahira jadi semakin ragu kalau tempat yang Andra tuju ini aman untuk disinggahi.
“Ini … di mana?”
“Pulau keluargaku.” Andra enteng menjawab. Bahkan lengkap dengan senyum mengembang. Meyakinkan memang, tapi Mahira malah semakin merasa takut mendengarkan jawaban itu.
“Punya keluargamu? Pulau ini?”
“Udah buruan turun! Mau nyampe kapan di kapal terus? Laper gak?”
Mahira menurut meski takut-takut. Ia ekori Andra yang tengah mati-matian menyembunyikan rasa takut yang sama juga. Ditatapnya sekitar dengan perasaan khawatir, terlebih saat kakinya mendekati sebuah rumah berwarna cokelat tua yang jendelanya tak berkaca.
“Ini beneran punya keluarga kamu?” tanya Mahira lagi. Ia tak percaya jika pulau ini punya Andra.
Andra cukup lama berdiri di depan rumah besar yang lebih mirip rumah berhantu. Ada sarang laba-laba merambat di beberapa sudut. Area dalam rumah yang kosong dapat ia lihat tak lebih dari sekedar ruang kosong tanpa penghuni.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Chef
RomansaMahira harus merelakan kekasihnya, Galang, menikah dengan kakaknya sendiri, Zahra. Tepat di hari pernikahan itu, Andrameda yang merupakan mantan kekasih Zahra membuat gaduh acara tersebut. Selain mengungkap perselingkuhan kedua mempelai, Andrameda...