Bab 111 Yang Tak Bisa Ditolak

158 4 0
                                    

“Dia adalah Mahira, calon istri saya.”

Ingin sekali rasanya Mahira berbalik badan dan bersembunyi di suatu tempat yang tak diketahui siapapun. Kalau bisa, ia mau ikut ekspedisi ke planet mars saja sekarang juga! 

Bisa-bisanya Andra mengatakan hal itu di depan banyak orang! 

Tidak! Bukan hanya di depan banyak orang, tapi juga kamera. Ya Tuhan … otak Andra isinya apa sih? Dia mikir gak sih kalau sekarang ini dia sedang melakukan syuting untuk acara Andra Corner? Bagaimana bisa dia mengatakan hal itu di depan layar kamera yang nantinya akan dilihat oleh masyarakat luas?

“Cut!”

Teriakan Produser Agung membuat semua mata kini tak lagi tertuju pada Mahira. Lega, tapi isi kepala Mahira sudah terlanjur buntu. Ia tak tahu harus bereaksi apa sekarang selain diam di tempat seperti patung Malin Kundang. Dalam posisi bersujud sepertinya akan lebih baik. Sekalian saja sampai tenggelam di lautan.

“Aaarrrggghhh!!! Bagaimana ini???” teriak Mahira dalam hatinya. Bingung bukan kepalang. Melirik kanan dan kiri saja ia tak sanggup. Hanya menggerakkan ekor matanya saja, ia sudah merasa seperti tengah berbuat kesalahan. Alhasil Mahira memilih tertunduk dalam tanpa berani menatap siapapun!

“Apa kamu bilang tadi, Chef?” Suara Produser Agung mendominasi syuting itu. “Mahira calon istri kamu? Apa maksudnya ini?”

Produser Agung sampai memijit pelipisnya sendiri. Menoleh pada Andra dan Mahira yang berada di tempat berbeda secara bergantian. Yang satu malah menyengir kuda, sementara yang satu malah menundukkan kepala. Desahan napas beratnya hanya mampu didengar oleh kru lain yang berada di dekat Agung.

“Oke. Kita ulangi, Andra. Tapi tolong jangan perkenalkan Mahira dengan cara seperti tadi. Saya tidak peduli hubungan kamu dengan Mahira apa, atau bahkan hubungan kamu dengan Ayu itu apa. Tapi tolong, saat syuting dimulai, perkenalkan Mahira sebagai Manager Pulau Ampalove saja dan Ayu sebagai bintang tamu spesial saja nantinya. Dimengerti?”

Instruksi dari Produser Agung langsung diacungi jempol oleh Andra yang sama sekali tak tampak merasa bersalah karena sudah membuat syuting terpaksa dihentikan sementara. Dia justru malah tertawa lepas seolah kesalahan yang baru dibuatnya itu lucu. Melihat Mahira yang berpaling darinya, justru hal itu membuat Andra malah semakin merasa mendapatkan kemenangan telak. 

“Oke. Camera on! And … action!”

“Baik. Seperti yang sudah kalian ketahui, saat ini saya sedang berada di Pulau Ampalove. Salah satu destinasi wisata yang menyuguhkan cottage terapung di atas laut dengan dilengkapi berbagai fasilitas mewah. Untuk itu saya akan undang manager Pulau Ampalove, salah satu orang penting yang sudah membuat pulau ini menjadi salah satu destinasi wisata yang wajib untuk kalian kunjungi. Mahira! Mari sambut meriah kehadirannya di acara ini! Mahira!”

Mahira harus berpendapat bagaimana?

Syuting pertamanya berjalan lancar? Meski awalnya nyaris kacau balau karena ulah Andra yang entah sengaja atau iseng malah memperkenalkannya sebagai calon istri. Rupanya hal itu malah berbuntut panjang.

Kini, setelah Andra mengumumkan hal itu di depan banyak orang, sikap mereka terhadap Mahira jadi lain. Terutama para wanita yang sejak awal sering mencuri perhatian dan pandang pada Andra, terkhusus staf Andra Corner. Beberapa dari mereka ada yang sering melemparkan tatapan sinis, tak sengaja menabraknya, atau bahkan ada yang secara sengaja memasang raut wajah tak suka pada Mahira.

Mahira tentu saja tak peduli. Toh hal ini sama sekali tak merugikannya. Termasuk kemunculan tiba-tiba wanita bernama Ayu di depannya lepas setelah syuting usai. Tapi sayangnya, keberadaan mereka berdua di sana malah menyita perhatian banyak orang. Tak terkecuali Andra yang buru-buru mendekat ke arah keduanya.

“Oh! Mbaknya udah balikan lagi sama Andra gitu?” sinis Ayu. Dua tangannya terlipat di dada. “Baru juga aku sama Andra putus kemarin, Mbaknya mau aja balikan sama dia aja. Mbak gak punya rasa malu, yah?”

Mahira nyaris mengumpat kasar. Tadi, dia sudah dipermalukan oleh Andra di depan banyak orang. Sekarang, giliran perempuan yang mengaku pacar Andra kemarin malah mempermalukannya juga seperti ini. 

Dituduh melakukan sesuatu yang tak pernah Mahira lakukan!

Benar-benar buat malu Mahira saja jadinya!

“Maaf, Mbak. Saya gak ngerti maksud dari perkataan Mbak ini apa.” Mahira berusaha tetap tenang dan tak acuh. “Saya gak balikan sama Andra. Di antara kami tidak ada hubungan apapun! Mbak salah paham terhadap saya.”

“Salah paham?” Salah satu ujung bibir Ayu terangkat. “Saya tahu kok kalau kamu itu mantannya Chef Andra. Semua orang juga tahu kok kalau Mbak ini emang mantannya Chef Andra! Bahkan satu jagat maya aja udah tahu hubungan Mbak sama Chef Andra itu dulu kayak apa. Jejak digital gak akan bisa dibohongi, Mbak!”

Rahang Mahira sudah mengeras. Tangan di dua sisi tubuhnya sudah terkepal erat, siap melampiaskan emosi yang sekarang sedang menyelubunyinya. Tapi, sebuah tangan tiba-tiba menggenggam salah satu tangan Mahira yang terkepal itu. Erat sekali!

Mahira menoleh pada orang yang sudah berani menyentuhnya. Tapi ketika melihat bahwa itu sosok Andra, emosinya malah seketika itu saja lenyap. Belum lagi ketika Andra menarik mundur dirinya beberapa langkah, membiarkan tubuhnya menjadi penghalang antara Mahira dan Ayu, Mahira dapat menangkap raut wajah tak suka yang terbit di wajah Ayu yang justru malah membuatnya senang dan menang.

“Cukup, Yu! Apa-apaan kamu? Kamu yang membuat kesalahpahaman ini!” Andra menoleh sebentar pada Mahira yang diam saja. “Hubunganku dengan Mahira memang benar, tapi hubunganku dengan kamulah yang merupakan kesalahpahaman. Berhenti membuat drama-drama aneh seperti ini! Aku sedang tak bisa bermain-main dengan siapapun terutama kamu. Katakan pada semua orang sekarang juga bahwa kamu dan aku tidak punya hubungan apapun selain rekan kerja.”

Desakan Andra untuk meluruskan kesalahpahaman itu justru malah ditanggapi Ayu dengan tangisan. Semua orang makin panik dibuatnya, termasuk Andra dan Mahira juga. Mahira yang tadinya hendak melampiaskan emosi malah jadi bingung sendiri atas reaksi Ayu.

“Kamu jahat, Andra! Gini cara kamu memperlakukan mantan kamu?” Ayu terisak. Tangisannya membuat semua orang panik.

“Aaarrrggghh!!!” Andra berteriak jengkel. “Lo gak usah drama nangis segala dong, Yu! Jelasin ke semua orang kalau omongan lo itu gak bener! Ngapain lo malah jadi nangis begini sih?” Andra malah semakin meneriakinya.

“Omongan mana yang kamu maksud gak bener, Dra? Omongan yang mana?!”

“Ah, sialan! Dasar tukang drama! Minggir sana! Gue gak mau liat tampang lo lagi!” Andra mengibas-ngibaskan tangannya di depan muka Ayu. “Pak Agung, gue gak mau syuting sama si Ayu lagi! Gak bisa diganti apa? Mending gue syuting sama si Yuni aja deh daripada sama dia.”

“Gak bisa gitu, Andra!” Produser Agung dengan cepat menanggapi. “Ini sudah direncanakan sejak awal dan tak bisa diubah seenaknya. Saya gak peduli! Urusan pribadi kamu dengan bintang tamu itu seperti apa. Tapi satu hal yang pasti, syuting akan tetap berjalan sesuai rencana. Titik. Bubar semua! Kita lanjutkan syuting besok!”

Genggaman tangan Andra pada Mahira semakin mengerat, tanpa peduli reaksi perempuan itu yang terbengong-bengong sampai tak bisa berkutik oleh aksinya. Padahal saat itu Andra hanya sedang berusaha meredam emosinya saja. Mungkin kalau bukan karena genggaman tangan itu, Andra sudah mendaratkan tinju di wajah Ayu yang masih terisak. 

“Kita pergi dari sini!”

Andra menarik tangan Mahira setengah menyeretnya. Perempuan itu tak banyak berontak. Itu juga yang membuat Andra cukup bingung. Keduanya terus berjalan beriringan. Berdekatan. Diperhatikan oleh banyak orang yang ternyata masih belum mau membubarkan diri dari memerhatikan keduanya.

“Lepasin aja tangannya kalau mau.” Andra berbisik pelan dengan tetap menarik tangan Mahira. “Aku gak bakalan nahan kamu kok kalau kamu emang pengen lepasin diri.”

Andra menunggu reaksi Mahira atas tantangannya itu. Ia sudah siap dengan segala risiko yang bisa saja terjadi, termasuk ditampar oleh Mahira sekali pun. Andra sudah siap!

I Love You, ChefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang