Bab 54 Seberapa Yakin Lo Suka Sama Dia?

165 5 0
                                    

"Emang seberapa yakin sih lo suka sama Mahira, Dra?"

Randu sudah memerhatikan keganjilan yang terjadi antara Andra dan Mahira. Tepatnya saat keduanya dikabarkan hilang tanpa informasi yang jelas. Ia yang sempat menyaksikan kepergian mereka dengan motor waktu itu jelas merasa penasaran akan seperti apa sebenarnya perasaan Andra pada Mahira.

"Bener. Seberapa yakin sih lo suka sama si Mahira? Gue emang lihat juga sih gelagat lo yang suka ngintilin dia." Yogi juga ikut nimbrung. "Tapi, kok gue kurang yakin sih kalau lo beneran suka ke dia."

"Beneran lah!" Andra menjawab cepat. "Makannya gue bilang suka juga dia."

"Bukan jadiin dia pelampiasan, kan? Kayaknya ini terlalu cepet sih kalau lo beneran suka sama dia. Gue sih ngiranya lo cuma mainin si Mahira doang." Yogi juga tak kalah cepat menyanggah jawaban Andra barusan.

"Terus si Mahira jawab apa pas lo bilang suka?" tanya Randu. "Nolak lagi kayak waktu lo ngajakin dia nikah?"

"Buset! Lo udah pernah ngajakin dia nikah juga?" Yogi yang mendengar hal ini tentu saja kaget. Ia baru tahu kalau Andra sudah bertindak sejauh itu. "Kapan? Kok lo gak cerita ke gue?"

Andra hanya menggeleng yang ia harap cukup untuk menjawab semua pertanyaan Randu dan Yogi.

"Pake cara yang sama kayak gue ngajakin Zahra dulu pacaran. Tapi entah kenapa kok si Mahira nganggepnya kalau gue cuma lagi iseng doang, yah?" Andra berkeluh kesah membagikan cerita cintanya yang begitu menyedihkan. "Tuh cewek harus ditembak pake cara apa lagi coba? Makan malam romantis kayak yang lo bilang gitu, Ran? Duh! Ogah gue! Geli kalau mesti kayak gitu."

"Bukit Ampalove menurut gue tempat yang romantis tuh." Yogi ikut berkomentar. "Apalagi lo cuma sama Mahira doang berdua di sana. Kok bisa dia bilang iseng?"

"Itu dia masalahnya yang gak gue ngerti."

"Tapi serius, Dra. Gue masih belum yakin kalau lo beneran suka sama Mahira. Terlalu cepet woy lu move on dari si Zahra. Mana si Mahira itu adik dari mantan lo lagi!" Yogi masih bersikeras dengan penilaiannya atas perasaan suka Andra yang menurutnya begitu ganjil.

"Biarin aja sih, Yo. Itu biar jadi urusan si Andra aja. Mau dia beneran tulus suka ke si Mahira atau enggak, nanti juga kena getahnya sendiri kalau nyatanya dia cuma mainin anak orang." Randu melempar senyuman sinis pada Andra setelahnya.

Andra jadi serba salah. Enggan mengelak tapi juga tak mau membenarkan perkataan dua temannya itu.

"Mahira beda sama Zahra, Dra. Mau mereka itu saudaraan, lo harusnya tahu kalau yang kembar sekali pun punya karakter yang berbeda. Yang artinya, mungkin lo gak bisa samain cara lo nunjukkin suka ke Zahra sama ke si Mahira. Apalagi lo juga tahu kalau si Mahira baru aja dikhianati. Kalau menurut pandangan gue, si Mahira masih di fase nutup hati sih. Orang yang baru aja disakitin sama pacarnya butuh waktu buat nerima dan berdamai sama keadaan. Pikirin perasaan Mahira sekarang kayak apa, Dra. Dia bukan cuma putus dari mantannya, tapi juga mesti nerima kenyataan kalau mantannya itu sekarang jadi kakak iparnya. Berat banget tuh beban dia sekarang. Masih untung bisa hidup dan mau makan juga, kan? Buat nerima lo sekali pun lo bilang suka berapa kali pun, kalau dianya masih nutup diri sama hati yah gak bakalan dia anggep serius."

Randu nyerocos panjang lebar sampai membuat mulut Andra terbuka cukup lebar.

Yogi menepuk pundak Randu cukup keras. "Bener juga tuh omongan si Randu, Dra. Kok lo jadi pinter gini sih, Ran? Efek pacaran sama si Citra, yah?" ledeknya yang dibalas Randu dengan menepis tangan lelaki itu.

"Jadi, gue meski ngapain lagi biar dia yakin kalau gue suka ke dia?" tanya Andra yang malah semakin bingung sendiri.

"Kenapa lo suka ke dia?" Randu melipat tangan di dadanya. "Apa yang bikin lo akhirnya suka ke dia? Lo beneran udah move on dari Zahra?"

"Ya ... suka aja," jawabnya enteng. "Suka aja gitu kalau deket sama dia. Pokoknya nyaman aja gitu kalau deket dia, tapi gak enak kalau jauhan sama dia. Gue juga gak suka tuh kalau Mahira deket-deket sama cowok lain alias cemburu. Pokoknya, gue suka sama Mahira dan gue yakin udah move on dari Zahra."

Randu dan Yogi saling bersitatap. Tak bicara, tapi saling menganggukkan kepala. Andra tak mengerti kode apa yang tengah saling mereka lemparkan. Tapi melihat mereka langsung menepuk pundaknya secara bersamaan, Andra menganggap itu sebagai pertanda baik saja.

"Mungkin masalahnya tinggal di si Mahira, Dra. Dia belum bisa nerima siapa pun untuk masuk ke kehidupannya, makannya lo ditolak mulu. Lo perlu kerja lebih keras lagi buat yakinin perasaan lo ke dia. Dengan cara yang Mahira ngerti, bukan dengan cara yang biasa lo lakuin ke cewek-cewek sebelumnya." Randu sengaja menekankan kalimat terakhirnya agar Andra tak sampai keliru.

"Bener! Coba aja lo tanya si Galang. Gimana cara dia dulu nembak Mahira, Dra." Yogi tertawa terbahak setelahnya.

"Sialan! Ogah gue nanya-nanya perebut pacar orang! Mending gue usaha sendiri dan coba sendiri aja daripada nanya sama tuh laki!" elak Andra keras.

"Atau lo bisa coba tanya Mahira langsung. Kali aja dia mau ngasih lo bocoran cara buat yakinin dia kalau lo tuh sebenarnya suka," usul Yogi.

"Nyari kunci jawaban maksud lo?" Randu terkikik. "Kayak mau ujian apaan aja, Yo. Udahlah! Mending biarin si Andra usaha sendiri aja. Kalau emang jodoh, nanti juga ketemu cara buat taklukkin si Mahira. Kalau di gagal mulu, yah ... berarti emang si Mahira bukan jodoh dia. Iya gak, Dra?"

Andra tak menampik perkataan Randu barusan. Ia memilih untuk memutar isi kepalanya untuk mencari cara bagaimana meyakinkan Mahira atas perasaan sukanya ini.

"Inget, Dra! Jangan sakitin Mahira. Kalau lo gak yakin sama perasaan suka lo ke dia itu tulus atau enggak, mending lo mundur dari sekarang. Jangan bikin si Mahira trauma dideketin cowok! Kasihan tuh anak orang! Hidupnya udah terbilang ngenes karena harus jadi adik ipar mantannya." Kata-kata bijak Randu diangguki oleh Yogi.

"Tenang aja. Gue gak bakalan nyakitin dia kok! Gue janji!" kata Andra yakin.

"Wah! Cowok juga bisa ngerumpi ternyata?"

Andra, Randu, dan Yogi spontan menoleh ke arah seseorang yang baru saja menyela obrolan mereka. Ada Citra yang tahu-tahu sudah berdiri di belakang ketiganya. Entah sejak kapan.

"Chef Andra kayaknya mesti ngekorin Mbak Mahira juga sih besok." Citra menarik salah satu kursi yang tepat berada di samping Randu. "Itu juga kalau Chef mau buktiin keseriusan perasaan Chef sama Mbak Mahira."

"Dia emang biasa ngekorin dia kali, Cit. Gak perlu disuruh lagi!" Yogi tertawa.

"Besok? Emang besok dia mau ke mana?" tanya Andra.

"Bener juga. Besok emang ada apa?" Yogi baru tersadar ada hal penting yang terlewat.

"Mbak Mahira mau ambil cuti. Kayaknya gak cuma sehari doang," jawab Citra.

"Lah? Kalau dia gak ada, penginapan gimana nanti?" Randu ikut menyela. "Emang dia mau cuti ke mana nyampe ambil jatah gak cuma sehari?"

"Pulang ke rumahnya."

"Hah? Pulang?" Andra tampak terkejut mendengar jawaban Citra barusan.

"Iya. Pulang kampung. Pak Satya udah ngizinin kok."

"Kok bisa? Bukannya jatah libur panjang kita berlakunya nanti kalau udah enam bulan kerja di sini?" Randu mengingatkan.

"Betul! Apa karena posisi dia?" Yogi ikut-ikutan mengingat aturan itu juga.

Citra menggeleng dengan terkaan Randu dan Yogi. "Ibunya jatuh sakit. Dia baru dapet kabar itu barusan."

Belum selesai Citra bercerita, Andra sudah bangkit dari tempat duduknya. Pergi meninggalkan teman-temannya yang tengah terbengong-bengong.

"Beneran bucin tuh si Andra!" Randu berkomentar.

"Gue sih belum yakin!" Yogi bersikeras dengan terkaannya.

"Gak perlu pusing mikirin Chef Andra beneran bucin atau enggak ke Mbak Mahira, mending kita tontonin aja endingnya mereka kayak gimana nanti. Jodoh atau enggak," kata Citra kemudian.

I Love You, ChefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang