Bismillahirrahmanirrahim.
Update on : 19 Juli 2023
***
Welcome to my imagination.
Vote sebelum baca dan tinggalkan komentar.
Happy reading.
Bagian 3
^^^
Sebagai salah satu pemateri, hari ini Nara harus pergi ke kampus pagi-pagi sekali karena ada acara seminar, sehingga ia tak sempat untuk sarapan terlebih dahulu. Jihan menyiapkan makanan beserta susu coklat favorit putrinya, yang rencananya nanti setelah sarapan ia akan mengantarkan sendiri bekal itu untuk Nara. Sebenarnya bisa saja sekalian dibawa oleh Irwan, namun hal itu tidak akan terjadi karena Nara yang masih tidak ingin semua rekan kerjanya mengetahui bahwa dirinya adalah anak dari seorang dekan.
Di parkiran fakultas kesehatan, Altaf melihat seorang perempuan paruh baya yang sangat tidak asing dimatanya. Dia pun berlari menghampiri perempuan itu.
"Mama? Kok mama disini?" tanya Altaf heran.
"Kamu juga kok disini?" bukannya menjawab Jihan malah balik bertanya.
Altaf tersenyum simpul, dia menjelaskan bahwa keberadaannya disini karena menghadiri sebuah acara yang sedang diadakan oleh pihak kampus. Jihan pun menyampaikan bahwa dia ingin mengantarkan sarapan untuk Nara. Akhirnya Altaf menawarkan diri untuk membawakan makanan itu untuk Nara, mengingat tujuannya yang sama-sama mengarah ke fakultas kesehatan.
Tampak seorang gadis yang Altaf cari sedang berjalan menyusuri koridor dengan mata yang masih fokus pada buku di genggamannya.
Bruukk!!
"Aaww," pekik Nara pelan.
"Makanya kalau jalan itu dilihat jalannya, bukan malah nunduk." omel Altaf.
Nara kaget melihat keberadaan Altaf yang saat ini tengah berdiri di hadapannya. Baru saja ia berniat menghindari lelaki itu karena masalah kemarin, namun lagi-lagi Allah selalu pertemukan mereka kembali. Seakan Allah tak ingin mereka terlalu lama berpisah, jika memang benar seperti itu kenapa Allah tidak menyatukan mereka saja dalam ikatan yang halal.
"Kenapa dimana-mana selalu ada kamu sih?" omel Nara.
Altaf terkekeh, "Hihi, jodoh kali ya,"
"Aku enggak bisa bayangin sih kalau misalnya kita jodoh, setiap hari dari aku bangun tidur sampai tidur lagi ku lalui bareng kamu, membosankan sekali bukan?" imbuh Altaf dengan kekehan kecil.
Nara tersenyum miris, dalam benaknya ia berkata, "Hal yang kamu anggap membosankan, nyatanya itu adalah do'a yang selama ini ku semogakan,"
Tiba-tiba datang dua orang mahasiswa yang sedang bertugas menjadi time keeper menghampiri mereka berdua, diikuti oleh Dini di belakangnya.
"Assalamualaikum. Mohon maaf Dokter Al, lima belas menit lagi waktunya Dokter untuk mengisi materi," ucap salah satu mahasiswa bernama Ayu pada nametag-nya.
"Ah baiklah, mari!" sebelum bergegas Altaf menyerahkan paperbag berisi kotak makan lengkap dengan sebotol susu coklat.
"Jangan lupa dimakan," bisik Altaf sambil berlalu meninggalkan Nara yang masih mematung di tempat.
Dini menepuk pundak Nara, membuat gadis itu kembali tersadar dari lamunannya.
"Kamu kenal sama Dokter Al, Ra?" tanya Dini penasaran.
"Kenapa kamu enggak bilang sih kalau pemateri penggantinya Dokter Altaf?"
"Mana aku tahu kalau kamu kenal sama Dokter Al, lagian juga kamu enggak nanya kan?"
Nara berjalan mendahului Dini, ia bergegas menuju ruangannya untuk sarapan terlebih dahulu sebelum ia mengisi materi selanjutnya setelah Altaf.
Acara seminar selesai tepat saat adzan dhuhur berkumandang. Tanpa aba-aba, semua yang hadir dalam acara tersebut berjalan keluar aula menuju Masjid Fakultas. Mereka semua bergegas mengambil air wudhu karena tak ingin ketinggalan melakukan sholat jemaah, begitu pula Nara dan Altaf.
Selesai berjemaah, Nara berniat langsung pulang dengan taksi online yang ia pesan melalui aplikasi. Ia berencana melarikan diri dari Altaf, mungkin ada baiknya jika sementara waktu ia tak menemui lelaki itu terlebih dahulu. Selain karena rasa kecewa, Nara juga tak ingin jika ia bertemu dengan Altaf pasti lelaki itu akan membahas tentang kelanjutan perjodohannya dengan Kaffa.
***
Jangan lupa vote dan berikan komentar
Terima kasih yang sudah membaca
Yuk berteman di Instagram!
By: elvirarismasita
KAMU SEDANG MEMBACA
Kinara dan Luka (On Going)
Fiksi RemajaTakdir itu terkadang memang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, mau tidak mau kita harus memilih jalan ikhlas untuk ditempuh. Ikhlas memang tidaklah mudah, sebagaimana kita membalikkan telapak tangan. Namun jika tidak ikhlas maka akan lebih...