Bagian 12

180 14 1
                                    

Bismillahirrahmanirrahim.

Update on : 16 Agustus 2023

***

Welcome to my imagination.

Vote sebelum baca dan tinggalkan komentar.

Happy reading.

Bagian 12

^^^

Usai melaksanakan Sholat Isya', Nara sudah siap dengan gamis maroon dan kerudung dusty pink serta sedikit polesan bedak dan lipbalm menambah kesan natural namun cantik di wajahnya. Berulang kali ia mematut dirinya di depan cermin, memastikan penampilannya sudah rapi.

"Cieee yang mau jalan berdua," ledek Viola yang tiba-tiba sudah berdiri di ambang pintu kamar Nara.

"Astaghfirullah, Vio ngagetin aja ih!" kesal Nara. "Kita udah sahabatan dari kecil Vio, nggak ada apa-apa kok."

Viola terkekeh, "Memangnya yang nyangka Kak Nara ada apa-apa sama Kak Altaf siapa?"

Hening sejenak...

"Benar juga, kenapa aku harus repot-repot jelasin," batin Nara.

"Kata mama Kak Altaf sudah nunggu di bawah tuh," senyum Viola menggoda.

Nara hanya menjawab dengan anggukan kepala, ia meraih sling bagnya di atas ranjang, lalu mengayunkan langkahnya menuju lantai bawah untuk menemui Altaf.

"Dasar tuan putri dandannya lama yaa,," omel Altaf saat melihat Nara turun dari lantai atas.

Nara hanya tersenyum menunjukkan gigi rapinya, "Sudah siap?" tanya Altaf.

"Sudah,"

"Iya sudah berangkat sekarang yuk keburu malam," ajak Altaf. "Ma, pinjem Naranya dulu ya sebentar, nanti dikembalikan dalam keadaan utuh kok." Ijin Altaf sambil mencium punggung tangan Jihan.

"Enak aja! Kamu pikir aku barang pake dipinjem segala," protes Nara yang turut mencium punggung tangan Jihan, "Nara pergi dulu ya ma, Assalamualaikum,"

Jihan hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala melihat tingkah Nara beserta Altaf layaknya tikus dan kucing yang tidak pernah akur.

**

"Kamu pilih mana yang menurut kamu bagus!" pinta Altaf pada Nara yang masih takjub melihat berbagai macam berlian yang terpajang di balik etalase kaca.

Disinilah mereka, di sebuah toko perhiasan yang sudah menjadi langganan Hanum ketika membeli sebuah perhiasan. Altaf yang berjalan beberapa langkah di depan Nara tampak sibuk mencari sebuah cincin. Hingga matanya tertuju pada sebuah cincin yang sangat menyita perhatiannya.

"Mbak boleh lihat yang ini?" ucap Altaf dan Nara bersamaan dengan menunjuk cincin yang sama pula.

"Pasangan yang serasi, seleranya saja sama." ucap salah satu karyawan toko yang melayani mereka.

Sontak hal itu membuat Nara salah tingkah dan pipinya terasa memanas. Sekilas melirik ke arah Altaf, terlihat Altaf pun tampak salah tingkah mendengar ucapan karyawan toko tersebut.

Cincin dengan model simple namun sangat elegan. Nara mencoba cincin tersebut pada jari manisnya. Pas... cincin itu tampak lebih terlihat mewah saat tersemat di jari lentik Nara.

"Cantik," gumam Nara lirih yang mungkin tak terdengar oleh Altaf.

Senyum Altaf mengembang kala mendengar ucapan lirih Nara barusan. Memang benar, cincin itu cantik dan semakin terlihat cantik saat dipakai oleh Nara. Altaf masih enggan memutus pandangannya dari Nara. Puluhan tahun bersama, namun baru kali ini Altaf melihat senyum dengan rona merah muda yang sangat menggemaskan di pipi perempuan berkerudung dusty pink di hadapannya itu. Ingin rasanya Altaf mencubit pipi Nara yang selalu tampak menggemaskan, namun hal itu harus ia tahan karena bagaimana pun juga ia dan Nara bukan mahrom.

"Tap, bagus kan?"

Suara Nara berhasil menyadarkan Altaf, ia buru-buru membuang pandangan ke arah lain. Untuk menutupi rasa gugupnya, Altaf berpura-pura meminta karyawan toko untuk mengambilkan satu cincin lagi dengan model yang paling bagus untuknya.

"Tap, ish aku tanya looo,,," ungkap Nara yang mulai kesal karena tak kunjung mendapat jawaban dari Altaf.

Altaf tampak menimbang-nimbang dengan ibu jari dan jari telunjuknya yang memegang dagu, "Eumm, kurang cocok."

"Naahh coba yang ini," pinta Altaf pada Nara saat sang karyawan mengeluarkan cincin lain sesuai dengan permintaannya.

Nara hanya pasrah, ia mencoba dengan setengah hati. "Cocok, bagus yang ini," ucap Altaf.

"Ambil yang ini ya mbak," imbuh Altaf.

Raut wajah Nara berubah, ronanya menghilang. Wajah yang tadi terlihat ceria, kini tersirat raut kekecewaan. "Untuk apa kamu memintaku memilih, kalau akhirnya keputusan tetap ada pada pilihanmu,"

"Sebenarnya itu buat siapa sih?" sebuah pertanyaan yang sejak tadi berputar di kepala Nara.

"Mau tau?"

Nara mengangguk antusias, berharap sekali bibir itu akan mengatakan bahwa cincin berlian itu untuknya. "Untuk calon istri," bisik Altaf tepat di telinga Nara.

"Siapa?" tanya Nara semakin penasaran, benarkah Altaf sudah memiliki calon? Lantas bagaimana dengan perasaannya pada Altaf?

"Perempuan itu ada disekitarku,"

Blush,,, ingin rasanya Nara berteriak. Satu-satunya perempuan yang ada disekitarnya selama ini hanya dia. Lalu apakah yang dimaksud Altaf perempuan itu adalah Nara? Benarkan? Jika demikian artinya Altaf juga memiliki perasaan yang sama dengan Nara. Jika memang begitu, Allah mengabulkan salah satu doanya.

"Aku ke toilet sebentar kamu tunggu sini," pamit Nara bergegas meninggalkan Altaf yang berhasil membuat ribuan kupu-kupu terbang di dadanya.

Ia berjalan cepat menuju toilet untuk membasuh wajahnya yang terasa panas sejak tadi. Tidak lupa senyumnya yang tak pernah pudar sejak setelah kalimat terakhir yang terlontar dari mulut Altaf.

***

Jangan lupa vote dan berikan komentar

Terima kasih yang sudah membaca

Yuk berteman di Instagram!

By:elvirarismasita

Kinara dan Luka (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang