Bagian 51

217 8 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim.

Update on : 03 Juni 2024

***

Welcome to my imagination.

Vote sebelum baca dan tinggalkan komentar.

Happy reading.

Bagian 51

***
"Assalamu'alaikum," perlahan Altaf melangkahkan kakinya memasuki rumah mertuanya. Ia bermaksud untuk menjemput sang istri yang sejak pagi tadi ada disana.

Ia mengedarkan pandangan, menelusuri setiap sudut ruangan yang tampak sepi seperti tak berpenghuni.

"Nara?!!" panggil Altaf ragu-ragu.

"Pa, maa?!"

Nihil, tidak ada satu pun sahutan yang Altaf dengar di telinganya. Ia terus memasuki rumah itu, masih berusaha mencari penghuninya. Sedangkan di halaman belakang, Jihan dan Irwan sedang bersitegang.

"Mama melihat dengan mata kepala mama sendiri pa!!"

"Jangan langsung menilai sesuatu hanya dalam sekali melihat ma, belum tentu juga apa yang mama lihat waktu itu memang benar adanya."

"Tapi naluri seorang ibu kepada anaknya itu kuat pa! Papa nggak bisa rasain itu semua,"

"Papa memang tidak bisa rasain apa yang mama rasain tentang Nara, tapi ingat papa ini juga orang tua Nara. Jadi jangan berpikir kalau cuma mama yang paling tau soal Nara!" suara Irwan naik satu oktaf.

"Mama tau putri kita tersiksa hidupnya karena harus menggantikan Vio untuk menikah dengan Altaf. Altaf tidak memperlakukan Nara dengan baik pa, ada yang mereka sembunyikan dari kita."

Irwan terkesiap, "Istighfar ma! Harusnya mama berdoa untuk kebaikan dan keberkahan rumah tangga Nara dan juga Altaf. Bukan malah berkata yang tidak-tidak."

Perdebatan mereka semakin sengit, Jihan yang bersikeras mengatakan apa yang ia lihat saat berada di rumah putri dan menantunya. Sedangkan Irwan masih bertahan dengan keyakinannya bahwa Altaf adalah laki-laki yang tidak seperti istrinya katakan.

"Kita tau selama ini hubungan Altaf seperti apa dengan Nara, tentunya mereka sudah terbiasa untuk selalu bersama bukan?!" tutur Irwan berharap ucapannya bisa membuat istrinya sadar.

"Apa yang membuat papa seyakin itu sama Altaf selain dia sahabat kecil putri kita? Nggak ada kan?"

"Kita kenal orang tuanya, bahkan tau latar belakang mereka. Jadi apa lagi yang perlu diragukan lagi, ma?"

"Mereka tidak bulan madu ke puncak waktu itu, apa papa tau?!" Jihan berusaha menahan untuk tidak membongkar kenyataan yang ia ketahui pada suaminya, namun ia juga tidak mau membiarkan putri semata wayangnya tidak bahagia dengan rumah tangganya.

Irwan memutar tubuhnya menghadap istrinya, matanya membola seakan tak percaya dengan perkataan Jihan barusan.

"Mama jangan asal bicara, kalau tidak benar malah jadi su'udzon ma!"

Flashback on!

"Tidak ada siapa pun yang datang menginap di Villa bu,"

"Pak Agus yakin? Beberapa bulan yang lalu anak saya dan juga suaminya tidak kesana?"

"Saya yakin sekali bu, Non Nara tidak ke Villa sama sekali. Kan kuncinya ada di saya bu, jadi kalau mereka kesini saya pasti tau."

Flashback off!

Kinara dan Luka (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang